My 500 Words

Senin, 23 Mei 2016

Kasihilah Sesamamu Seperti Dirimu Sendiri


Ketika kita memaksanakan standar diri kita (agama, kelompok, suku, profesi) diikuti orang lain, melihat orang lain yang tidak sama dengan kita adalah lemah, buruk, pada waktu yang sama kita sebenarnya menunjuk tiga atau empat kelemahan atau keburukan kita.

Kita memerlukan standar bersama, aturan yang disepakati bersama di dalam sebuah bangsa, organisasi atau perkumpulan. Dari sanalah kita menilai kelemahan, keburukan.

Masalah hubungan sosial saat ini banyak bersumber dari ketika manusia berfikir picik, menginginkan bahkan memaksakan manusia lain sama dengan dirinya yang belum tentu cocok dengan orang lain..

Ayat emas kita mengatakan: "Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka".

Itulah hukum tertinggi dari semua hukum. Ketika manusia mampu melakukannya, maka amanlah dunia ini. itulah prinsip praktek mengasihi sesama.

Mengagungkan profesinya dan mengabaikan profesi orang lain, mengagungkan harta dan melecehkan mereka yang menderita dan miskin, mengagungkan agama, sukunya, serta melecehkan agama dan suku orang lain, di hadapan orang yang berbeda agama dan sukunya, masih kita jumpai dimana-mana dan dilakukan tanpa rasa bersalah.

Bukan tidak banyak pemikiran, ucapan dan tindakan yang saling mengadu domba penganut agama yang satu ke penganut agama yang lain, bahkan ada yang berbuntut kekerasan.

Anehnya, tanpa ada perasaan bersalah. Tanpa memikirkan kalau seandainya yang bersangkutan menerima perlakuan yang sama, seperti yang dilakukannya!

Sikap yang membuat manusia kehilangan kemanusiaannya. Merasa selalu benar, mencuri kemuliaan Tuhan!

Bayangkan!. Kalau seorang penulis mengharapkan orang lain berfikir seperti penulis, seorang pengusaha menginginkan orang lain berfikir seperti dia, dan berlaku seperti dia, seorang politikus berfikir orang lain sama cara berfikir dan bertindaknya seperti dia, orang kaya berfikir yang lain seperti yang dipikirkannya.

Kalau kebanyakan orang kaya merasa dirinyalah yang paling hebat, para politikus merasa dirinyalah yang paling hebat, penguasa juga demikian, aktivis merasa dirinya benar dan harus mengikuti jalan pikiran dan tindakannya, dan seterusnya dan seterusnya..

Sementara di lapangan, pikiran dan tindakan mereka tidak mampu menurunkan kemiskinan dan kesenjangan yang terus merangkak naik bagai deret ukur, sepeda motor hilang dan nyawa melayang, karena prampok ada di mana-mana.

Lantas, rakyat hanya mendengar mereka taunya menunjuk salah orang lain, hanya mampu mengoreksi tanpa solusi.

Apapun profesi kita, bagaimananpun kehebatan kita, hendaknya bersyukur--Tuhanlah melalui bangsa Indoensia memberi kesempatan kita hebat, Jika tidak, maka cepat atau lambat, kehebatan itu juga akan sirna. Paling satu keturunan, kemudian habislah kita.

Bersyukurlah, liriklah kiri kanan, mereka yang terabaikan, mereka yang masih di bawah garis kemiskinan, dan kebodohan, supaya tidak berada di atas menara yang tinggi, takut bergabung dengan masyarakat kebanyakan.

Saya dan Anda hebat, kalau menjadi berkat bagi orang lain, bukan mala petaka, atau sumber ancaman!
Belum lagi agama yang berbeda-beda. Bayangkan kalau masing-masing agama terus menerus mengumumkan kepada dunia merekalah yang paling hebat, hanya merekalah pemilik bangsa atau dunia ini?.

Bagaimana dengan agama yang lain.

Bukankah agama hadir sebagai pencipta suasana damai?

Anehnya, tidak sedikit umat beragama justru banyak berdiskusi tentang kehebatan agamanya, dan tidak cukup sampai disitu. Mereka justru pada saat yang sama mencari kelemahan agama lainnya di depan umum. Tidakkah mereka sadar, kalau agamanya sendiri diperlakukan sama, siapkah merenrimanya?

Agama yang konon memihak orang miskin dan lemah, justru kurang memberikan perhatian bahkan cenderung membiarkan dan menambah terus orang-orang yang merasa terabaikan, terlecehkan.
Bagaimana dengan suku?. Suku-suku kita memiliki kearifan lokal yang luar bisa mengatur kehidupan masyarakat lokal kita sekian ratus atau ribu tahun.

Sayangnya, dalam setiap pemilu, pilkada, pilpres, kita cenderung melupakannya. Suku, kadang hanya digunakan sebagai alat politik, justru melupakan kearifan-kearifan lokalnya. . .

Inilah sumber gangguan komunikasi, yang menghambat mengalirnya darah kebersamaan berbangsa, bernegara dan juga akhirnya muncul baik di gereja atau tempat-tempat ibadah, di perkumpulan-perkumpulan sosial dan tempat-tempat lain.

Inilah krisis yang sedang kita hadapi di negeri ini, kita membutuhkan banyak orang yang mampu melakukan keteladanan berbangsa dan bernegara yang merindukan terwujudnya cita-cita pendiri negeri ini. .

Kehebatan agama-agama dan torleransi berkumandang, pembakaran dan perusakan rumah ibadah, kekerasan mengatasnamakan agama terus berlangsung, hak azasi manusia terabaikan. Dimana hebatnya?
Manusia memerlukan bukti masa kini, bukan pernyataan-pernyataan dengan terus menerus memunculkan kehebatan di masa lalu, memunculkan kebanggaan semu, bahkan kadang bohong!.

"...semua agama, ajaran kebajikan dan etika moral bersumber dari pada Tuhan yang Maha Esa. Tidak ada satu agamapun yang mengatasinya dan tidak ada satu agamapun dapat dikatakan mempunyai arti jika tidak bisa menolong manusia dan membangkitkan kesadarannya dalam konflik batinnya jika Tuhan Yang Maha Esa tidak menyinari jiwanya". (Nyoman S Pendit, Bagavadgita, Gramedia, 2002).

Semua penganut agama di negeri ini salah, kalau kita tidak berhasil menciptakan perdamaian, masih ada pembakaran-pembakaran rumah ibadah. Ketika kita cuma menyalahkan sepihak, maka perdamaian, toleransi itu hanya utopia.

Mengikuti alam pikiran-pikiran picik--menganggap profesinya paling hebat, pengetahuannya paling hebat, kekayaannya paling hebat, agamanya paling hebat, sukunya paling hebat, jangan heran kalau suku akan terpecah-pecah, bangsa akan terpecah, dunia akan terpecah-pecah.

Kita tidak akan memperoleh suka cita, tidak akan pernah tenteram, semuanya akan "remuk". Jangan berharap ada yang menang. Semua akan kalah, cepat atau lambat.

Untuk itulah kita harus setia pada pikiran dan tindakan yang mempersatukan. Ada organisasi, ada pijakan hidup, dan berbagai aturan sehingga semua dapat hidup berdampingan dengan damai.

Indonesia misalnya, ada empat pilar: Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika. Jangan pula kearifan lokal, pemikiran founding father kita punah, gara-gara kita terlalu mengagungkan pikiran-pikiran yang bertentangan dengan pendiri bangsa ini.

Kita bangga dengan bangsa Indonesia. Bukan bangga meniru-niru Arab, Israel, Jahudi, Amerika atau orang-orang dan aliran hebat dari luar sana.

Kita masing-masing memiliki buku suci yang mengajarkan cara menghormati manusia, pelajari dan jalankanlah itu. Kita memiliki kearifan lokal dari masing-masing suku, pelajari dan praktekkanlah itu dalam kehidupan.

Jangan terus mempertentangkannya, hanya supaya kelihatan paling benar, yang selalu berbuntut pada saling melecehkan, tetapi hendaknya saling memperkaya satu dengan yang lain.

Tuhan memperlakukan manusia sama. Dia memberi mata hari yang sama, bulan yang sama, bumi yang sama, bintang yang sama. Semua manusia bisa menikmatinya, tidak ada diskriminasi.

Tuhan hanya meminta manusia ciptaannya "mengasihi sesamanya seperti mengasihi dirinya". Begitu mudahnya, tetapi "otak" yang sudah kotor membuat kita sangat sulit melaksanakannya.

Mari kita hormati mereka yang selalu memikirkan ide-ide, konsep-konsep dan keteladanan mempersatukan umat manusia. Mari kita belajar dari mereka menghormati sesama.

Tuhan sudah menciptakan semuanya lengkap untuk kita. Founding Father Bangsa kita sudah meletakkan dasar berbangsa dan bernegara sungguh lengkap dalam Pancasila yang berakar dari masyarakat bangsa kita agar bangsa ini saling mengasihi satu dengan yang lain, .

Masalahnya terletak pada kebodohan kita semua. Mari kita tidak bodoh!

Medan, 23 Mei 2016

Meraih Pengetahuan Tanpa Ijazah


Anda tidak punya uang atau waktu untuk kuliah? Bagaimana memperoleh pendidikan bernilai 30.000 dollar dengan hanya 300 dollar.

Scot Posma, seorang penulis, teolog mengajak kita belajar dari buku.

Dari artikel ini, kita diajak belajar dari pengalaman para pembaca buku.

Sediakan sejumlah buku bahan kuliah yang dipelajari di Universitas (yang kita perlukan).

Kemudian bacalah buku-buku itu lima belas menit sehari.

Anda akan beroleh manfaat luar biasa!

Mari kita bersama-sama mencoba!

Paling tidak mengubah cara kita untuk memperoleh pendidikan di luar sekolah yang lebih murah.

Tentu bukan meraih ijazah, tapi pengetahuan yang Anda perlukan!.

Scott adalah seorang penulis, guru dan kini tinggal di Moskow. Dia membantu banyak orang menulis tentang pembentukan spiritual dan kemanusiaan, dan mengoleksi buku-buku.

Pengalaman-pengalaman pembaca perlu terus dikumandangkan dalam rangka meningkatkan minat baca bangsa kita.

Buku adalah jendela melihat dan memaknai alam sekitar, melihat situasi di sekeliling kita. Membuat kita makin paham menemukan passion serta arti kita hidup di dunia ini.

Semoga pengalaman Scot dapat menginspirasi kita untuk mencari teknik-teknik meningkatkan minat baca negeri ini.

Kita adalah bangsa dengan tingkat minat baca penduduknya yang terendah di dunia. Kampanye harus terus dilakukan.

Taufik Ismail mengatakan 63 tahun negeri kita melupakan "membaca"!

Medan, 23 Mei 2016

 http://www.scottpostma.net/welcome/

In Memoriam St Jansiman Purba, SH (1964-2016)


"The life of the dead is placed in the memory of the living" (Marcus Tullins Cicero)

Malam ini, sekitar pukul 21.30, setelah kembali dari khotbah di partonggoan Pemuda GKPS Simalingkar, saya mencoba menghilangkan kesedihan atas kepergian teman kami Jansiman Purba dalam artikel berikut!.

Teman kami St Jansiman Purba, SH yang meninggal setelah menjalani perawatan selama beberapa hari di RS Adam Malik, Kamis tengah malam 19 Mei 2016, dikebumikan hari ini.

Acara penghormatan terakhir pria kelahiran Pematangsiantar 24 Mei 1964 itu diawali dengan kebaktian pagi hari pukul 08.00 WIB, kemudian disusul dengan acara penghiburan dari keluarga, perkumpulan marga, STM, rekan-rekan, serta makan siang bersama.

Setelah acara penghormatan terakhir di rumahnya, di Jalan Bawang Raya, Perumnas Simalingkar, jenazah dibawa ke gereja. Tiba di sana pukul 14.30.

Gedung gereja berkapasitas 300 tempat duduk itu, hampir terisi penuh oleh jemaat, majelis dan keluarga berduka dengan pakaian nuansa hitam.

Tempat duduk anggota majelis yang dipisahkan di sudut sebelah kanan altar gereja dan berpakaian nuansa hitam menambah suasana duka yang lebih dalam.

Bram (kelas I SMA) dan Batara (kelas I SMP), serta ibunya Hepy br Saragih, duduk di sebelah kiri peti mati yang diletakkan di depan altar Gereja GKPS Simalingkar.

Semua berduka, semua sedih. Kami semua mengetahui St Jansiman Purba hanya sakit selama dua bulan terakhir ini.

Rasanya masih melihatnya segar bugar saat penghiburan di rumah almarhum abangnya, Jorhiaman Purba (juga nggota jemaat kami), dua bulan yang lalu.

Acara pemberangkatan dari gereja berjalan cukup hikmat, suasana duka yang mendalam. Hepy dengan "tudung balu" yang diberikan tondong tadi siang menunduk sedih, sekali-sekali menatap ke arah peti mati almarhum suaminya.

Pimpinan Jemaat, semua seksi, badan, serta Pengurus GKPS Resort Medan Selatan menyampaikan pesan, kesan dan penghiburan kepada keluarga.

"Kita kehilangan seorang anggota majelis yang berdedikasi tinggi dan memiliki prinsip dalam pemkiiran," kata Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih.

"Dia orang yang sangat menghargai tugas yang diberikan kepadanya," tambahnya.
Jansiman menjadi syamas pada 2005, kemudian dilantik sebagai Sintua pada April 2015.

Dalam struktur organisasi Seksi Bapa GKPS Simalingkar, Jansiman duduk sebagai Bendahara.
"Hari ini, kami pengurus dan Komisaris biasasnya 10 orang, hari ini kami hanya berdiri 9 orang. Kami kehilangan seorang bendahara yang sangat bertanggungjawab dalam jabatannya,"kata Sy Dearman Saragih, Ketua Bapa GKPS Simalingkar.

Sebagai seorang Notaris, St Jansiman telah berhasil mengurus setifikat hak milik tanah GKPS Simalingkar, pada 2007 lalu. "Sebuah prestasi gereja, dimana masih banyak gereja lain yang tanahnya tidak bersertifikat," katanya.

Demikian juga para jemaat lainnya, banyak memberi kesaksian bahwa kehadirannya di gereja sebagai notaris, banyak membantu jemaat mengurus sertifikat tanahnya, baik membantu mengurusnya atau menjelaskan cara mengurus sertifikat tanahnya tanpa pamrih.

Salah satu sertifikat gereja yang sedang diurusnya adalah tanah milik GKPS Pancurbatu.

"Kami sangat kehilangan, karena selama ini beliau yang mengurusnya. Almarhum sangat teliti bekerja, dan selalu mengingatkan kami tentang kekurangan administrasi. Bapak ini sangat membantu dan sopan bicaranya" kata Pengantar Jemaat GKPS Pancurbatu.

"Dia sangat mudah diajak, kalau ada acara kunjungan kemalangan, sakit," ujar St Tenang Tuah Purba, SH, Ketua Diakonai Sosial GKPS Simalingkar, dengan suara tersendat dan tak kuasa menahan air matanya.
Setelah acara agenda yang dipimpin Pdt GKPS Resort Medan Selatan, Pdt Jaminton Sipayung dan Pdt Masniari br Damanik, satu per satu anggota majelis meletakkan sekuntum bunga anggrek ke dalam peti jenazah, penghormatan mereka yang terakhir.

Suasana haru meliputi seluruh majelis, keluarga. anyak majelis yang tidak mampu menahan air mata. Kami kehilangan seorang sahabat yang meluangkan waktunya banyak di gereja.

Beberapa anggota keluarga tampak menumpahkan rasa duka mereka, saat peti ditutup.

Semua mengenang beliau yang baik. Usai latihan koor, sermon, atau acara lain, biasanya dia main catur di ruang samping rumah penjaga gereja.

Kami kehilangan seorang sintua yang tidak pernah absen dalam latihan koor, vokal group, sermon, partonggoan dan berbagai kegiatan lainnya.

Tidak ada lagi orang yang kami penggil dengan "Pada hari ini.......", panggilan akrab kami buat almarhum sebagai seorang notaris. Tidak ada lagi teman diskusi seorang pria yang murah hati membantu kami dalam urusan kenotariatan.

Hari ini adalah hari terakhir kami bersama almarhum.

Dengan diangkat beberapa orang anggota majelis dan didahului pembawa salib di depan, jenazah diangkut perlahan-lahan meninggalkan area altar gereja menuju ambulance yang parkir di depan gereja.

Sore ini sekitar pukul 16.30, ambulance berjalan perlahan-lahan meninggalkan kompleks gereja menuju rumah baru alumni Universitas Simalungun di era 1990-an ini.

Almarhum mulai malam ini akan tinggal di rumah barunya, di sebuah pemakaman di sebelah selatan kota Medan.

Selamat jalan St Jansiman Purba, SH. Semoga ketekunanan, disipilin, dan gairahmu dalam pelayanan selama ini menjadi teladan bagi kami.

Seorang yang telah teruji dan calon pemimpin jemaat ke depan telah mendahului kami.

Keluarga, kami akan menghadapi "rasa kehilangan" dan tidak mudah. "Sulit tapi bukan mustahil bagi Tuhan!".

Begitulah kehidupan ini berjalan. Jansiman kini mendahului kami. Kali ini kami menghibur keluarga, kali lain kami juga harus siap menerima penghiburan.

"Semua manusia akan mati. Bagi orang percaya, kematian adalah tidur panjang, dan suatu ketika akan bangun kembali" kata Pendeta Jaminton Sipayung.

Hanya soal waktu!. Kita semua akan mengalami nasib seperti pengalaman St Jansiman. Jadi pergunakanlah kesempatan berbuat baik selagi masih diberiNya waktu!

Medan, 22 Mei 2016 

Apa yang Paling Mudah Ditulis?


"If you want your reader smiles reading your book, maybe you should smile writing it too"

Kalau mau pembaca Anda tersenyum membaca tulisan Anda, tersenyumlah ketika Anda menuliskannya..(Tidak mudah)

Kalau Anda mau pembaca menangis (karena terharu, bukan karena disakiti) membaca tulisan Anda, menangislah menuliskannya. (Tidak mudah).

Kalau Anda mau pembaca terinspirasi membaca, bergairahlah menulis. (Tidak mudah)

Menulis hal-hal di atas seseorang harus belajar, banyak menulis dan banyak membaca.

Dan bagaimana menulis paling mudah, dan secepat kilat mendapat respon dari pembaca (negatif)!

"Kalau mau pembaca Anda membully tulisan Anda, mudah saja: bullylah orang lain".

"Kalau mau pembaca Anda menyakiti Anda, tulislah hal menyakitkan,lecehkanlah mereka, hinalah mereka"

:"Kalau mau pembaca tulisan Anda menghina, melecehkan agama, suku Anda, hina, lecehkanlah agama atau suku mereka"

Menulis ketiga hal terakhir, tidak perlu belajar, dan tidak perlu membaca.
"Suarakanlah (tulislah) suaramu, sehingga orang lain mampu mengeluarkan suaranya" (Steven Covey).

Medan, 20 Mei 2016

Jumat, 20 Mei 2016

Blog Saya Masuk di Websitenya Jeff Goins

Oleh: Jannerson Girsang


Di era komunikasi digital sekarang ini, kita harus saling tergantung satu dengan yang lain. Penulis besar, penulis kecil, orang besar, orang kecil harus saling tergantung, TIDAK BISA HEBAT SENDIRI. Anda mau besar, besarkan orang lain juga!.

Hari ini, blog saya "JANNERSON GIRSANG Menulis Fakta Memberi Makna" (http://www.harangan-sitora.blogspot.com), menjadi urutan ke 2813 dalam website penulis terkenal: Jeff Goins, penulis di 100 majalah, publikasi dan blog, penulis buku best seller The Art of Work..

Paling tidak, hari ini blog ini sudah bisa berjejaring dengan website seorang penulis besar. Jeff Goins, serta 2000 lebih blog dan website yang nyantol dan menjadi temannya Jeff.

Saya melihat aktivitas yang mereka lakukan dan saya belajar dari mereka. Pasti sekali-sekali mereka juga melihat blog saya, melihat alam indah Pantai Barus dari Indonesia yang menjadi foto blog itu.

Rekan-rekan bisa mengaksesnya di http://goinswriter.com/my500words/. 

Begitulah era sekarang ini. Kita diperkenalkan orang lain dan sebaliknya kita juga memperkanalkan orang lain. Tidak boleh egois, sehebat apapun kita. Kita harus merasa saling ketergantungan, dan tidak boleh meremehkan orang lain, apalagi menutup suara orang lain.

Apalah saya dibanding dengan Jeff Goins. Tetapi dia masih butuh saya dan saya sangat mebutuhkannya.

Dengan cara simbiose mutualisme tersebut, maka kita akan sama-sama besar, dan sama-sama memperoleh keuntungan. .

Blog "Jannerson Girsang: Menulis Fakta Memberi Makna" saya bangun pada Maret 2009 dan hari ini sudah memuat 517 artikel saya yang sudah diterbitkan di media cetak atau media online lainnya, serta renungan-renungan pribadi saya yang belum diterbitkan.

Dari statistik yang saya pasang, Blog ini dikunjungi lebih dari 65 ribu orang dari 100 negara di dunia. Kontennya sudah dibaca sebanyak hampir 100 ribu page views.

Berbagai media sudah mengutip beberapa artikel ini ke media mereka, baik media cetak, media-mediaonline, penulis di media, bahkan bahan membuat buku. .

Karena sejak awal, saya tidak ada maksud membangunnya untuk tujuan komersial, blog ini tidak memuat iklan. Mereka yang mengutip juga bebas, tidak dipungut bayaran.

Bagi saya tujuan utama membangun blog ini adalah semata-mata hanya menebar kebaikan.

Teman-teman, era internet sekarang ini memberi kita peluang menikmati jejaring, pertemanan dengan banyak manusia di dunia. 
  
Sejak dua hari lalu, saya tertarik dengan Jeff Goins pentingnya penulis membuat hubungan dengan pembacanya. Setiap penulis harus membina komunikasi dengan pembacanya, demikian Jeff Goins.
Kemaren saya tertarik dengan Jeff Goins pentingnya penulis membuat hubungan dengan pembacanya.

Inilah media saya berhubungan dengan Anda-anda, teman-teman yang selama ini menikmati artikel-artikel saya, bagaimanapun kualitasnya. Semoga saya masih bergairah melanjutkannya dan Anda bisa terus menikmatinya

Menulis adalah melayani manusia, tidak semata-mata menghasilkan materi.

Semoga artikel-artikel yang saya kumpulkan di dalam blog ini bermanfaat bagi banyak orang.

Saya juga berharap, para pembaca artikel-artikel saya tetap setia memberi kritik dan saran, serta kebutuhan Anda saat ini, agar saya dapat memenuhinya.

Selamat menikmati!
.

Medan, 20 Mei 2016

Notaris St Jansiman Purba Meninggal Dunia


Saya menerima sms (pukul 01.00) dari St JE Purba dan beberapa sms lain dari teman se gereja, mengabarkan bahwa teman kami satu gereja di GKPS Simalingkar, St JANSIMAN PURBA, SH, meninggal dunia di rumah sakit Adam Malik, malam ini (19 Mei 2016), sekitar pukul 00.00 WIB.

Saat sms masuk listrik baru saja hidup!. Padam, sejak tiba di rumah sepulang dari partonggoan di rumah Sy Jaslen Purba, SH di kompleks Stella, sekitar pukul 23.00.

Memang saya agak gelisah malam itu!. Listrik padam dan saya tidak bisa menulis. Tapi, malam itu, saya tidak memilih tidur, hanya membaca-baca.

Seolah ada sesuatu yang akan terjadi. Ternyata persitiwa sedih itu. Kehilangan seorang teman yang baik, bekas mahasiswa saya, dan usianya beberapa tahun lebih muda dari saya.. .

Beberapa menit kemudian, Sekretaris Jemaat kami St Jaruli menelepon: "Hu rumah sakit hita lae. Hujemput ham hu rumah da. Kita ke rumah sakit, saya jemput lae," katanya.

Almarhum meninggal karena sakit, dan beberapa waktu yang lalu berobat ke Penang, kemudian selama sembilan hari dirawat di RS Adam Malik,Medan,. .

Jansiman Purba, SH meninggalkan seorang istri dan dua orang putra, masing-masing duduk di bangku Kelas I SMA, dan Kelas III SMP.

Dalam Kepengurusan Seksi Bapa GKPS Simalingkar, St Jansiman Purba SH menjabat sebagai Bendahara.
Pria kelahiran Pematangsiantar, 24 Mei 1964 ini adalah alumni Fakultas Hukum, Universitas Simalungun (USI), Pematangsiantar.

Semasa hidupnya, Jansiman Purba, SH adalah Notaris dan berkantor di Jalan Karet Raya, Perumnas Simalingkar, Medan..

Sekitar pukul 03.00 dinihari, jenazah, diberangkatkan dari RS Adam Malik ke Rumah Duka di Jalan Bawang Raya 21C, Perumnas Simalingkar.

Doa pemberangkatan ke rumah duka dipimpin Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih Simarmata.

Pimpinan Majelis, Ketua Sektor I, Yanran Saragih, Junimar Saragih, saya, hadir pada acara pemberangkatan dari RS Adam Malik. Menurut St Japorman, vorhanger kami, siangnya sudah diadakan Perjamuan Kudus terakhir kepada almarhum yang dipimpin Pendeta Resort kami Pdt Jaminton Sipayung..

Di rumah Sakit istrinya ditemani salah seorang anaknya, serta keluarga.

"Mantan muridmu (mahasiswamu) sudah pergi, Bang" kata istrinya, Hepy br Saragih sedih, ketika kami menjenguknya dini hari tadi, sebelum jenazah diberangkat ke rumah duka..

Tetapi tetap dia terlihat tegar, dan pasrah. "Yah sudah ajal. Saya pasrah," katanya
Jansiman adalah mahasiswa, ketika saya menadi Rektor di USI, di akhir 1980-an Dia seorang yang tekun bekerja, dan suka membantu.

Terakhir dia membantu mengurus sertifikat hak milik rumah saya. "Tidak usah bayar bang, kalau datang sendiri ke BPN," katanya, setelah dia mengurus beberapa surat yang saya perlukan.

Dia aktif di gereja, sangat bersahabat, dan suka membantu. Sewaktu putri saya Patricia Marcelina Girsang martumpol, istrinya menyediakan dekorasi, dan kami tidak perlu membayar. "Itu bantuan kami untuk Patricia bang,"ujar istrinya ketika itu. .

GKPS Simalingkar, kehilangan seorang jemaat terbaiknya. Selamat Jalan Jansiman Purba!.
Menurut keterangan istrinya tadi malam, Jansiman direncanakan akan dikebumikan di Medan, Minggu 22 Mei 2016. Tetapi masih akan menunggu penetapan dari keluarga dan "Parsahutaon".
Semoga keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapi musibah ini. Mari teman-teman membawakan keluarga dalam doa!

Medan, 20 Mei 2016

Belajarlah Menghargai yang Hadir


Oleh: Jannerson Girsang

Dialog menghakimi orang yang tidak hadir seringkali terdengar khususnya dalam perkumpulan-perkumpulan sosial.

Terlalu sering membiarkan suasana negatif seperti ini, akan membuang banyak waktu, menghilangkan konsentrasi, bahkan secara tidak sadar memunculkan demotivasi

Manalah ada organisasi yang anggotanya hadir 100%. Selalu saja ada yang tidak hadir. Sebaiknya, belajarlah menghargai yang hadir.

Umumnya, peserta yang sering tidak hadir, paling banyak komentar, parahnya, mendiskreditkan temannya yang tidak hadir pula.

Yang tidak hadir kemaren, menghakimi yang tidak hadir hari ini, seolah dialah yang paling rajin hadir. Padahal, selama sebulan terakhir, baru kali itulah dia hadir

Komentar seperti ini muncul juga dari orang yang rajin hadir tapi tidak tulus, supaya dia dianggap pahlawan. .
Akhirnya banyak waktu terbuang menghakimi yang tidak hadir. Siapa yang paling rajin dan yang tidak rajin!.

Kadang, malah terlupakan membicarakan program yang selesai dan belum selesai. Padahal program yang baiklah yang akan membuat orang tertarik pada pertemuan.

Dalam sebuah pertemuan, seorang bapa, yang sudah lama absen, kesal melihat jumlah yang hadir hanya sedikit, tiba-tiba berkomentar supaya seolah dialah paling rajin hadir, dan peduli. .

"Inilah, saya kesal juga kita begini. Saat awak datang,banyak tidak hadir. Ayo dibuat aja peraturan, kalau tiga kali tidak hadir diberi peringatan," katanya. .

Besoknya,yang ngomong tadi tidak hadir dalam pertemuan. Kemudian yang absen hari sebelumnya, nyeletuk lagi.

"Kesal juga kita begini, awak sudah datang, yang hadir cuma sedikit. Ayo Ketua, buat aturanlah. Kalau tiga kali tidak hadir diberi peringatan," katanya.

Yang rajin hadir tapi tidak tulus, ingin dirinya dihargai sebagai pahlawan sering kesal dan nyeletuk juga.

"Kesal juga saya kalau begini, awak sudah datang tiap pertemuan. Nggak ada bedanya rajin dan tidak rajin," katanya.

Umumnya yang rajin hadir, dan tulus, tidak banyak komentar. Lalu, dia mengingatkan teman-temannya..

"Mari kita hargai yang datang! Tidak usah membicarakan yang tidak datang, dosa lho. Mereka tidak mendengar mereka kita bicarakan. Mari kita komunikasikan kepada teman-teman yang tidak datang, hal-hal baik yang kita peroleh dari pertemuan ini. Semoga mereka tertarik untuk datang ke pertemuan berikutnya",

Teman-temannya diam dan tunduk kepala kemudian melanjutkan pertemuan.Menghargai yang hadir, adalah tugas pemimpin untuk mensosialisasikannya.

Medan, Menjelang Tengah Malam, 20 Mei 2015. 

Kamis, 19 Mei 2016

Surat dari si "Pintar" Jeff Goins


Hari ini saya bergabung dengan Jeff Goins--penulis buku best seller The Art of Work" dan buku The Beginner's Guide to Building an Audience. 

Janji menulis 500 kata per hari.

Sebelumnya, saya memang sudah melatih diri menulis satu artikel sehari, walau tidak terus menerus. Tetapi, karena seorang penulis hebat menyarankan pengalamannya, saya ikuti saja dulu. Pasti ada sesuatu yang berubah pada diri saya.

Jeff menyarankan saya menuliskannya di FB, jadi saya tuliskan juga. Semoga berguna bagi teman-teman. Berikut suratnya.

Hi,

Welcome to the My 500 Words community.

The first, most important thing in starting any new habit is commitment.

Today is the first day of your 31-day challenge. Maybe it feels intimidating. Maybe it feels exciting.
A month isn't a short amount of time. If you finish this challenge, you will have written over 15,000 words. 

That's a lot.

We have a whole community here to encourage you and help you complete the challenge (and keep going if you want to). But ultimately, you have to want it for yourself more than anyone else wants it for you.

So what do you do to get started?

Commit - now. Not when you're 10 days in and already exhausted. Make a mental effort to decide to finish this thing before you start.

Announce it on Facebook. Write a blog post (be sure to join the link-up here: http://my500words.com/participants/). Tell your neighbor. Ask a friend to hold you accountable.

 Do something today to declare to the world your commitment to write for 31 days straight.

And then deliver on what you promised. Oh, and course, write 500 words. But you knew that already.

See you tomorrow!

Jeff

Medan, 18 Mei 2016

My 500 WORDS


Menulis lima ratus kata setiap hari selama 31 hari terus menerus, ternyata bukan pekerjaan mudah. Kalau satu hari lima ratus kata, berarti setahun sudah 180 ribu kata, dua buku lebih tuh!

Di Indonesia, saya baru menemukan seorang professor (Prof Imam Suprayogo, mantan Rektor Universitas Islam Malang, yang menulis disiplin setiap hari. Dalam kesibukannya sebagai seorang orang nomor satu di universitas itu, beliau mampu menulis satu artikel setiap kembali dari sembahyang subuh, secara terus menerus.

Beliau pernah mendapat penghargaan dari Murry, karena mampu menulis lebih dari 2000 artikel dalam dua tahun. Artinya beliau mampu menulis setiap hari minimal satu artikel dan diposting ke blog pribadinya..
Dulu, saya rajin mengunjungi blognya, tetapi sudah lebh setahun saya tidak mengunjunginya.

Saya telah mencobanya, tetapi tidak pernah tercapai hingga sekarang. Selalu saja menemukan halangan. Apakah saya keluar kota, atau tidak bergairah menulis.

Jeff Goins menasehatkan agar menulis 500 kata sehari. "My 500 Words. "Jangan memakan gajah, sekali gigit," katanya.

Dalam artikelnya "The Secret to Developing a Regular Writing Habit", Rahasia Mengembangkan Kebiasan Menulis yang Regular, teratur. Jeff menganjurkan metoda ini untuk menulis sebuah buku.

Banyak orang mengikuti training, membaca tentang menulis, tetapi tidak menuliskannya. "And this is where most people fail. They never actually write a word. They talk about writing, think about writing, even read about writing. But they do not write," kata Jeff.

Dengan berlatih dan disiplin, Jeff kini sudah menjadi penulis terkenal di Amerika. Menjadi penulis untuk lebih dari 100 majalah, publikasi dan blog.

Menulis, hanya butuh latihan dan disiplin, tidak butuh banyak teori.Memang tidak mudah. Butuh Passion, updating pengetahuan untuk menemukan ide menulis, latihan menulis terus menerus untuk meningkatkan keahlian.

Jangan terus belajar bagaimana menulis, teta[i menulislah setiap hari!. Demikian nasehat Jeff Godins!. . .

Medan, 18 Mei  2016

Penulis Adalah Prajurit Perang


Oleh: Jannerson Girsang

Penulis adalah prajurit perang!. Mereka berperang merebut hati pembaca. Tanpa pembaca, maka tulisan itu seolah jatuh ke telinga orang yang tuli (tidak mendengar).

Saya beruntung, karena melalui Facebook ini, saya menemukan pembaca saya yang setia. Terima kasih banyak! Ada sekitar 600 orang lebih yang jadi follower, dari sekian ribu teman!

Setiap penulis harus memiliki audience (pembaca)!. Wah, perintah baru nih! Penulis abad ke-21. .
Bagaimana caranya, itulah sebuah buku yang kutemukan sore ini dan saya posting dalam status ini. Buku ini hanya 29 halaman dan berisi tentang cara memperoleh audience menggunakan kekuatan "group" atau penulisnya bilang "tribe".

Semoga teman-teman juga bisa mendownloadnya, dan berbagi bersama yang lain.
Saya sendiri baru mulai mempelajarinya. Sejauh ini yang saya tau mencari pembaca adalah menulis buku, memasukkan tulisan melalui artikel di media cetak/online, dan seperti sore ini, menulis di FB. Mudah-mudahan ada yang membaca.

Begitulah kisahku sore ini!

Dalam suasana letih menulis buku, saya harus menyegarkan pikiran dengan membaca atau mencari topik lain.
Menulis memerlukan ketahanan mental untuk terus berada di depan komputer, apalagi sudah mendekati deadline. Saya harus mampu duduk sendiri berjam-jam.

Salah satu aktivitas yang sering saya lakukan dalam suasana seperti itu adalah berselancar di internet, dan menemukan sesuatu yang membuat otak cair kembali.

Begitulah sore ini. Ketika menghadapi writer's block (keinginan menulis berhenti) dalam penulisan sebuah buku, saya melakukan searching di internet.

Awalnya, saya menemukan sebuah nama Jeff Goin yang baru sore ini kutemukan. Di youtube ternyata nama itu cukup populer di dunia ini.

Lalu, rasa ingin tau saya muncul, dan mencari tau nama itu lebih jauh!.

Ternyata kehebatannya paling top mampu memperoleh pembaca blognya 100.000 selama 18 bulan, dengan teknik yang dikembangkannya sendiri. .

Bandingkan dengan blog saya www.harangan-sitora.blogspot.com baru dikunjungi sekitar 65.000 orang dari 100 negara, selama enam tahun. Saya kira kekurangan saya adalah tidak pernah peduli siapa pengunjung saya, dan siapa mereka.

Beda dengan Jeff yang sangat peduli audiencenya. Dalam 18 bulan itu kehidupannya berubah total. Dia berhenti dari pekerjaannya dan hanya menulis penuh waktu. Mampu mendukung keuangan keluarganya
"This audience helped me replace my wife’s income and then my own, allowing me to quit my job. All of this happened in about 18 months. Now, I’m able to support my family through writing full-time,something I never thought possible. Sounds crazy, doesn’t it? But it’s not. Not if you take your time to build the audience. Not if you find your tribe":

Prestasi menulis pria asal Chicago ini juga kemudian mengangumkan. Setelah menulis selama enam tahun, Jeff menghasilkan 4 buku, dan satu diantaranya The Art of Work adalah national best seller di Amerika.
Dalam interviewnya dengan sebuah mediaonline di youtube, saya mendengar nama website "www.goinsblog.com".

Lantas, saya searching nama itu. Saya menemukan tulisan "Get the attention your work deserves — with free tips on writing and creativity". Saya disuruh mengisi nama dan alamat email.

Lalu saya diperintahkan mengkonfirmasi email tersebut dan perintah itu saya laksanakan

Apa yang kudapat teman-teman?.

Betapa terkejutnya saya!.Dalam hitungan detik, saya sudah bisa mendownload secara gratis, sebuah e-book: The Beginner's Guide to Build the Audience, karya Jeff Goin..

Buku ini berisi pengalaman Jeff Goin serta filosofi menulis di abad ke 21 ini, serta bagaimana caranya memperoleh audience (pembaca) kita.

Dalam pengakuannya, sebelumnya, menulis bagi Jeff Goin adalah mencari pengakuan, popularitas, penghargaan.

"My writing journey began as a search or accolades and awards, recognition and fame. Instead, I found frustration and disillusionment," katanya.

Cukup banyak penulis yang memiliki motivasi seperti itu, dan akhirnya memang seperti pengalaman Jeff: frustrasi!

Ternyata untuk tahan menulis terus menerus, Jeff Goin mengatakan bahwa menulis harus menjadi passion. Andrea Hirata katakan, Kalau tidak menulis seperti ada yang hilang.Ada yang terasa gatal, gitu lho!

Bahkan Jeff Goin bilang: "If nobody but me showed up to read my words, I would still write. If I never won an award or got published, I would still write. If I never earned a dime, I would still write"

Penulis itu seperti prajurit dalam perang. Perang merebut hati pembaca. Kata Jeff, kita para penulis ternyata berperang merebut hati pembaca. Jeff Gobin mengatakan seorang penulis memerlukan audience. Pembaca setia tulisan Anda!.

Sebagus apapun tulisan jika tidak memiliki pembaca, artikel atau tulisan itu seolah hanya.akan jatuh pada telinga yang tuli.

"Without an audience of readers, your words will fall on deaf ears— no matter how important or inspired they seem".

Kini Jeff Goin menulis untuk 100 majalah, publikasi dan blog.

Teman-teman, silakan membuka website yang saya posting di bawah ini, dan temukan buku tersebut secara gratis!

Jeff Goin dapat dihubungi melalui goinswriter.com, dan memiliki Twitter: @jeffgoins,Facebook: facebook.com/goinswriter, G+: gplus.to/jeffgoins.

Medan, 17 Mei 2016

Selasa, 17 Mei 2016

Setya Novanto Ketum, Golkar Keluar dari KMP


Setelah secara mengejutkan menyatakan diri keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP), Golkar memilih Setya Novanto sebagau Ketua Umum Partai berlambang beringin itu.

Tanda-tanda Setya Novanto akan menjadi Ketua Umum, memang sejak awal sudah terlihat. Lima hari sebelum pemilihan, mantan Ketua DPR-RI yang lengser karena kasus "Papa dan Mama Minta Saham" itu sudah mengeluarkan sinyal penting.

"Bakal calon ketua umum Partai Golkar, Setya Novanto, berjanji akan membawa Golkar mendukung pemerintah apabila memenangi pertarungan dalam musyawarah nasional luar biasa di Bali pada 15-17 Mei mendatang," demikian kutip Kompas.com, Jumat 6/5/2016.

Calon Ketua umum seperti ini, tentu sangat dibutuhkan pemerintahan Jokowi, siapapun orangnya, apakah punya track record jelek atau baik di mata rakyat.

Isu liarpun berkembang!.

Isu Presiden dukung Setya Novanto menjadi Ketua Umum beredar di tengah Munaslub Golkar di Bali. Walaupun isu tersebut dibantah petinggi Golkar.

"Soal isu Luhut bilang Presiden dukung SN itu tidak benar dan ngawur," kata petinggi Golkar, Bambang Soesatyo, seperti dikutip Kompas.com.

Namun, di lapangan ternyata bukan hanya issu, tetapi Luhut Panjaitan (Penasehat Golkar), yang juga Menkopolhukam pemerintahan Jokowi itu, seperti diberitakan media makan siang bersama dengan Setya Novanto, dan para petinggi Golkar lainnya.

"No free for lunch," kata pepatah!

Beberapa jam sebelum pemilihan Ketua Umum, Partai Golkar memutuskan keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP), koalisi bentukan pada masa Pemilihan Presiden 2014. Keputusan itu diambil saat sidang paripurna Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar, Senin (16/5/2016) malam.

"Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi keputusan Munas Partai Golkar tentang posisi Partai Golkar dalam Koalisi Merah Putih," kata Sekretaris Pimpinan Sidang Munaslub, Siti Aisyah.

Reposisi Golkar di dalam KMP dilakukan seiring dukungan partai berlambang pohon beringin itu kepada pemerintah. Secara tegas, sikap itu sebelumnya telah disampaikan saat Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar awal tahun ini.

"Keputusan Golkar untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK harus ditindaklanjuti dengan upaya nyata Partai Golkar. Demi menyukseskan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan," lanjut Siti Aisyah.
Sebelumnya, KMP dibentuk sebagai tandingan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pada saat Pilpres 2014. Belakangan, KIH telah berubah nama menjadi Koalisi Partai Politik Pendukung Pemerintahan, seiring dengan masuknya sejumlah partai lain di luar KIH untuk mendukung pemerintah.

Dini hari tadi, Setya Novanto (yang sempat terekam video ngantuk-ngantuk saat upacara nasional), terpilih menjadi Ketua Umum setelah Ade Komarudin--saingan satu-satunya Setya Novanto, mundur secara mengejutkan..

Golkar, sekali lagi, resmi keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP)!. Sikap Golkar ini akan memperkuat kedudukan pemerintahan Jokowi.

Namun, bagi Golkar sendiri, seorang pengamat dari UGM, Arie Sujito memprediksi, "Kalau Setya Novanto, memang tidak akan sulit diprediksi. Memang dia dekat dengan Ketum Golkar (Aburizal Bakrie) dan memiliki risosis yang besar. Namun jika dia terpilih tidak akan ada terobosannya," kata Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/5/2015).

Menurut dia, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh Setya Novanto sempat mempengaruhi soliditas partai. Jejak rekam Novanto dalam politik pun akhirnya diragukan akibat kasus yang menyeret petinggi Freeport dan pengusaha minyak Riza Chalid itu.

Namanya juga politik!. Kita tunggu perkembangan berikutnya!

Bagi saya sebagai rakyat, yang penting pembangunan berjalan terus. DPR mendukung program pemerintah yang baik untuk rakyat, dan tidak terus menerus berdebat soal hal-hal yang tidak penting. Rakyat makin makmur!

Medan, 17 Mei 2016

Rahasia Menulis Andrea Hirata (Sumber: Metro TV, diposting di Youtube, 21 Januari 2015)

Hari ini saya libur, menyambut Perayaan Pentakosta ke-2. Sambil mencari bahan ceramah saya di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah, 25 Mei mendatang, saya melakukan searching di internet.

Terliriklah kegiatan dan Prestasi penulis-penulis Indonesia. Salah satunya, Andrea Hirata!.

Andrea tidak pernah berhenti menulis, terus menghasilkan karya-larya barunya. Menurut postingan di Youtube itu, Andrea Hirata merencanakan menerbitkan buku barunya berbahasa Jerman, di Jerman dan novel ke-9nya di Indonesia berjudul “Ayah”. (Mungkin dua buku itu sudah terbit sekarang)

Pengen tau aja sih, apa rahasia di balik suksesnya. Kok dia terus aja produktif menulis?

Ungkapan-ungkapan para penulis besar adalah energi baru untuk membangkitkan semangat, merefleksikan kembali kegiatan menulis.

Menurut Andrea Hirata, menulis itu ada dua sisi. Sisi teknis dan sisi non teknis. “Sisi teknis bisa dipelajari, gampang. Bagaimana menyampaikan sesuatu kepada pembaca,” katanya.

Jadi, tidak boleh puas kalau hanya menguasai teori menulis, karena itu hanya soal kecil. Belajar teori, emngikuti kursus penulisan, tidak akan pernah menghantarkan orang jadi penulis.

Masalah besarnya adalah bagaimana orang terus menulis walau sudah pandai menulis.

Itulah sisi non teknisnya. “Banyak anak-anak muda lupa. Yang pertama-tama itu passion (gairah). Benarkah niat menulis itu kuat. Karena menulis itu membutuhkan endurance (daya tahan)”.

Menurutnya, banyak penulis-penulis muda, baru dua halaman sudah writer’s block (tidak bergairah menulis). “Tidak punya passion (gairah),” katanya.

Hidup mati Andrea Hirata adalah menulis. “Pokoknya kalau nggak nulis saya nih, ada yang kurang. Gatal rasanya. Jadi di situ dulu deh,” katanya menasehatkan. .

Soal teknis menulis, katanya itu bisa bertanya kepada penulis-penulis senior. Dia mengaku, meski sudah menjadi penulis terkenal sekarang, masih belajar juga!

“Saya juga masih belajar. Saya beruntung punya guru di Amerika. Jadi, saya selalu bisa bertanya. Yang susah itu menimbulkan passion. Saya menulis sembilan tahun yang lalu. Saya bertekad untuk membaca 3 novel setiap minggu,” katanya.

Andrea Hirata membaca novel dalam bahasa Indonesia, bahasa Inggeris. Jadi, menulis itu membaca. Menulis banyak membaca lebih banyak lagi.

Dia membaca novel bukan bahasa Indonesia saja. “ Saya bisa sedikit-sedikit bahasa Prancis. Saya baca novel bahasa Perancis juga,” katanya.

Kalau ditanya siapa yang menginspirasi menulis, Andea harus
breakdown dulu. Soalnya menulis memiliki bidang-bidang tertentu juga.

“Kalau bagaimana menulis dengan sense humor yang baik saya belajar dari Sekhtar Mehta. Menulis Culture tentang budaya di Indonesia saya belajar dari Ahmad Tohari. Menulis dengan bahasa yang puitis saya belajar dari Prof Safari.”katanya.

Satu lagi rahasia Andrea Hirata dalam menulis adalah: RISET. dan MENULIS.

Menulis, menurut Andrea Hirata, pertama-tama membutuhkan riset. Itu Jawaban kilise atau klasik. Melakukan riset!. (Membaca, Observasi, mendengar)

Menurutnya, banyak penulis muda menggunakan demikian banyak waktu untuk menulis. 90 persen waktu digunakan untuk menulis, hanya 10 persen untuk riset.

“Coba dibalik,” katanya
.
Andrea sendiri menerapkan pola 90% riset dan 10% menulis. “Saya menggunakan 10 % waktu saya menulis dan 90% riset. Ketika saya duduk menulis, sudah tau apa yang saya lakukan. Saya tidak akan mereka-reka karakter ini akan diapakan, dia akan gimana. Ketika saya menulis novelnya sudah selesai”.

Dia menambahkan, “Kalau dikatakan menulis (buku) saya bisa dikatakan hanya butuh waktu hitungan minggu. Lasykar Pelangi itu saya menulisnya 3 minggu. Padang Bulan itu 9 hari, Tapi risetnya bertahun-tahun,”.

Hebat yah. Wah, ternyata sederhana saja kalau mendengarnya. Melaksanakannya yang perlu passion. Nasehat untuk kita semua!

Ajarkan Anak Tidak Terobsesi Mengubah Orang Lain


Hindari sebisa mungkin menceritakan kepada anak-anak perlakuan buruk suami/istri atau orang lain kepada Anda! Kasihanilah Anak-anak Anda!

Seorang ibu bertutur bahwa puteranya yang baru berusia 10 tahun mengamuk setelah dia bercerita tentang mantan suaminya.

"Dia meradang dan ingin bertemu dengan ayahnya. Ia ingin menghajar ayahnya supaya tidak menyakiti saya lagi," kata wanita tersebut.

Nah, taukah Anda ketika Anda menceritakan perlakuan buruk orang lain, bisa pasangan, mantan pasangan, atau siapapun kepada anak, pada saat yang sama sikap heroik anak akan muncul?

Pada dasarnya, seorang anak ingin melindungi orang tuanya, terlebih jika Anda orang tua tunggal.

Jadi, ketika ia menyadari orang tuanya diperlakukan tidak baik, ada obsesi yang muncul dalam diri anak yaitu ingin mengubah keadaan, mengubah orang lain.

Keinginan yang besar mengubah orang lain membuat kita kurang sensitif menanggapi perubahan-perubahan yang kecil. Keinginan mengubah orang lain membuat kita lelah dan putus asa ketika kita menyadari, kita tidak mampu mengubah keadaan.

Itu pula yang akan terjadi pada anak-anak Anda Mereka akan merasa lelah, marah, bahkan tidak berdaya mengubah orang tua mereka atau sosok yang dianggapnya perlu berubah.

Jadi, bijaklah, hindari menceritakan kepada anak perlakuan buruk orang lain kepada Anda!

Masih suka menceritakan kepada anak-anak perlakuan buruk suami/istri atau orang lain kepada Anda? Kasihan Anak-anak!

(Sumber: Jika Aku Harus Mengasuh Anakku Seorang Diri, V Dwiyani, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2009)

Medan, 16 Mei 2016

Senin, 16 Mei 2016

Kopi Sumut, Kebanggan Kita!

Pagi ini saya menyaksikan Kopi Sumatera Utara di Metro TV.

"Kopi itu rasanya bukan pahit, tetapi antara asam dan manis. Kopi menyerap rasa dari tanaman yang tumbuh di sekitarnya,"ujar seorang pengusaha kopi di televisi berita swasta Indonesia itu.

Kalau ada kopi pahit?. "Itu bukan rasa kopi," katanya.

Ada sementara pendapat bahwa minum kopi bisa mengganggu lambung, dan orang yang menderita asam lambung tidak boleh minum kopi.

"Kopi tidak mengganggu asam lambung. Asalkan tidak meminumnya seember," katanya.

Jadi, minumlah kopi asli, jangan kopi campuran. Minumlah secukupnya, jangan berlebihan.

Semoga kopi kita semakin mendapat hati di masyarakat Indonesia, masyarakat dunia.

Kopi Sidikalang, Kopi Simalungun, Karo, Tapsel, Samosir, Humbang, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan. dll memiliki rasa yang khas. Kita kaya rasa. Rasa yang cocok dengan lidah Anda.

Teringat kata-kata seorang pria yang sedang giat-giatnya memasyarakatkan produk kopi "Uhaenyes"

"Petani bekerja keras untuk menghasilkan kopi untuk kita. Sekarang mereka butuh bantuan. Bantulah kami membantu mereka," ujar Sabam Malau, yang kini gesit memperkenalkan kopi "Uhaenyes"

“Saya hargai kopi yang saya produksi Rp250.000 per kilogram karena untuk membiayai kopi yang saya beli dengan harga yang lebih tinggi ke petani kopi,” ujar pria yang dinobatkan menjadi ahli kopi dan mendapatkan Lisenced Q Grader tahun 2011-2014 ini.

Tidak hanya kepada masyarakat, Sabam, yang juga Rektor Universitas HKBP Nommensen itu juga menularkan ilmu budidaya kopi dan bisnis kopi kepada dosen dan mahasiswanya di kampus Universitas HKBP Nommensen Medan. .

Kopi adalah komoditi unggul daerah kita. Komoditi yang memiliki daya saing kuat.

Mari mencintainya, mari meminumnya, membelinya sehingga petani penanam kopi tambah makmur!.
 
Medan, 16 Mei 2016

Malam Puji-pujian ASM GKPS Simalingkar

Setiap tahun Seksi Sekolah Minggu selalu menampilkan kreasi baru. Tahun ini kami disuguhi Malam Puji-pujian Anak Sekolah Minggu (ASM) GKPS Simalingkar dengan kemasan yang berbeda dari sebelumnya.
 .
Pentas dan ruangan ditata apik dengan nuansa merah. Alat musik, dan berbagai peralatan pendukung, tergeletak di atas pentas berukuran cukup lebar dan memanjang yang dibuat khusus. MC dan penata acara sudah berdiri di tempatnya masing-masing. Jemaat memenuhi gedung gereja berkapasitas 300 orang itu.
Itulah pemandangan awal, saat saya tiba di gereja, sekitar pukul 18.00 WIB, Sabtu lalu. .

Sabtu malam, 14 Mei 2016,  anak-anak Sekolah Minggu GKPS mempersembahkan Malam Pujian Sekolah Minggu, dalam rangka Pesta Sekolah Minggu GKPS.

Sekitar 150 anak-anak Sekolah Minggu dan keluarga Pengurus, guru turut dalam berbagai kegiatan seperti Tari, Musik, Menyanyi. Mereka memuji Tuhan dan menghibur jemaat yang hadir memenuhi gedung gereja berkapasitas 300 orang itu, hingga sebagian harus berdiri di luar gedung.

"Terbesar, sepanjang sejarah 28 Tahun Gereja GKPS Simalingkar," begitu saya melukiskan pagelaran tadi malam.

Sejak 1990, saya menjadi anggota jemaat di sini, pagelaran tadi malam kiranya semakin menunjukkan betapa talenta dan kesungguhan anak-anak berlatih dan mau diajar cukup besar.

Acara di awali dengan sebuah "Tortor Somba" yang dipersembahkan oleh sekitar 6 orang ASM Kelas TK, dengan pakaian adat Simalungun yang lengkap.

Teringat, "Pesta Rondang Bintang" di kampung ketika saya masih kecil dulu. Kalau dulu tarian seperti ini dalam Rondang Bintang diperankan Par Haroan Bolon, kini anak-anak kecil mampu melakukannya.

"Makna Tari itu adalah menyembah, atau menghormati, serta meminta doa dan berkat, memohon pelrlindungan kepada Tuhan," demikian penjelasan Panitia dalam buku Run Down Acara.

Lantas diikuti dengan Sambutan Ketua Seksi Sekolah Minggu Sy Henry Purba. ""Menanamkan Budaya Simalungun kepada anak-anak harus dilaksanakan sejak dini,"katanya.

Haleluya No 411:1-2 sebuah lagu pujian Syukur dinyanyikan bersama-sama dengan jemaat, diikuti Votum yang dipimpin Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar St Japorman Sargih, SE.

Belasan anak-anak Kelas Balita dengan kocaknya naik ke pentas. Mereka menyanyikan "Yesus Sayang Padaku". Suara merka tidaklah begitu merdu atau nyaman di telinga, tetapi keberanian tampil di depan ratusan publik di usia 3-4 adalah modal percaya diri bagi anak-anak.

Sesudah itu, sekitar 7 orang anak TK A berlari-lari naik ke pentas. Tingkah mereka yang lucu, membuat kami terpingkal-pingkal. Ada yang garuk-garuk kepala, ada yang memanggil teman-temannya, ada yang saling dorong. Tetapi, mereka mampu menampilkan lagu "Bacalah Alkitab" hingga tuntas.

"Bacalah Alkitab, Doa tiap hari, Kalau Kau Mau Tumbuh," sambil melapis tangan, semakin naik, semakin naik, bertumbuh.

"Nini Titah Pa Limahon", sebuah karya komponis lagu Rohani Simalungun almarhum St AK Saragih dinyanyikan oleh 11 orang ASM TK B. Narasi yang ditampilkan MC Sy Hersanta Purba, mengingatkan semua Jemaat bahwa pencipta lagu tersebut sudah mencipta sekitar 400 lagu, dan beliau sudah meninggal 2012 lalu. Selain menyanyikan lagunya, anak-anak sekolah minggu juga mengenal pencipta lagunya, menginspirasi mereka.

Jemaat kemudian dihangatkan, dibahagiakan dengan penampilan 20 anak sekolah Minggu kelas kecil yang menyanyikan lagu "Ahu Anak Sikolah Minggu GKPS" dan "Aku Bahagia". Dua lagu ini menampilkan 'kekocakan' setiap anak dengan berbagai tingkah mereka yang lucu".

Pentas kemudian berganti dengan 15 ASM Kelas Besar yang membawakan lagu "Sada do Dalan" dan Yesus Kekasih Jiwaku". "...arta, habayakon in, seng na boi paluahkon, apalagi gogohni dunia on seng na boi paluahkon, seng boi das bai bapa ini, anggo seng marhiteihon Yesus in".

Para pengunjung kembali diingatkan kampung halamannya. 10 orang ASM kelas kecil tampil dengan pakaian adat Simalungun. "Kita akan menyaksikan persembahan berikutnya, Tarian Sitalasari," kata MC.

Salah satu penampilan yang mungkin blum pernah terjadi di GKPS Simalingkar selama ini adalah tampilnya 32 orang Pengurus Seksi Sikolah Minggu, Guru Sekolah Minggu dan keluarga. Semuanya membawa angklung.

Suara angklung yang benar-benar beda dari suara sebelumnya melantunkan lagu "Hanima Na Porsaya in". Pertunjukan angklung ini dipimpin St Jandes Saragih, MKes

Puncak acara tadi malam adalah tampilnya penyanyi solo Rahel br Girsang diiringi asamble musik: gitar, keyboard, biola, drum, yang dimaninkan anak-anak sekolah Minggu dan Remaja GKPS Simalingkar.

Layaknya sebuah concert dan dipandu pembimbing sekolah Minggu St Jhonmaren Girsang.
Kembali jemaat bernostalgia. "Tarian Haroan Bolon" ditampilkan oleh 6 orang ASM Kelas Besar. Haroan bolon adalah bentuk gotong royong di Smalungun.

Lantas, 20 orang ASM naik ke pentas menyanyikan lagu "I will Follow Him". Gerak, tingkah mereka sungguh membanggakan. Mereka adalah anak-anak berbakat. Mereka adalah gereja masa depan.
Acara berakhir dengan tampilnya sekitar 150 orang pendukung acara ke pentas. Mereka bersatu, sehati sepikir, menampilkan yang terbaik bagi Tuhan.

Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar menutup seluruh rangkaianacara dengan doa!

Terima kasih Pengurus Sekolah Minggu GKPS Simalingkar, terima kasih Tuhan!.

Mari kita memaknai pagelaran ini sebagai sebuah proses mendekatkan diri kepadaNya. Dia yang suci (holy), kasih (love), adil (Righteousness), baik (good), benar (truth)". Mendekat kepadaNya, membuat anak-anak kita meniru sifat-sifat Allah.Tidak ada pagelaran yang sempurna, marilah menyempurnakannya terus menerus, sehingga esensi setiap pagelan dapat kita temukan.

Medan, 15 Mei 2016

Bangsa Tanpa Membaca


"Sebuah bangsa besar tanpa tradisi literasi (membaca) hanya akan menjadi bangsa kelas teri, perundung, pemaki, mudah diprovokasi, tanpa keluasan hati dan imaginasi," (Najwa Shihab. Pidatonya saat dikukuhkan menjadi Duta Baca Indonesia 2016-2020).

"Buku apa yang kau baca hari ini kawan?".

"Buku apa yang kau baca hari ini, Nak".

"Dari mana pengetahuan ini kau peroleh?".

"Bisa nggak aku pinjam bukunya"

Percakapan yang sangat jarang terjadi di dalam keluarga, dalam pergaulan sehari-hari kita saat ini.
Diskusi yang tidak menarik!. Budaya membaca buku memang sudah lama kita tinggalkan!.

Kata Taufik Ismail, kita sudah meninggalkan budaya baca buku selama 63 tahun.

Bayangkan, saat ini, hanya 1 orang anak dari 1000 orang anak Indonesia yang gemar membaca buku (tentu di luar buku wajib sekolah). Anak-anak Eropa mampu membaca 25 buku, Singapura15-17 per tahun di luar buku wajib sekolah.

Bangsa ini menjadi pembaca buku terendah dari 52 negara Asia yang disurvey OECD.

"Apa dasarnya kau mengatakan demikian. Teori apa yang kau pakai, bukunya apa?".

"Yah menurutkulah, perasaanku, menurut kata nenekku, kata kelompokku. Pokoknya......kalau tidak.....".

Banyak diskusi hanya debat kusir, tanpa referensi, tanpa logika, tanpa keluasan imaginasi!. Adu otot, adu kuat, bukan adu otak. Orang kuat menjadi orang yang paling tau segalanya.

Kebenaran soal nomor dua, yang penting seolah tampak menang, bisa melumpuhkan lawan.

Diskusi panas, saling serang kelemahan pribadi, tanpa menghasilkan apa-apa. Berakhir tanpa pencerahan apa-apa, kecuali membesarnya kecurigaan, rasa kebencian dan permusuhan.

Itulah yang sering kita tonton dalam diskusi para elit kita di TV. Itulah yang banyak kita alami di gereja, di ruang-ruang diskusi.

Kita makin suka membulli orang, mencari kesalahan dan membesar-besarkan kesalahan, bukan mencari solusi yang berguna bagi semua..

Tanpa dibekali gemar membaca, jadilah bangsa kita memang bangsa yang mudah diprovokasi, pemaki, tanpa keluasan imaginasi!

Mari bangkit!

Buka satu buku yang sangat menarik Anda hari ini, menggiring Anda gemar membaca, menambah keluasan imaginasi, menghindarkan diri dari gemar menelan rumor bulat-bulat, ngerumpi ngalor ngidul, membully orang!.

Anda adalah apa yang Anda baca!

Medan, 14 Mei 2016

Suka Citaku!


Suka cita bisa datang dari hal-hal atau kegiatan yang sederhana!. Dari apa yang kita dengar. lihat, rasakan dan maknai!

Sore-sore begini, sehabis tidur siang, suka cita mendengar obrolan istri di telepon dengan putri-putri saya dari jauh.

"Ma, kami baru pulang dari martumpolnya Rikson (putra adik sitri saya) di HKBP Kramat Jati," ujar putri tertuaku.

"Ma kami mau antar bapatuanya Pier ke Bandara," ujar yang satu lagi. .
Semua memberi kabar suka cita. Istri saya senang. Senang melihat-lihat foto-foto mereka yang diposting di FB.

"Wah. senang melihat anak-anak bersatu, melihat cucu-cucu bertumbuh, saling mengunjungi dan bersilaturahmi," kata istri saya.

Kami juga tadi pagi hingga siang hari menghadiri acara mangadati keluarga Damanik/besan Binaria Naibaho. Empat putra mereka sudah besar-besar, dan akan menikah dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Orang Batak memiliki kewajiban mangadati (membayar hutang kepada Hula-hula/tondong).

Meski dilaksanakan pada saat anak-anak sudah besar, pasangan ini terlihat bahagia, seperti pengantin baru. Pakaian mereka seperti pengantin. Keduanya bangga dan senang menyambut kami semua teman-temannya se gereja.

"Kalau lambat ada yang ditunggu, kalau cepat ada yang dikejar," kata pendeta memaknai acara itu.

Suka cita itu tidak mahal!. Suka cita kami pasangan kakek dan nenek berusia 55 tahun, hari ini.

Terima kasih Tuhan Engkau memberi suka cita bagi kami hari ini. Semoga teman-teman semuanya suka cita juga.

Maknai hari-hari Anda dengan rasa syukur. Syukurilah semua apa yang Anda miliki, rasakan kekenyangan hati dari mereka.

Hal terindah di dunia ini bukanlah hal yang terlihat oleh mata, terasa oleh panca indera kita, tetapi yang terasa oleh hati, hal-hal yang memuaskan hati!

Sepanjang malam ini kami akan menikmati suka cita dari anak-anak sekolah Minggu di gereja kami.
Siap-siap ke gereja. Persiapkan pakaian nuansa merah. Demikian perintah Pengurus Sekolah Minggu tadi malam sewaktu latihan Koor Bapa..

Pukul 18.00 nanti ada acara Sekolah Minggu di gereja GKPS Simalingkar. Menyaksikan anak-anak kami menunjukkan talenta-talenta mereka memuji Tuhan.

Suka cita bisa datang ketika anak-anak kita mau mengikuti kebiasaan orang tuanya yang baik, menikmati suka cita orang yang bersuka cita..

Tapi suka cita penuh, hanya datang dari Tuhan. "Sbab hanya Tuhan yang membuat suka citaku penuh," demikian kata lagu Anak Sekolah Minggu!. .

Medan, 14 Mei 2016

Selasa, 10 Mei 2016

Facebook, Sebagai Catatan Harian: Belajar Memaknai Hidup

Oleh: Jannerson Girsang

Facebook telah menjadi alat pengingat peristiwa masa lalu, melatih saya memaknai hidup dengan rasa syukur, menatap masa depan dengan suka cita, apapun persoalannya!.
Program Memory FB telah memungkinkan saya mengingat peristiwa beberapa tahun lalu hari ini. Apa yang kulihat, kudengar, kurasakan, kumaknai dari peristiwa itu.

Pagi ini FB mengingatkan saya sebuah peristiwa bahagia di dalam keluarga yang kubangun sejak 1984.

Menikahkan putri pertama!. Peristiwa pertama dalam hidupku, sebagai orang tua! Itulah tugas kita orang tua: membesarkan, mendidik di rumah, menyekolahkan mereka, sebagai bekal hidup, dengan harapan mampu hidup lebih baik dari kita.

Usiaku saat itu 51 tahun!

Saat yang dari sisi fisik yang sangat tepat menghadapi pekerjaan yang berat dan baru sama sekali! Saat masih energik, dan masih dinamis bergerak. Tentunya juga didukung oleh seorang istri yang setia, tabah dan mampu bersuka cita dalam segala situasi! .

Awalnya bingung, walaupun saya sudah pernah mengalami pernikahan. Beda posisinya sebagai objek dan subjek peristiwa. Tetapi peristiwa itu akhirnya memberi pengalaman yang membekaliku melakukan sesuatu yang penting bagi kelangsungan kehidupan keturunanku.

Sesudah itu, saya berturut-turut melaksanakan pekerjaan yang sama sebanyak tiga kali kurun waktu 4 tahun. Peran keluarga besar, teman-teman adalah modal utama yang memberikan saya semangat.

Pasalnya, semua peristiwa itu terjadi dalam keadaan diriku secara fisik sungguh ideal, tetapi serba terbatas, lemah secara ekonomi. Memang saya tidak sempurna, saya bersyukur dalam ketidaksempurnaan itu, supaya tetap mengandalkan Dia yang paling berkuasa dalam hidupku!

Nopember 2012, putriku Clara Mariana Girsang "manjalo parpadanan marhajabuan" dengan Anja Novalianto, sebuah acara persiapan pernikahan di GKPS, Depok.

Putri saya menetapkan pasangan yang menjadi pilihannya seumur hidup, Kami orang tua hanya sebatas merestui dan mendoakannya, Tuhan melaksanakan rencananya melalui muzizat-muzizatnya.
Mereka menikah di GKPS Depok!

Oktober 2013, peristiwa pertama itu, kemudian disusul dengan peristiwa kedua. Saat putri keduaku Patricia Marcelina Girsang menyusul kakaknya, kemudian melaksanakan acara "manjalo parpadanan marhajabuan", di gerejaku sendiri, GKPS Simalingkar, Medan.

Mereka menikah di gereja HKBP Pekanbaru

Pebruari 2016, putri adik saya almarhum Parker Girsang dan almarhum Risma Tiarni br Saragih, Yani Christin Girsang mengikuti kakak-kakaknya, menikah dengan Bintang Haruman Saragih.

Yang terakhir ini merupakan peristiwa baru dengan versi baru, masalah yang berbeda dengan sebelumnya.
Baik Martumpol maupun acara Pamasu-masuon (pernikahan) dilaksanakan di Gereja GKPS Simalingkar, Medan, pada bulan Pebruari 2016. Pesta diadakan di tempat pengantin perempuan.

Catatan pengalamanku melaksanakan aturan-aturan adat dan gereja, pengalaman teman, petunjuk Tuhan, membuat saya mampu melaksanakan peristiwa-peristiwa penting dalam keluarga, memaknai lelah dengan rasa syukur.

"Pengalaman adalah guru paling berharga," demikian pepatah orang tua!

Dalam setiap peristiwa, banyak hal yang terjadi di luar dugaan, baik itu masalah hal yang membuat cemas, atau sesuatu yang menyenangkan.

Semua ada sebabnya, semua harus menjadi pelajaran. Romantika kehidupan yang makin memampukan saya menghadapinya dengan "cara yang terbaik" sesuai kemampuan ketika itu. Merenungkannya kembali, kemudian memberi makna baru menghadapi persoalan baru.

Untuk menghadapi satu persoalan saja, menikahkan putri-putri, saya selalu menghadapi persoalan baru-persoalan baru, dan harus menghadapinya dengan cara-cara baru.

Saya masih akan mengadapi masalah yang sama atas putraku Bernard Patralison Girsang dan putri bontotku Devee Girsang, serta putra putri keluarga yang lain yang tentunya baru dan masih belum jelas.

Kapan, dan dimana mereka akan melaksanakan acara yang sama dengan kakak-kakaknya, dengan siapa mereka akan mengikat janji sehidup semati. Saya tidak mampu menentukannya.

Hanya ada satu keyakinan, Tuhan tidak diam. Dia menuntun semua anak-anak memilih yang terbaik bagi mereka.

Kita hidup dalam lingkungan yang selalu baru setiap saat, dan selalu membutuhkan cara-cara baru menghadapi persoalan.

Tetapi harus diingat: ada sesuatu yang tetap!. Tugas manusia adalah melaksanakan perintah.
"Kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri, Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu". Ketika ini tidak dikerjakan , maka orang pasti susah!.

Kita terus belajar memahami cara melaksanakan pernyataan-pernyataan ayat-ayat emas yang tertulis dalam Kitab Suci.

"Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, demikianlah perbuat kepada mereka, sebab inilah hukum tertinggi dari Taurat dan kitab para nabi".

Ketika orang tidak melaksanakan perintah itu dengan benar, maka pasti susah, meski kelihatannya aman-aman saja. Ketika saya tidak melaksanakannya, maka saya akan menghadapi kesusahan.

Melaksanakan pernikahan bukan pekerjaan mudah. Dengan segala persoalan yang dihadapi, kita harus tetap menjungjung tinggi hukum yang tetap: persatuan, keharmoniasan hubungan, saling menghormati.

Pelaksanaan pernikahan-pernikahan sebelumnya telah memberiku suka cita, maka pernikahan-pernikahan berikutnya juga saya yakin akan memberikan kebahagiaan juga. Asalkan saya mampu melaksanakan dengan kerendahan hati.

Pernikahan yang sederhana, mewah atau sangat mewah semua harus mengarah ke sana. Jika tidak, maka semuanya akan sia-sia.

Pernikahan bagi orang Batak adalah terpautnya hubungan keluarga, emosional dengan ratusan atau bahkan ribuan keluarga.

Menghadapi tugas-tugas itulah kita dituntut setiap hari mengatasi masalah dengan cara-cara yang baru .
Sesuatu yang cukup berat kalau hanya dibayangkan. Tetapi melalui pengalaman, belajar hal-hal baru, menghadapinya dengan cara-cara yang baru, maka kita bisa memaknai itu sebagai sebuah berkat!
FB telah membantuku untuk menguraikan peristiwa, memaknai peristiwa, dan menjadikannnya alat bersyukur, dan sharing kepada teman-teman!.

Kita tidak akan pernah tamat menghadapu kehidupan, karena dunia sekitar kita selalu berubah. Belajarlah dari pengalaman, amati perubahan sekitar, renungkan sebelum membuat keputusan, laksanakan keputusan dengan segenap jiwa raga!

Semua peristiwa-peristiwa di atas memampukan saya melaksanakan pekerjaan yang mungkin tidak ringan bagi setiap orang. Itulah gunanya ada sharing, berbagi.

Hari ini saya berbagi dengan Anda!.

Saya melaksanakan pernikahan tiga putri dalam kurun waktu empat tahun. Berat, tetapi menyenangkan, menyediakan tantangan baru, memberi harapan baru dalam hidup.

Tidak semua masalah dapat selesai tepat waktu, ada waktu Tuhan yang tidak kita mengerti, ada cara Tuhan yang tidak kita mengerti!

Tindakan Tuhan dapat kita maknai, jika kita mampu memaknai peristiwa hidup yang tidak kita mengerti, sebagai sebuah Karya Tuhan.

Itulah sebabnya, kalau semua serba mudah, serba instan, kita tidak pernah bertemu denganNya. Kitab suci sudah memerintahkan: "..dengan berpeluh engkau akan mencari makananmu, sampai engkau kembali lagi menjadi tanah, karena dari situlah engkau diambil; sebab engkau debu dan engkau akan kembali menjadi debu". (Kejadian 3:19).

Kita harus berpeluh sampai mati, tidak ada istilah "santai", "tenang", sebab kita harus berarti, dan itu bisa terjadi kalau menjalankan perintahNya. Jangan pernah berharap, kalau satu masalah terselesaikan, maka masalah lain tidak muncul. Seumur hidup kita akan menghadapi masalah, tantangan.

Syukurilah kesulitan, tantangan, penderitaan, hadapilah mereka.maka kita pasti akan bertemu denganNya.
Terima kasih Tuhan, Engkau selalu hadir tepat waktu. Pertolonganmu tidak pernah terlambat.

Engkau memberiku pengalaman berharga, menganugerahkan dua cucu di usiaku yang masih relatif muda! Mereka adalah kebanggaanku, masa depanku!

"Anakhon hi do hamoraon di ahu". Mungkinkah saya sudah melaksanakannya dengan baik. Semua pasti ada kekurangan, tetapi dengan belajar, belajar, berserah kepadaNya, Dia akan menyempurnakannya.

Tidak mudah ternyata menjadi orang tua, yah! Tetapi saya bangga sebagai orang tua, bangga dengan keluargaku, anak dan cucuku. Semoga mereka mampu mengasihi kami dengan tulus,melakukan hal-hal yang benar.

Selamat beraktivitas dan jangan pernah merasa tamat melakukan sesuatu. Teruslah belajar dari pengalaman sendiri, belajar dari pengalaman orang lain dan tidak melupakan kekuatan, peran Tuhan dalam proses perjalanan hidup kita.

Medan, 10 Mei 2016

Jonathan Prawira: Pencipta 4600 Lagu Rohani

Oleh: Jannerson Girsang

Di tengah semaraknya Perayaan Pra-500 Reformasi di Gedung Pardede Hall, Medan, tadi malam, saya tertarik seorang laki-laki, berpenampilan stylist ala anak muda masa kini.

Saya tidak bisa menebak usianya. Raut wajahnya bersih, masih muda tampaknya!. Mengenakan stelan jas-celana panjang seragam abu-abu!.

Awalnya saya tidak begitu pedulikan, karena tidak kenal.

Laki-laki ini datang agak terlambat!.

"Ini artis dari Jakarta", kata M Sinurat, Sekretaris Panitia. Di sebelah saya Sudirman Halawa, mempersilakan saya bergeser satu kursi, untuk penyanyi ini.

Saya menyambutnya dengan salaman. Hanya itu!.

Berjam-jam kami duduk bersama selang antara satu bangku, hanya saling melirik, tersenyum, kalau saling memandang.

Saya juga tidak bertanya siapa dia! Asyik mengikuti acara Perayaaan Pra-500 Tahun Reformasi
.
Saya sekali-sekali melirik ke arahnya.

Dengan ditemani seorang asistennya, Jonathan hanya duduk saja di tempat itu, mengikuti semua acara.
Dengan tekun dia mengikuti kebaktian, live streaming dari Medan ke Jerman, serta penampilan artis-artis penyanyi seperti Herty Sitorus, Rani Simbolon, Joel Simorangkir, serta penyanyi ibu kota lainnya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB.

Para pengunjung sudah banyak yang pulang. MC meliriknya, panitia memberi tanda, dengan menunjuk si lelaki tadi. Gilirannya sudah tiba untuk tampil di panggung!

Seandainya saya seorang pencipta lagu dan penyanyi tenar seperti dia, mungkin sudah sangat kecewa. Berjam-jam duduk, namun akhirnya tampil setelah banyak undangan pulang. Bahkan semua artis ibukota sudah meninggalkan ruangan.

Dia bukan seorang artis biasa lho!. Prestasinya luar biasa ternyata. Dan lagu-lagu ciptaanya banyak mengiringi kebaktian, dinikmati orang setiap hari di seluruh Indonesia.

Meski demikian, si lelaki ini tetap semangat. Naik ke pentas penuh antusias. Berlari-lari kecil, tanpa sedikitpun menunjukkan wajah kecewa!.

"Kalau di luar ada midnight show, maka, saya akan menamakan penampilan ini midnight romantika bersama Tuhan," katanya meyakinkan pengunjung bahwa dirinya tetap tegar!

Dia tetap berusaha membakar semangat para pengunjung Perayaan Pra-500 Tahun pembaharuan yang dilakukan Marthin Luther, 1517 lalu di Wittenberg Jerman yang melahirkan gereja Protestan itu.

Siapakah dia saudara-saudara?

Dia adalah Jonathan Prawira, yang sejak 1989 menciptakan 4600 lagu rohani Kristen!.
"Saya sudah mencipta 4600 lagu," katanya, disambut penonton dengan tepuk tangan riuh!
Jumlah yang luar biasa! Bandingkan dengan Titik Puspa dengan 700 lagu, Koes Plus dengan 1500 lagu.

Tadi malam dia menyanyikan lagu-lagunya secara medley. Meski tampil belakangan dari semua penyanyi ngetop ibukota,

Jonathan Prawira mampu memukau penonton dengan lagu-lagunya yang memang sudah melekat di hati banyak pengunjung.

”Sperti yang Kau Ingini”, ”Mujizat itu Nyata”, ”Hati Sbagai Hamba”, ”Sejauh Timur dari Barat”, ”Kau Mengenal Hatiku”, ”Kasih yang Sejati”, ”Menanti Keajaiban” dan lain-lain.

Lagu-lagunya selama ini sudah saya nikmati melalui lantunan suara artis terkenal di berbagai video. Bahkan saya sudah menyanyikannya berkali-kali, tetapi tidak tau kalau penulisnya adalah yang menyanyi di depan kami!.

Kerendahan hati, rasa bersyukur, itulah kunci agar seseorang mampu terus semangat bekerja, semangat berkarya, semangat menghibur para pengunjung!

Akhir dari penampilannya disambut antusias oleh pengunjung.

"Ketika kuberdoa,muiziat itu nyata....................,", disambut tepuk tangan riuh pengunjung yang hanya tinggal beberapa ratus orang saja!

Ompui Ephorus HKBP, WTP Simarmata dari 17 pemimpin gereja Lutheran di Indonesia adalah satu-satunya pimpinan gereja yang masih turut menyaksikan penampilan Jonathan Prawira.

Begitu turun panggung, Jonathan langsung disambut antusias para penggemarnya. Mulai dari tangga dasar, tiga hingga lima orang pemuda dan anak-anak gadis antri meminta berfoto bersama.

Saya menyaksikan serombongan anak-anak gadis sejumlah lima orang, meminta berfoto. "Kami mau berfoto satu-satu, untuk koleksi di rumah", kata mereka.

Johannes dengan sabar melayaninya. "Silakan-silakan..."katanya.

Saya dan istri juga tidak ketinggalan!.

Dia juga berfoto bersama dengan Ompui Ephorus HKBP, WTP Simarmata, yang bertindak sebagai inisiatir perayaan tersebut.

Bagi Jonatan, mencipta lagu, menyanyi adalah pujian untuk Tuhan, bukan untuk memperoleh pujian dari manusia.
.
"Saya sudah ditawari penghargaan dari Murry, karena menjadi pencipta lagu terbanyak di Indonesia, tetapi saya menolaknya," katanya.

"Saya mencipta lagu dan menyanyi bukan untuk mendapat penghargaan dari manusia, tetapi dari Tuhan," ujarnya.

Dari websitenya, saya melihat catatan bahwa sederet artis yang pernah menyanyikan lagu-lagunya diantaranya: Ade Manuhutu, Adi ”AFI”, Alex & Jacob Kembar, Andre Hehanusa, Angel Karamoy, Bella Saphira, Carlo Saba, Chris Manusama, Cynthia Maramis, Cornelia Agatha, Damai ”AFI”, Danar ”Idol”, Dessy Fitri, Diana Nasution, Edo Kondologit, Eka Deli, Feby Febiola, Glen Fredly, Grace Simon, Heidy Diana, Irma June, Joe Richard, Joshua Suherman, Joy Tobing, Junaedi Salat, Karmila Warouw, Melky Goeslow, Meriam Bellina, Michael ”Idol”, Nindy Ellese, Nur Afni Octavia, Ricky Jo, Roger Danuarta, Ronny Sianturi, Ruth Sahanaya, Samuel ”AFI”, Sandro Tobing, Sizy Mirty, Suci ”Idol”, Umbu Prabawa, Victor Hutabarat, Vonny Sumlang, Wanda Pesulima, dan Wisnu ”Idol”

Saya ingat apa yang dtulis Khahlil Gibran, seorang penulis Katholik Maronit asal Lebanon malam sebelumnya.

"Kerja adalah perwujudan dari kasih," kata Lahlil Gibran..

Terima kasih Jonathan Prawira!.Kehadiranmu di Medan malam itu sungguh menggugahku tentang etos kerja.

Untuk apa, dan untuk siapa kita berkarya!

Pro deo et Patria!.Untuk Tuhan dan Ibu Pertiwi!

Medan, 9 Mei 2016

Kerja Wujud Tertinggi dari Kasih (Cinta)

Oleh: Jannerson Girsang

"Wujud tertinggi dari kasih (cinta) adalah terlibat atau melibatkan diri dalam dunia; dan bentuk keterlibatan itu dimaknai Khalil Gibran dengan kerja".(Taman Cinta, Khalil Gibran)
Kahlil Gibran adalah seorang multi profesi. Dia adalah penyair, pelukis, pemahat, penulis, filsuf, pakar teologi, dan seniman, seni.

Meski meninggal dalam usia 48 tahun, nama Khalil Gibran begitu melegenda. Di usia tersebut, tidak banyak manusia yang mencapai sebesar prestasinya.

Dia adalah manusia genius yang membuka mata manusia tentang kerja, tentang kasih (cinta)
Hingga hari ini, umat manusia, khususnya pencinta sastra di seluruh dunia masih mengabadikan namanya, membaca, mempelajari karya-karyanya dan menginspirasi kehidupan mereka sehari-hari.
85 tahun setelah Khalil Gibran meninggal, karya-karyanya, kisah tentang dirinya terus diproduksi ulang.

Malam ini saya masih membaca buku tentang Gibran (Taman Cinta Kahlil Gibran--terbitan 2015, ditulis dalam bahasa bahasa Indonesia. Saya masih menikmati puisi-puisi dan karyanya yang diunggah di youtube!.
"Kerja yang berorientasi pada kasih akan melegenda sepanjang masa".

Sepanjang usianya yang hanya 48 tahun (1883-1931), Gibran telah membuahkan hasil kerjanya yang menakjubkan.

Pria kelahiran Lebanon, 6 Januari 1883 dan berasal dari keluarga Katholik-Maronit ini menghasilkan karya-karya yang disejajarkan dengan penulis Romeo and Juliet, Willaiam Shakespeaare.

Pada tahun 1911, keluarganya yang miskin pindah ke New York Amerika Serikat untuk menguji nasib, memperbaiki kehidupan keluarganya yang miskin di Lebanon.

Pada 1912, di saat berusia 29 tahun, Gibran menerbitkan novel berbahasa Arab, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggeris sebagai "Broken Wing" (di Indonesia diterjemahkan dengan Sayap-sayap Patah).
Sebelum tahun 1918, Gibran meluncurkan karya pertamanya dalam bahasa Inggris, "The Madman", "His Parables and Poems".

Persahabatannya yang erat dengan seorang gadis bernama Mary tergambar dalam "The Madman". Setelah "The Madman", buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah "Twenty Drawing", 1919; "The Forerunne", 1920; dan "Sang Nabi" pada tahun 1923.

Karya-karya itu adalah suatu cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun 1918-1922.


Sebelum terbitnya "Sang Nabi", hubungan dekat antara Mary dan Gibran mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari Georgia.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan.

Seiring dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca "Sang Nabi".

Barbara Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif dalam kegiatan studio Gibran.
Gibran menyelesaikan "Sand and Foam" tahun 1926, dan "Jesus the Son of Man" pada tahun 1928.
Gibran juga membacakan naskah drama tulisannya, "Lazarus" pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran menyelesaikan "The Earth Gods" pada tahun 1931.

Karyanya yang lain "The Wanderer", yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain "The Garden of the Propeth".

Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya memang telah lama digerogoti sirosis hati dan tuberkulosis, tapi selama ini ia menolak untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St. Vincent's Hospital di Greenwich Village.

Definisi Kerja

Salah satu pelajaran yang kita peroleh dari kehidupan Gibran adalah definisi kerja. Kerja adalah wujud tertinggi dari kasih (cinta).

Bagi Gibran, wujud tertinggi dari kasih (cinta) adalah terlibat atau melibatkan diri dalam dunia; dan bentuk keterlibatan itu dimaknai Gibran dengan Kerja.

Kerja atau pekerjaan adalah satu-satunya wujud relasi manusia dengan Allah di dunia; sebagai bentuk pengorbanan diri yang konkret. Tanpa bekerja, manusia tidak mungkin mengasihi orang lain, tanpa kerja (menhasilkan karya), manusia mengingkari tujuannya diciptakan.

Sementara kerja yang dimaksud Gibran tidak hanya melibatkan daya fisik, tetapi juga pikiran dan perasaan mansia. Kerja bukan hanya mencangkul, heppot atau terlihat sibuk, tetapi juga kegiatan yang mampu menyumbangkan pikiran dan motivasi.

Melalui kerja, manusia dapat mewujudkan dirinya sebagai individu. Dengan bekerja, manusia dapat melebur dalam persatuan dengan sesama. Dengan bekerja pula manusia dapat menjumpai Allah dalam alam semesta.
Gibran meyakini bahwa kerja merupakan dimensi mendasar hidup manusia di dunia. Latar belakang pemikirannya karena manusia adalah citra Allah, juga karena perintah yang diterima dari penciptaannya untuk menaklukkan dan menguasai dunia.

Menurut Gibran, semua pekerjaan manusia berorientasi pada kasih (cinta). Sebab kerja harus berlandaskan pada kasih (cinta) maka melalui kerja atau pekerjaan tersebut manusia tidak hanya mengubah kodrat, tetapi juga mewujudkan dirinya sendiri serta membangun masyarakat, keluarga dan bangsanya.

(Artikel di atas dikutip dari Taman Cinta Khalil Gibran, Juni 2015, dan Wikipedia Indonesia).

Apapun yang kita lakukan harus berorientasi kasih. Seseorang harus terlibat di dunia melalui kerja.
Bekerja adalah Pro Deo et Patria: untuk Tuhan dan ibu pertiwi! Ternyata kerja, kerja, kerja yang didengungkan oleh Jokowi adalah perwujudan kasih.

Orang yang malas, apalagi tidak bekerja (menghasilkan sesuatu yang berguna bagi diri sendiri dan orang lain) tidak akan pernah bisa mengaplikasikan kasih. Setiap orang diberi talenta untuk bekerja. Mereka diharapkan menghasilkan sesuatu dari talentanya dan merlipat gandakan manfaatnya bagi orang lain.

Jadi, koruptor, pemeras adalah tindakan bunuh diri dan membunuh orang lain. Bentuk kegiatan kerja yang tidak berorientasi pada kasih!

Kegiatan korupsi kalau dilipatgandakan akan menghancurkan dunia, menghancurkan manusia, membunuh banyak umat manusia.

Sebaliknya, kerja yang berorientasi kasih kalau dilipatgandakan akan mewujudkan kesejahteraan, kemakmuran bersama, perdamaian dunia yang makin meningkat!

Medan, 8 Mei 2016