My 500 Words

Kamis, 12 Februari 2015

Penonton, Pemain dan Juri

Oleh: Jannerson Girsang

Suasana akan kacau, kalau penonton, pemain dan juri tidak melaksanakan fungsinya masing-masing.

Penyebab Banjir Jakarta, seharusnya langsung cepat dideteksi, kalau pemain, penonton, jurinya jelas.

Juri A Hok menyalahkan PLN mematikan listrik, sebelum banjir. Benarkah kalau listrik hidup banjir tidak ada?. Wallahu alam!.

Ketika masalah tidak jelas, peran masing-masing penanggungjawab atas masalah tidak jelas, maka pekerjaan yang paling mudah adalah saling menyalahkan, tak pernah mau menerima kesalahan, atau menyatakan diri bersalah.

Para pengambil keputusan atau juri, kadang melempar tanggungjawab, bahwa dia adalah pemain. Kadang masuk ke barisan pemain, kadang lari ke tempat duduk penonton untuk berlindung dari tanggungjawab. .

Sebaliknya, pemain sering ingin bahkan mengambil alih peran juri, atau pengambil keputusan.

Penontonpun kadang suka mengambil alih peran pemain dan juri. Lebih parah lagi melegitimasi dirinya paling berhak menjadi pemilik (negeri, institusi, organisasi) dan memaksanakan kehendak.

Marilah dalam setiap persoalan kita memilih hanya satu peran, menjadi penonton, pemain, atau juri. Maka semua akan menjadi terang benderang.

Kalau ada persoalan, mudah mendeteksi penanggungjawabnya.

Kita tidak lagi sibuk terus menerus mencari "kambing hitam" tetapi langsung menemukan "kotak hitam".

Medan, 10 Pebruari 2015

Mewariskan Damai: Hal Tersulit dari Kepemimpinan

Oleh: Jannerson Girsang

Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Dia harus mewariskan rasa damai di hati orang yang dipimpinnya.
Tugasnya bukan sekedar hal teknis, atau mewujudkan hal-hal yang bersifat fisik.

Sedemikian lama Yesus hidup dan melayani, warisan terpentingNya adalah DAMAI.
"Aku meninggalkan Damai...". "Orang akan mengenal kamu sebagai muridKu, kalau kamu saling mengasihi............."

Mewujudkan damai adalah pekerjaan yang sangat sulit, tapi justru jarang mendapat perhatian, apresiasi. Dunia suka damai, tetapi tidak suka prakteknya. Semasa pemimpin pembawa damai hidup, nyawanya selalu terancam.

Dalam praktek sehari-hari kepemimpinan cenderung menekankan memimpin pembangunan fisik yang mudah terlihat, berupa peningkatan kemampuaan yang menghasilkan material.

Sulit melihat prestasi "pewarisan rasa damai". Pemimpin pejuang persamaan hak, melawan bukan dengan kekerasan, acapkali justru tidak mendapat perhatian semasa hidupnya, bahkan justru banyak terbunuh di masa jabatannya.

Ingat Marthin Luther King, Mahatma Gandhi. Yesus sendiri: pewaris kedamaian, justru "jasadnya" tergantung di kayu salib.

Damai itu musuh dari orang yang iri, dengki, egois, suka memaksakan kehendak. Mereka tidak suka damai, karena dalam keadaan damai orang-orang seperti ini tidak punya kekuatan.

Mari merenungkan: Apa yang akan kita wariskan?

Selamat Hari Minggu.

Menyambut Hari Pers 2015: Mengapa Seseorang Disebut Wartawan?

Oleh: Jannerson Girsang

Wartawan adalah seorang yang istimewa, memiliki informasi yang tak dimiliki kebanyakan orang.

Wartawan memiliki akses untuk masuk ke segala lapisan masyarakat dan segala tingkatan sumber informasi, mulai dari informasi umum, hingga informasi yang off the record.

Pagi-pagi mereka bisa mewawancarai seorang tukang becak, malamnya diundang makan malam di hotel berbintang dan bertemu dengan seorang Panglima berpangkat Jenderal. Besoknya, bertemu dengan tamu negara, Kepala Badan Intelijen negara asing. Malamnya mendengar curhat seorang mantan pejabat tinggi, yang sakit hati kepada pemerintah yang berkuasa..

Christopher Eric Hitchens (13 April 1949 – 15 December 2011), seorang penulis, jurnalist Inggeris-Amerika mengatakan, “I became a journalist because I did not want to rely on newspapers for information.” (Christopher Hitchens).

Seseorang disebut wartawan karena dia tidak hanya mempercayai apa yang tertulis di media, informasi umum yang sudah diketahui publik. Dia memiliki informasi baru yang berbeda.

Dia seorang pemberita fakta yang benar, mampu menceritakan sesuatu yang belum pernah di dengar publik, dengan cerdas: mencerahkan dan menghibur.

Tidak hanya itu, wartawan mengetahui hidden agenda (agenda tersembunyi) dari pesan yang disampaikannya. Dia tau "Berita di balik Berita".

Salah satu kehebatan wartawan adalah mampu membedakan mana yang pantas dan tidak pantas diberitakan. Mereka punya kode etik. Kalau melanggar, mereka akan dihukum pembaca.

“It is not enough for journalists to see themselves as mere messengers without understanding the hidden agendas of the message and the myths that surround it.” (John Pilger).

Mereka adalah orang-orang terhormat, orang yang sangat dihargai, sangat istimewa. Cerita mereka tak ternilai harganya.

Saking kagumnya kepada wartawan, Mahatma Gandhi, seorang pencinta persamaan hak dari India membedakan wartawan dengan masyarakat lainnya. “I believe in equality for everyone, except reporters and photographers,” katanya.

Wartawan memberi informasi, menyadarkan kita akan sekeliling kita. Karena kawan-kawan wartawan, kita mengetahui dan peduli sekeliling kita. .

“By giving us the opinions of the uneducated, journalism keeps us in touch with the ignorance of the community.” (Oscar Wilde).

Terima kasih wartawan, selamat merayakan Hari Pers Nasional, 9 Pebruari 2015

Selamat menyambut Hari Pers 2015, selamat bekerja buat rekan-rekanku.

Medan, 9 Pebruari 2015 

Sabtu, 07 Februari 2015

Sambut Kemenangan Ocha Samosir, Lupakan Sejenak Kisruh KPK vs Polri


Oleh: Jannerson Girsang

Para penggemar OCHA Samosir pantas puas dan bangga karena "idolanya" menjadi juara I, adu bakat di Program Televisi Indosiar. Ocha menyingkirkan 37 peserta Mamamia Indosiar 2015.

Saya dan jutaan pendukungnya menikmati hasil kompetisi yang fair, dan melupakan berita-berita seputar kisruh oknum-oknum KPK dan Polri, yang berkompetisi dengan sangat tidak fair.

Setelah berbulan-bulan OCHA--Peserta program televisi Mama Mia asal Sumatera Utara itu berada di "kursi panas", sejak audisi September 2014, putri Sapna Sitopu itu berhasil menorehkan namanya di pentas kontes bakat bertaraf nasional itu.

Ocha melalui liku-liku menapaki tangga Juara. Dia sempat hampir tersisih dalam enam besar.

Pada penampilan 29 Nopember 2014 lalu, pasangan Ocha Samosir dan Sapna Sitopu nyaris terdepak dari kontes bakat itu. Saat itu dalam babak enam besar, masuk zona merah alias karena minim dukungan sms (pesan singkat).

Saat itu Sapna sempat pesimis. "Saya pesimis karena peserta yang lain jelas-jelas mendapat dukungan dari wali kota daerah mereka. Kalau saya sendiri, seberapalah kemampuan saya menggalang dukungan?" ujarnya kepada Tribunenews.

Ternyata, semangat membara mampu menembus semua hambatan. "If you want to do some thing you find a way. If you don't, you will find an excuse," demikian Jim Rohn.

Sapna dan Ocha menemukan jalannya. Saya dan jutaan pendukungnya turut salut dan bangga dengan kegigihannya!.

All out!. Itu yang saya saksikan. Beliau tidak henti-hentinya mengirim sms meminta dukungan. "Bantu sms boru kita ya boto," demikian Sapna terus meminta dukungan melalui sms ke hp saya dalam setiap penampilan OCHA di Mamamia..

Sapna adalah seorang seniman, dosen di Etnomisikologi USU, serta sering tampil dalam acara seni budaya Simalungun. Terakhir saya menyaksikan penampilannya di Balai Bolon GKPS Pematangsiantar dalam penutupan Pesparawi Bapa GKPS, Nopember 2014.

Dalam perjalanan kembali ke Medan dari Pematangsiantar saya dan rombongan Sapna sempat istrahat di sebuah kedai kopi di Perbaungan dan Sapna mengungkapkan kisah perjuangannya mendukung OCHA juara. "Saya meminta kalian mendukungnya yah," katanya waktu itu.

Tentu saja, walau hanya sekedar mengirim sms.

Tadi malam, Sapna menuai hasilnya. Bukan hanya berarti untuk dirinya, tetapi banyak orang.

Sapna turut membawa budaya sinden Batak yang tampil di ajang nasional. Sapna memiliki keahlian nyinden lagu-lagu tradisonal Batak Simalungun, Pakpak Dairi, Mandailing, Ankola dan Karo. Semuanya bisa disaksikan oleh jutaan pemirsa di Indonesia.

Kemenangan Ocha setidaknya membuat saya sedikit terbebas dari pikiran tidak sehat menyaksikan persaingan yang sangat bertolak belakang, pertarungan Polri dan KPK yang sangat memuakkan. Pertarungan yang mengedepankan kepentingan kelompok, pribadi, menggunakan kekuasaan.

Kemenangan Ocha menjadi setitik air di gurun pasir menerangi pikiran yang sedikit galau menyaksikan pertarungan jatuh menjatuhkan yang terjadi di bumi tercinta ini.

Semoga teladan ini mengajarkan kita: hanya bersaing sehat, proses perjuangan panjang, bisa mendatangkan hasil yang membahagiakan semua orang.
Great Ocha, great Sapna!

Selamat untuk boto Sapna Sitopu, ibu Ocha yang memberi pelajaran bagi orang tua dalam mendukung anak-anaknya bersaing sehat. Terima kasih untuk suara Ocha yang memukau. Vina Panduwinata dan seluruh juri, seluruh penggemarmu terhibur dan tercerahkan!

Medan, 18 Januari 2015

 Sapna bersama kedua putrinya

Penyelesaian Kapolri: Mencari yang Terbaik dengan Jalan Terbaik"

Jokowi menegaskan bahwa bangsa ini harus menunggu Minggu depan, keputusan penetapan Kapolri baru. Beliau sendiri akan bertolak ke Malaysia siang ini dan akan melanjutkan kunjungan ke berbagai negara.

Karena satu orang calon Kapolri, Presiden, para petinggi, pengamat, politisi, Tim sembilan, para menteri tampak terbodoh, sibuk!.

Betapa penting dan strategisnya posisi seorang Kapolri. Betapa sulitnya mencari orang yang cocok menduduki "kursi panas" itu. Presiden dibuat sulit mengambil keputusan yang tepat waktu, dan tepat sasaran. Berbagai kepentingan menyandera Jokowi.

Rakyat dimana kebanyakan hanya memperoleh informasi melalui televisi, dicekoki dengan banyak suara orang-orang dengan vested interest sendiri sibuk untuk kepentingannya sendiri. Hari ini bilang A, besok bilang B, sesuai kepentingannya.Kadang membuat bingung. Hanya sedikit yang memberi pencerahan.

Kami yang mencintai Jokowi, selalu mendoakan beliau agar memiliki kebijaksanaan untuk mendapatkan Kapolri yang membela kepentingan kami, jutaan rakyat yang merindukan pejabat yang bersih. Beliau adalah presiden, kami masih yakin beliau masih memihak rakyat.

Mungkin hanya sebagian kecil di tingkat elit yang mendukung beliau, mencari cara yang terbaik bagi kepentingan rakyat. Mudah-mudahan saja minggu depan kita sudah memperoleh keputusan pengangkatan Kapolri yang terbaik bagi rakyat.

Beberapa hari terakhir tampak media begitu gencar memberitakan soal batal atau tidaknya pencalonan BG menjadi Kapolri. Hampir tak terdengar lagi berita pemboman kapal-kapal pencuri ikan.

Kenyamanan rakyat sedikit terganggu, karena berbagai pihak menginterpretasi satu pasal hukum dengan berbagai pemahaman. Membuat rakyat benar-benar bingung.

Kadang semakin khawatir dengan aksi saling tuding, saling mencari kesalahan, tanpa pembuktian yang bisa menenangkan hati rakyat, seperti saya.

Kadang muncul kata-kata "pemakzulan" presiden. Bagi rakyat seperti saya, kalau ini terjadi, Pilpres lagi dong. Akh, bosan!.

Anehnya, pernyataan seperti itu datang bukan dari oposisi, tetapi dari oknum-oknum di PDIP sendiri.
Terbelalaklah mata rakyat betapa begitu banyak masalah di putaran penegak hukum kita. Satu telunjuk menunjuk kesalahan orang lain ternyata para penegak hukum memiliki tiga atau empat kesalahan sendiri yang tersembunyi. .

Saya dan yakin kebanyakan rakyat sadar kok!. Kapolri adalah posisi yang sangat strategis di negeri ini. Tidak sembarangan orang bisa diangkat jadi Kapolri, tidak mudah Jokowi untuk menemukannya.
Presiden Jokowi harus mempertimbangkannya dengan matang. Jangan terpengaruh oleh kepentingan kelompok atau golongan. 

Kita tidak ingin memiliki Kapolri yang memiliki rekening gendut. Rakyat Indoensia butuh seorang Kapolri yang mampu menghukum seorang Aiptu yang memiliki Rp 1,5 triliun di rekeningnya, dan mampu menghukum oknum-oknum Polri yang masih memiliki rekening gendut.

Kita ingin Kapolri yang paling sedikit masalahnya. Rakyat juga yakin tidak ada Polri yang benar-benar bersih 100%. Paling tidak, Kapolri yang "Paling sedikit masalahnya", mengutip istilah Safii Ma'arif, Ketua Tim Sembilan.

Jokowi harus menetapkan status BG atau memilih beberapa perwira tinggi Polri lainnya berpangkat Komjen yang "Paling sedikit masalahnya".

Pagi ini diberitakan Kabareskrim yang baru Irjen Budi Waseso naik pangkat menjadi Komjen. Tambah lagi alternatif pilihan bagi Jokowi, di samping beberapa Komjen lainnya.

"Saya selesaikan semuanya Minggu depan" kata Jokowi, beberapa jam sebelum beliau meninggalkan tanah air, mengunjungi beberapa negara menjalankan tugasnya sebagai Presiden.

Sebagai rakyat kecil, mari kita bersabar menunggu, sambil menonton para pecundang tampil di TV dengan segala macam sandiwara bohongnya.

Rakyat harus menyadari dan yakin, semua keputusan ada di tangan Jokowi sebagai Presiden. Jadi, kalau yang lain bicara ini itu, kita tunggu pernyataan resmi presiden. Presiden akan berada di Malaysia, Brunai dan Filippina sampai 9 Pebruari 2015.

Yang jelas, Presiden Jokowi sedang mencari Kapolri yang terbaik, dengan jalan terbaik, seperti lagu Pance Pondaag: "Kucari Jalan Terbaik".

Medan, 5 Pebruari 2015

Jokowi dan Kegaduhan Politik

Oleh: Jannerson Girsang

Ibarat memancing ikan, Jokowi sedang duduk di tepi sebuah danau yang indah, ikannya sudah mulai memakan umpan.

Tetapi banyak orang-orang yang datang berlari menimbulkan gaduh. Ikannya lari!. Tapi dia tetap bersabar dan memikirkan cara memancing dengan gaya yang berbeda.

Seorang pemancing ikan memerlukan suasana ketenangan dan bebas dari kegaduhan. Siapapun yang memimpin Indonesia memang harus memiliki out of box thinking. Harus bisa memancing dan mendapatkan ikan meski dalam suasana gaduh.

Tidak bisa sekedar meniru atau berteori. Indonesia sekarang berbeda dengan yang dulu, Indonesia berbeda dengan negara manapun di dunia ini.

Saya tetap yakin Jokowi adalah orang yang berbeda dari semua pemimpin Indonesia lainnya. Dia sangat cinta Indonesia, cinta kami rakyat Indonesia.

Saya turut mendoakan agar Jokowi bisa memancing meski suasana gaduh.
Selamat Pagi!

Medan, 4 Pebruari 2015

Selamat Ulang Tahun ke 24


Pangeranku Bernard Patralison Girsang genap berusia 24 tahun hari ini. Meski di tempat yang jauh, teknologi, doa-doa kita senantiasa membuat perasaan dekat.

Semoga Tuhan memberkatimu Nak. Jangan lupa memaknai pengalaman, karena itu adalah guru terbaik.

Ingat teman-teman yang menolongmu, teman-teman sekerjamu. Doakan dan jangan lupa berterima kasih kepada mereka. .

Salam dari jauh. Happy Birthday. Have success and cepat dapat jodoh.

Medan, 4 Pebruari 2015

Orang (Merasa) Kaya dan Orang (Merasa) Pintar

Oleh: Jannerson Girsang
Di sekitar kita selalu ada orang yang dikelompokkan orang kaya atau orang pintar. Merekalah sering jadi penentu dan memimpin perubahan lingkungan ke arah yang lebih baik, jadi trend setter.

Masalahnya, apakah semua melaksanakan kewajibannya sesuai statusnya. Karena ketika mereka alpa, maka dampak negatifnya terhadap lingkungan sangat besar. Bayangkan kalau orang kaya pelit mendermakan kekayaannya, orang pintar juga pelit menularkan kepintarannya.

"Kalau Anda (merasa) kaya--karena sebenarnya kaya itu relatif, janganlah kekayaan Anda membuat orang lain merasa miskin, tetapi turutlah mereka menikmati kebanggaan, kebahagiaan karena kekayaan Anda.

Demikian juga, kalau Anda (merasa) pintar, janganlah kepintaran Anda membuat orang lain merasa bodoh, tetapi makin pintarlah mereka karena Anda. Tidak hanya pintar, tapi bijaksana".

"Ulang pangahap kaya hape lang tarbahen pangunsandean, mangahap malo hape lang jadi pangguruan".

Janganlah (merasa) menjadi orang kaya tetapi tidak bisa menjadi tompangan, tumpuan pertolongan,atau (merasa) orang pintar tetapi tidak bisa mengajar.

Kekayaan, kepintaran bukanlah sekedar tontonan sandiwara yang wah, indikator lebih dari yang lain, apalagi menjadi sumber kesombongan, merasa lebih tinggi dari yang lain.

Makin seseorang berstatus kaya, makin seseorang berstatus pintar, makin berat bebannnya.

Orang berstatus kaya mempunyai beban menjadikan lebih banyak orang menjadi kaya, setidaknya merasa kaya, dan orang berstatus pintar menciptakan lebih banyak orang menjadi pintar, atau setidaknya tidak merasa bodoh.

Yang sering terjadi, justru sebaliknya. Karena seseorang kaya atau pintar, tidak mau melaksanakan tugasnya sesuai statusnya, dia menjadi sombong, bahkan mengisolasi diri, membentuk kelompok yang merasa statusnya sama.

Sering tidak disadari bahwa orang disebut kaya karena di sekitarnya ada orang yang belum kaya, disebut pintar karena di sekitarnya ada orang yang belum pintar. Ada orang yang jatuh miskin, ada Orang Kaya Baru (OKB). Berputar seperti roda. Ada orang yang dulu bodoh, sekarang makin pintar. Tentu tidak orang yang makin bodoh, hanya secara relatif, dia lebih bodoh dari yang lain, karena tidak mau belajar.

Harus diingat juga. Di atas langit masih ada langit. Kaya, pintar itu memang sangat relatif. Kaya di Medan, belum tentu kaya di Jakarta, pintar di Medan belum tentu pintar di Jakarta.
Tetapi orang kaya dan pintar di mana saja memiliki tugas yang sama: menjadikan kekayaannya, kepintarannya membuat yang lain lebih kaya, yang lain lebih pintar.

Mungkin kita masih hanya (merasa) kaya atau pintar. Belum menjadi orang kaya, atau orang pintar yang sesungguhnya. Mari kita periksa diri masing-masing!. (Podah ni namatua).

Medan, 3 Pebruari 2015

Hari ini Rasanya Rame

Hari ini rasanya rame.

Pagi hingga siang kebaktian Minggu. Siang hingga sore, Rapat Majelis untuk persiapan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) di Synode Jemaat Minggu depan, berlanjut dengan Pemilihan Pengurus Sekolah Minggu.

Baru pulang dari partonggoan STM Sauhur menjelang pukul 21.00.

Selamat buat Pengurus Sekolah Minggu yang terpilih hari ini:

Ketua: Sy Henri Purba, SE
Wakil Ketua: Sy Sudirman Purba
Sekretaris: Bennauli br Sinaga
Wakil Sekretaris: Hersanta br Purba
Bendahara: Resmi br Siregar

Selamat bekerja.

Seorang tamu dari Jerman baru-baru ini saat makan malam bersama bertanya:

"What about week end?"

"No Weekend".

"I can not imagine" katanya.

Hiburan malam ini: telepon anak-anak dan cucu, dengar lagu-lagu menjelang tidur. Itulah kegiatan seorang Vorhanger satu hari, pada hari-hari puncak menjelang Periode lima tahun berakhir. Butuh energi suka cita, sehingga semua kegiatan bisa menjadi berkat.

Medan, 1 Pebruari 2015

Takar dengan Seimbang


Oleh: Jannerson Girsang

Kebaikan dan Keburukan ibarat dua sisi mata uang. Semua orang memiliki keduanya. Karena mereka bukan malaikat.

Mulailah menilai orang, karya atau hasil kerja dari sisi positif. Tidak melulu mencari salah, apalagi tidak mampu dan tidak pernah mengungkap sisi kebaikannya.

Sebab manusia tidak ada yang sempurna. Ketika seseorang suka atau "candu menjadikan sisi negatif sebagai sorotan utama pembicaraannya, untuk memposisikan dirinya seolah hebat, benar, dia tidak sadar, sedang melakukan aksi ibarat "menepuk air di dulang, akan kepercik mata sendiri".
Sebab yang ngomong juga tidak mampu merasakan balasan kalau kepadanya diperlakukan hal yang sama.

Cuma, kadang dia luput, dan orang sering membiarkannya, karena di sekitarnya masih banyak orang baik, tidak sampai hati melukainya. Tapi sering tidak tau diri, seringkali "candu" melanjutkan aksi itu.
Pengalaman saya, orang yang suka mencari sisi negatif orang lain untuk menaikkan citra dirinya, ketika kepadanya diperlakukan hal yang sama, langsung "klenger", pipinya merah,suaranya keras, sakit hati, atau dendam, kalau dia pengurus, maka tidak akan mengerjakan pekerjaannya, karena visinya hanya untuk diri sendiri. Mana tahan.....!

Mari sama-sama memperbaiki diri. Mulailah saling menakar kebaikan, bukan melulu membeberkan keburukan.

Semua orang memiliki kebaikan dan keburukan. Tak seorangpun di dunia ini mampu menerima keburukannya diungkapkan, tanpa menakar kebaikannya.

Selamat hari Minggu!

Medan 1 Pebruari 2015