My 500 Words

Selasa, 10 Maret 2015

Curhat dengan Anak: Lima Karakter Para Innovator

Oleh: Jannerson Girsang
Berselancar di dunia maya kita bisa memperoleh informasi gado-gado, menjadi bahan cerita yang bermanfaat, khususnya anak-anak kita di rumah.

Sore hingga malam ini dengan berselancari di dunia maya, saya mendapat bahan diskusi dengan putra saya Bernad, yang kini sudah bekerja dan berusia 24 tahun.

Syukur kalau bahan ini juga berguna bagi yang lain. Kisahku bersama putraku, kisah gado-gado, semoga Anda mampu menikmatinya.

Malam ini saya hanya berdua di rumah dengan putra tunggal saya, Bernard, karena istri sedang berbahagia dengan putri-putri kami dan cucu kami yang baru lahir di Jakarta.

Bernard baru saja tiba di rumah dengan mengendari sepeda motor CBR 150nya dari tempat kerjanya di Pangkalan Susu, sore tadi. Tentu dia capek!. Perlu penyegaran, bukan intimidasi.

Waktu kami bersama juga terbatas. Dia pasti malam mingguan dengan teman-temannya.
Jadi saya harus memanfaatkan waktu yang berkualitas dengan putraku satu-satunya ini.

Sebelum makan malam berdua, saya membalas beberapa status dan mengunjungi status Roy Martin Simamora. Roy adalah seorang anak muda yang cerdas dan memiliki kemauan keras untuk belajar, penulis produktif di media cetak (Analisa dan Kompas) semasa mahasiswa.

Saya juga mengunjungi statusnya Mula, seorang anak muda kreatif, inisiator bea siswa ke Taiwan. Dia adalah dosen tetap Yayasan Universitas HKBP Nommensen yang sedang mengikuti studi program doktor di Taiwan.

Kedua orang ini menjadi bahan cerita kami dalam waktu yang hanya beberapa menit.

Roy Martin Simamora

Mengapa Roy?. Roy adalah salah satu role model yang baik bagi anak-anak kita di masa sekarang ini. Mencintai pendidikan, mencintai kebenaran.

Roy baru lulus dari Unimed, Medan, tahun lalu. Beberapa bulan sesudah lulus, melamar bea siswa dan mendapatkan Full Scholarship in the National Dong Hwa University, Taiwan. Department Curriculum Design and Human Development.

Siang ini Roy mentag ke saya sebuah artikel yang mengisahkan pengalamannya selama beberapa minggu di Taiwan.

Di dalam artikel itu Roy bangga dengan dirinya apa adanya, bersyukur kepada Tuhan, bangga dengan orang tuanya dan merindukan mereka, berkeinginan menyenangkan mereka dengan cara yang benar.

Karakter yang tak banyak dimiliki anak-anak yang kini lebih berfikir instan cenderung mencari jalan pintas.
Roy menempuh jalur pendirikan (mahal? tidak untuk Roy, karena dia mendapat bea siswa yang diusahakan sendiri dengan bantuan teman-teman).

Ada keyakinan bahwa dengan pendidikan yang lebih tinggi dia akan mampu mewujudkan keinginannya itu.
Roy tidak pernah berfikir mencapai tujuannya dengan menempuh jalan pintas. Lulus tidak lantas bermimpi menyogok menjadi PNS, bekerja, lantas "korupsi" dan bawa jalan-jalan orangtua ke Tanah Suci.

Mula Sigiro

Saya juga mengunjungi status Mula Sigiro. Mengapa Mula?. Dia adalah seorang yang mampu menjalankan "berbuat hal kecil dengan cinta kasih yang besar".

Pria kelahiran Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, 1985 ini adalah intelektual muda, dosen tetap Universitas HKBP Nommensen, yang kini sedang menyelesaikan studi program doktor di Taiwan.
Dia memiliki kepedulian besar kepada masyarakat bawah, khususnya para anak-anak muda yang punya mimpi melalui sekolah di tingkat perguruan tinggi untuk berkarya di bidang seni, sosial, sains dan teknologi.

Mula menjadi inisiator untuk Gerakan Mewujudkan 15000 PhD (S3-DOKTOR) dari Sumatera Utara tahun 2040 dengan memfasilitasi, mempersiapkan dan membimbing tuntas anak-anak muda yang BERANI bermimpi dan bercita-cita tinggi untuk studi lanjut hinga PhD ke Taiwan dan negara lainnya melalui program BEASISWA.

Bahkan Mula tidak sungkan-sungkan “menodong” para alumni dengan meminta uang untuk menolong dana awal keberangkatan anak-anak miskin yang lulus beasiswa ke Taiwan.

Hingga saat ini. Mula sudah berhasil membimbing puluhan orang anak-anak Sumatera Utara dan kuliah ke Taiwan melalui program beasiswa dan ini akan terus meningkat setiap semester, termasuk Roy Martin Simamora.

Lima Karakter Para Innovator

Orang pintar dan berkarakter seperti Mula pasti suka kebaikan, dan saya sering melirik statusnya, karena berisi filosofi hidup yang penting diteladani.

Bergaul dengan orang pintar seperti ini setidaknya menularkan sedikit kepintarannya, hasil bacaannya ke saya.

Status di FBnya banyak dikunjungi orang. Dia melakukan postingan tidak sekedar pamer bodi, foto diri, jalan-jalan atau pamer barang yang dimiliki, tetapi penuh dengan filosofi hidup yang bermakna.

Status Mula yang terakhir mengutip sebuah kalimat inspiratif: " KEBODOHAN bukanlah karena kita tidak ada kemampuan untuk menjadi pintar, KEBODOHAN adalah ketidakmauan kita untuk belajar dan bekerja keras"

Kalimat itu merupakan ringkasan dari artikel yang dia posting dari blog seorang motivator berjudul "Lima Karakter Para Innovator".

Kelima karakter itu adalah : (1) melakukan pekerjaan yamg dicintai, (2) meninggalkan jejak, (3) memeras otak, (4) berfikir berbeda, dan (5) berbahasa manusia (mampu mengkomunikasikan pesan dengan baik). http://romisatriawahono.net/…/…/27/5-karakter-para-inovator/.

Kukisahkan Kepada Putraku Bernard Patralison Girsang

Sesudah makan malam, kepada anak saya Bernad, saya mengisahkan dua tokoh di atas, Roy Martin Simamora dan Mula Sigiro. Dua pria yang pantas menjadi inspirasi bagi anak-anak muda kita dari Sumut.
“Coba deh Nad, belajar dari mereka yang pintar-pintar dan pelajari semangat yang mendasari mereka bertindak!”.

Roy dan Mula adalah orang biasa, orang-orang desa dengan kemampuan ekonomi yang sangat terbatas, tetapi memiliki cita-cita yang luar biasa dengan semangat baja!.

Dalam kisahku kepada Bernard, saya katakan yakin bahwa kedua pria itu punya lima karakter di atas.
Kuulangi lagi ya Nad: "1) melakukan pekerjaan yamg dicintai, (2) meninggalkan jejak, (3) memeras otak, (4) berfikir berbeda, dan (5) berbahasa manusia (mampu mengkomunikasikan pesan dengan baik)".
Saat saya membacanya, tiba-tiba lampu mati! Oh!. Gelap, tapi pikiran masih terang, karena baru mendapat pencerahan.

Melakukan Pekerjaan yang Dicintai

"Aku pergi dulu ya Pak" kata Bernard.

Bernardpun pergi dengan khotbah "gado-gado" di atas. Semoga dia bisa menyarikannya dan menjadi bahan cerita kepada teman-temannya yang bermalam minggu ria.

Setelah Bernard pergi, temanku hanya komputer yang tersambung ke internet. Sendiri tidak berarti harus kesepian.

Dari pada hanya sekedar mengeluh, tidak bersyukur dengan keadaan,saya tuliskan dan share cerita ini untuk Anda, mumpung batere komputer saya masih hidup, !

Menerapkan poin 1. “Melakukan pekerjaan yang dicintai”, mampu menghilangkan keterbatasan kita!

Penutup

Terima kasih Roy, terima kasih Mula. Malam ini Anda telah menjadi inspirasi buat saya dan anak saya Bernard Patralison Girsang.

Semoga aksi kecil dengan Cinta besar yang kalian lakoni menginspirasi banyak anak muda di Sumut.
God Bless Both of You

Tak salah semua temanku di FB, yang berniat mendapat beasiswa ke Taiwan berkenalan dengan orang baik dan pintar seperti Roy Martin Simamora dan Mula Sigiro. Keduanya adalah anak muda yang baik, dan terbuka memberi pertolongan kepada siapa saja. Luar biasa!

Merekalah model "intelektual orang-orang Indonesia Baru"

Medan, 8 Maret 2015

Kasih Yang Sempurna

Oleh: Jannerson Girsang

"Kita mungkin tidak bisa melakukan hal besar, Tapi kita bisa melakukan hal kecil dengan Cinta yang Besar" (Mother Theresa).

Malam ini aku sungguh bahagia. Sekitar pkl 22.00 Leman menelepon katanya ingin bertamu ke rumahku.

Aku terpaksa permisi pulang lebih dulu dari teman-teman dari kebaktian, karena ingin melihat Leman dalam keadaan sehat, setelah aku sempat mengkhawatirkannya,karena sempat koma akibat kecelakaan yang menimpanya.

Aku pasti akan mendengar kisah menarik, dari seorang teman yang pernah mengalami koma selama enam hari.

Beberapa waktu yang lalu temanku Leman mengalami kecelakaan di daerah Padang Bulan, lewat tengah malam, saat menuju ke rumahnya di daerah Simalingkar. Cukup parah dan sempat tak sadarkan diri selama enam hari di RS Columbia.

Saat itu, sore sudah mulai gelap. Aku sangat sedih saat naik lift menuju ruangannya di lantai empat. Yang membuatku lebih sedih, aku menemui Leman temanku yang baik, seorang pria periang, tergeletak tidak bisa merespon omonganku lagi. Ketika aku mendekat, aku menitikkan air mata sedih.

Mulut dan hidungnya dipasangi alat untuk membantu pernafasan, serta infus. Aku hanya puas menyaksikan nafasnya yang naik turun, tanpa merespon kedatanganku.

Saat itu di ruangannya dirawat, sebelum pulang aku berdoa, disaksikan istrinya Yenni, yang mendampinginya di RS. Semoga Tuhan menolongnya. Aku khawatir sekali keadaannya waktu itu. Tapi untung istrinya Yenni, yang setia mengenakan kerudung menutup kepalanya tetap tegar.

Malam ini Leman sudah di depanku, dan menyaksikan dirinya sungguh di luar dugaanku, bisa pulih kembali dalam waktu yang lebih cepat dari yang kuduga. Dia sudah bisa menyetir mobilnya sendiri.

Yang membuatku terharu, kata Leman "Aku harus membalas kunjungan abang ke rumah sakit". Meski tengah malam?. .

Selain kisah bahagia di atas, cerita kami yang justru paling menarik malam ini adalah si "tukang becak" yang menolongnya sesaat setelah kecelakaan terjadii.

"Tukang becak yang tak kukenal mengantarkanku ke rumah sakit, sesaat aku kecelakaan di sekitar Padang Bulan, tengah malam, beberapa waktu yang lalu. Aku tidak ingat apa-apa. Hanya orang-orang yang bercerita bahwa tukang becaklah yang membawaku ke rumah sakit" ujar Leman sahabatku, malam ini.

"Tidak ada barang yang hilang. Semua utuh, termasuk sepeda motor yang kupakai" kata Leman. Saat itu Leman mengendarai sepeda motor, karena takut terlambat ke kantornya, karena macet.

Kasihnya tulus tak meminta balas. Kecelakaan yang menimpa Leman terjadi sekitar pukul 00.00. Tidak ada orang yang lewat yang peduli selain si tukang becak. Dia mengantarkan temanku Leman yang sedang sekarat ke rumah sakit, hingga nyawanya bisa selamat.

Kasih sejati dari orang lain yang tidak kita kenal seringkali kita dapatkan!. Kita juga wajib menolong orang meski tak dikenal, dan tanpa meminta balas. Tentu, tidak banyak orang seperti tukang becak itu.

Si Tukang becak hanya ingin menolong, membawa orang yang sedang sekarat ke rumah sakit. Lemanpun tidak kenal sampai sekarang. Perbuatan baik yang tak menuntut balas jasa.

"Sampai sekarang saya tidak kenal dan tidak tau siapa si tukang becak itu", kata Leman.

Kasih yang sempurna, perbuatan kecil dengan cinta yang besar. "Kita mungkin tidak bisa melakukan hal besar, Tapi kita bisa melakukan hal kecil dengan Cinta yang Besar" (Mother Theresa).

Mereka yang lemah, yang miskin secara materi, bisa menjadi orang yang indah, orang yang dikenang sepanjang masa, walau itu tidak mereka perlukan. .


Medan,  5 Maret 2015


Bandara KNIA Makin Bersolek

Oleh: Jannerson Girsang

Kuala Namu International Airport (KNIA), Bandara kedua terbesar di Indonesia setelah Bandara Soetta Cengkareng, kini semakin asri.

Jalan menuju airport, dari perempatan Tanjungmorawa, sepanjang 12 km sudah hampir seluruhnya mulus. Beberapa kilometer menjelang Bandara, di daerah yang bebas pemukiman, mengendara mobil dengan kecepatan tinggi sudah cukup nyaman.

Sayang memang, beberapa kilometer dari perempatan Tanjung Morawa, kiri kanan jalan sudah banyak pemukiman dan berbatasan langsung dengan jalan. Di beberapa tempat ada pasar lagi. Saat-saat tertentu kita bisa terjebak kemacetan.

Jalan yang dulunya sebagian hanya satu jalur, kini semuanya sudah dua jalur. Semakin hari terus dipoles dan semakin baik. Kini tak ubahnya jalan Tol.

Dari rumah saya yang berjarak 35 kilometer, Bandara dapat dicapai kurang dari 1 jam, (berangkat 15.30 tiba 16.20). Tentu saja bukan sedang jam sibuk.

Sayangnya masih banyak sepeda motor. Maunya jalan ke Bandara, suatu ketika bebas sepeda motor. Sangat berbahaya!.

Menjelang pintu kedatangan/keberangkatan, terhampar taman (dulunya hanya semak-semak belukar dan tanaman rawa-rawa) dan kolam dipadu indah dan menyegarkan mata.

"Wah, makin bagus aja jalan ini" kata ibu saya yang sudah berusia 77 tahun. Saya mengantarkan beliau bersama ayah saya ke bandara itu, berangkat ke Jakarta, sore ini.

Pusat-pusat perbelanjaaan oleh-oleh sudah mulai marak di beberapa bagian jalan. Jadi, kita sudah bisa membeli oleh-oleh, tidak harus ke pusat kota lagi. Bisa dibeli sambil lalu ke bandara. .

Menjelang bandara sesekali kita menyaksikan kereta api penumpang lewat di atas rel sejajar jalan, yang menghubungkan Bandara dengan Pusat kota Medan, yang berjarak sekitar 30 km..

Inilah bandara satu-satunya di Indonesia yang langsung dihubungkan dengan jalur kereta api. Kereta api ini dikelola PT Railink, sebuah perusahaan swasta.

Sayangnya ongkos kereta apinya cukup mahal, Rp 100 ribu sekali jalan per orang. Bandingkan harga tiket Argo Parahyangan Jakarta-Bandung yang berjarak 180 km, hanya Rp 120.000.Tapi banyak pilihan transportasi menuju Bandara KNIA. Dari Amplas bisa dengan Damri, hanya Rp 20 ribu per orang sekali jalan. Ada juga taksi, tapi dengan bayaran yang lebih mahal dari bus. 

Orang tua saya yang masing-masing sudah berusia 77 tahun itu saya hanya mendropnya dari mobil, kemudian mereka masuk ke ruang check ini, pakai kereta dorong yang "gratis", karena saya harus mengejar "partonggoan".

Beberapa jam kemudian, mereka sudah sampai di Halim Perdana Kusuma, Jakarta (naik Citilink). Aman juga kan Bandara itu?

Bandara yang mulai dioperasikan 25 Juli 2013 ini adalah airport kebanggaan Sumut. (Medan, 5 Maret 2015, sekitar pukul 16.20).

Medan, 5 Maret 2015
 

Politik: Seni Mencari Masalah (?)


Oleh: Jannerson Girsang

Kaget juga membaca kutipan dari Groucho Marx, seorang komedian terkenal di Amerika yang mengatakan: "Politics is the art of looking for trouble, finding it everywhere, diagnosing it incorrectly and applying the wrong remedies".

Artinya politik itu ternyata adalah seni mencari masalah, menemukannya di mana-mana, mendiagnosis masalahnya secara tidak benar dan menerapkan solusi yang salah.

Politik tidak mempertimbangkan kecerdasan. Kalau di Indonesia, yang penting banyak duitnya licinlah dia masuk partai politik.

Kebodohan tidak menjadi hambatan, seperti dikatakan Napoleon Bonaparte, "In politics stupidity is not a handicap"

Politik juga tidak memiliki relasi dengan moral, seperti dikatakan Nichollo Machiaveli, "Politics have no relation to morals". Tidak heran, kalau para politisi korupsi, menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan partai atau pribadinya.

Jangan-jangan inilah yang dianut oleh sebagian politisi kita sekarang, dan kebetulan pula sangat berpengaruh di partainya.

Dampaknya, orang yang tidak ingin berpartisipasi dalam politik akan merasakan "enaknya" diatur orang-orang dari lingkungan yang tak mempertimbangkan kecerdasan dan moral.

Sayangnya, seperti yang sering disebut Anis Baswedan, orang-orang baik dan pintar tidak tertarik ke politik yang sudah didominasi orang-orang yang sudah kadung mendefinisikan politik seperti di atas.

Maka, siap-siaplah kita diatur orang-orang seperti ini, dan itulah hukuman yang diberikan kepada kita, karena kitalah yang memilih mereka. Plato sudah mengingatkan kita ribuan tahun yang lalu.

Sadarilah bahwa kita semua akan jadi korban. Kita diatur orang-orang tak bermoral, mereka yang berpengatahuan dan bermeoral di bawah standar.

"One of the penalties for refusing to participate in politics is that you end up being governed by your inferiors".

Rp 12 triliun dana siluman masuk ke dalam APBD DKI, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau DPRD DKI aja segitu banyak, bagaimana pula DPR-RI?.

A Hok dan Jokowi, serta jutaan orang-orang cerdas dan bermoral di negeri ini harus mampu melawannya. Dukung mereka!. .

Bagaimana pendapat Anda?.

Medan, 5 Maret 2015

Senam Sebelum Kebaktian: Mendapatkan Kebahagiaan di Minggu Pagi

Oleh: Jannerson Girsang

Teman-teman satu gerejaku begitu kreatif menciptakan kegiatan positif. Tiga minggu lalu Pengurus Bapa menciptakan "mainan baru" Senam Minggu pagi.

Senam di pagi hari Minggu membuat badan segar. Tidak terlambat masuk kebaktian pukul 10.00, karena pulang dari senam langsung sarapan dan mandi.

"Mensana in corpore sano". Di dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang sehat. Tubuh segar, hati riang!.

Pengurus Seksi Bapa GKPS Simalingkar (2015-2020) telah mencanangkan senam setiap Minggu Pagi, dilaksanakan di halaman gereja dan dimulai pukul 06.00 pagi.

Instrukturnya Ny Dearman Saragih br Manalu, warga gereja kami yang memang seorang penari dan instruktur tari/senam. Kami bersyukur karena dia mau mengajar dengan sukarela. Kebaikan yang tulus! Mari menghargai perbuatan-perbuatan baik dari orang-orang yang tulus!

Selama ini banyak jemaat yang melakukan senam di luar atau sendiri-sendiri. "Dari pada kita senam jauh-jauh ke Lapangan Merdeka, lebih baik dilaksanakan di halaman gereja. Kita bisa melaksanakan bersama," kata Ketua Seksi Bapa GKPS Simalingkar, Medan, Sy Dearman Saragih, SH.

Benar kata Ketua!. Dari rumah masing-masing jemaat, gereja kami dapat ditempuh hanya beberapa menit. Kalau di gereja kami bisa mendapatkan senam yang gratis dan menyehatkan tubuh. Bayangkan kalau ke Lapangan Merdeka yang berjarak sekitar 10 km.

Hari ini adalah hari pertama saya mengikuti senam yang sudah dimulai sejak tiga minggu lalu. Senang sekali!

Lagu Goyang Dumang, Sakitnya Tuh Di Sini, Gemu Famire adalah beberapa lagu dari sekian banyak lagu yang mengiringi senam pagi ini. Musiknya kocak, enak dan membuat hati riang, mengundang badan bergerak.

Kaki, tangan, kepala bergerak, keringat mengucur, badan jadi segar. Sepanjang senam, kami ketawa-ketawa karena banyak yang salah mengikuti gerakannya, atau ada saja seloroh yang muncul spontan.

"Berat badan saya sudah turun 4 kg," ujar Benny Simanjorang yang bertubuh agak tambun itu berseloroh.

Senam memang tidak hanya mengolah raga--membuat jemaat sehat raganya.
tetapi juga mengolah hati supaya riang. Mereka mendapat obat, karena hati yang riang adalah obat.

Habis senam, rasa haus muncul. Tapi sudah ada yang menyediakan air aqua secukupnya.

Usai senam, saat istirahat, berlangsung kongkou-kongkou sebentar, memunculkan rasa kebersamaan, sehat jiwanya, mampu bermitra satu dengan yang lain.

Senam bubar. Pulang ke rumah masing-masing. Tiba di rumah sudah tersedia sarapan yang disediakan istri tercinta. Sebelum sarapan, berdoa bersama, ketawa-ketawa. Makanan dilahap sampai habis. Istri senang, karena merasa karyanya dihargai!

Semua mempersiapkan diri dengan santai untuk kebaktian jam 10.00.

Apa yang kita kejar di Minggu Pagi? Kebahagiaan?. Datanglah ke Senam Pagi Seksi Bapa GKPS Simalingkar. Mudah kan?

Hayo, Minggu depan datang ya! Ajak teman-teman. Enak Lho! Great Seksi Bapa GKPS Simalingkar!.

Terima kasih untuk Dr Sukarman Purba, MPd (Wakil Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar) yang pagi ini menjadi papparazi dan menyediakan foto yang menghibur.

Medan, 1 Maret 2015

Senam di pagi hari bersama anggota jemaat. Menyegarkan raga dan jiwa. "Mensana in Corpore Sano"
(Saya, pakai kaus merah di depan).

Berkeluarga dan Berteman Seumur Hidup


Oleh: Jannerson Girsang

"Ages of experience have taught humanity that the commitment of a husband and wife to love and to serve one another promotes the welfare of children and the stability of society," (Jacks King).

"Pengalaman berabad-abad mengajarkan umat manusia bahwa komitmen suami dan istri untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan stabilitas masyarakat , ".

Masih adakah yang ingin mempertahankan atau membiarkan "keretakan" rumah tangganya berlangsung terus?

Kembalilah ke awal komitmen: "Setia Sampai Akhir". Visi rumah tangga dan anggota keluarga: "hanya dipisahkan oleh kematian".

Jauhkan istilah:"kau bukan istriku/suamiku lagi, kau bukan anakku/orangtuaku lagi, kau bukan saudaraku lagi".

Belajar seumur hidup menuju keluarga seumur hidup. "Kau yang pertama, kaulah yang terakhir, selama hidupku" .Seperti lagu Batak Pop mengingatkan kita yang sudah berkeluarga: "Ho do na parjolo, ho do na parpudi saleleng ngolungkon,". .

Prinsip ini akan memperkuat dasar pertemanan kita di tengah-tengah masyarakat. Berteman juga seumur hidup, jangan mau dipisahkan hanya karena "beda dukungan politik, beda status, beda kulit, apalagi cuma karena rupiah lalu engkau berpaling muka, tak mau menatap lagi"

Kesepian, penyakit paling parah dan akan kita alami, ketika kita lanjut usia, seperti pengalaman banayk orang,

Itulah sebabnya pertemanan saat ini mahal sekali. Di usia 60-an, kita akan banyak kehilangan teman karena meninggal, karena pindah ke tempat yang jauh dan komunikasi tidak lancar.

Kalau dari sekarang teman sudah dibatasi, maka akan sulitlah hidup kita di masa yang akan datang.
Binalah pertemanan seumur hidup, karena pertemanan yang baik di masyarakat akan mendorong stabilitas yang semakin baik.

Sebaliknya, memicu bermusuhan akan memakan banyak korban, karena menimbulkan pro dan kontra. Mereka yang tidak tau menahu turut menjadi korban. Stabilitas jelas terganggu.

Permusuhan antara suami istri, apalagi berujung pada perceraian, lebih parah dampaknya. Akan menimbulkan korban pada anak-anak, korban pada teman, pro kontra di keluarga.

Di televisi kita menyaksikan artis yang bercerai, satu pihak menjelekkan satu pihak, dan ratusan bahkan ribuan orang akan terlibat pro dan kontra. Stabilitas keluarga besar terganggu, bahkan bisa menimbulkan ketidaknyamanan pada relasi-relasi keduanya.

Sekali lagi: ""Pengalaman berabad-abad mengajarkan umat manusia bahwa komitmen suami dan istri untuk saling mengasihi dan melayani satu sama lain meningkatkan kesejahteraan anak-anak dan stabilitas masyarakat".

Medan, 5 Maret 2015

24 Jam Jadi "Pemikir" Teknologi Penipuan

Oleh: Jannerson Girsang

Di dunia ini ada pekerjaan manusia yang 24 jam hanya menipu. Dan penipuannyapun beragam cara dan secara kreatif membangun dan mengembangkan "teknologi penipuan".

Salah satu adalah yang saya alami hari ini.

Barusan saya menerima telepon ke telepon rumah saya. Sudah lama tidak ada orang yang bertelepon ke rumah. Penuh tanda tanya, rasa heran, saya angkat.

"Ini nomor telepon atas nama bapak Jannerson Girsang"

"Ya, benar"

"Saya Edi Gunawan, operator TELKOM, Pak!. Bisa saya berbicara dengan Pak Jannerson Girsang?"

"Ya, saya sendiri"

"Saya membawa kabar gembira untuk bapak dan keluarga. Tadi malam Telkom mengadakan undian. Nomor telepon bapak terpilih sebagai pemenang ke empat dan mendapat hadiah televisi dan uang Rp 10 juta dari Bank Indonesia".

"Ha...ha...hebat"

"Apakah hadiahnya mau diambil atau tidak, Pak?," katanya

"Hei, saya orang Telkom. Kapan pula ada Telkom melakukan undian?"

"Kalau boleh tau bapak di Telkom di bagian mana, Pak?"

Saya langsung tutup telepon!. Karena sudah punya pengalaman yang sama sebelumnya. Lanjutannya!. Dia akan menyuruh saya mentransfer pajak televisi dan uang yang akan saya terima sebesar 20%. Sedikitnya dia akan dapat Rp 2 juta.

Teknlogi Penipuan di abad digital. Dulu, penipuan seperti ini belum ada. Makanya saya bilang mereka-mereka itu adalah orang yang dua puluh empat jam kerjanya cuma mengembangkan teknologi untuk menipu.

Semoga orang Indonesia sudah cerdas. Jangan langsung merah mata mendengar "hadiah". Itu hanya penipuan.

Hati-hati. Kini ada orang yang kerjanya 24 jam hanya memikirkan pengembangan "TEKNOLOGI PENIPUAN" .

Medan, 4 Maret 2015

Pembiaran Berujung Buah Simalakama


Oleh: Jannerson Girsang

"In countries with a properly functioning legal system, the mob continues to exist, but it is rarely called upon to mete out capital punishment. The right to take human life belongs to the state. Not so in societies where weak courts and poor law enforcement are combined with intractable structural injustices" (Teju Cole)

Di negeri ini pemerintah dihadapkan pada banyak persoalan pelik, bak makan buah simalakama. Tidak dimakan mati ibu, dimakan mati ayah. Itulah sebuah akibat dari pembiaran, tidak melakukan penegakan hukum.

Setelah bertahun-tahun aman dari pembongkaran, kini masyarakat yang berinvestasi karamba di Waduk Jati luhur, harus menanggung kerugian besar.

Menurut siaran Metro TV tadi malam, meski para pemiliknya banyak disokong "orang-orang kuat", Pemda Purwakarta membongkar paksa karamba di Waduk Jatiluhur. Kapasitas yang diperbolehkan hanya 4000 karamba, kini waduk tersebut diisi kira-kira 26 ribu karamba.

Pembongkaran melibatkan TNI, Polri dan Satpol PP. Tapi jangan salah, pembongkaran ini menimbulkan biaya yang ditanggung pemerintah dan rakyat yang cukup mahal.

Pembongkaran ini mengakibatkan investasi masyarakat hangus, sia-sia dalam jumlah yang cukup besar! Satu karamba dilaporkan bernilai sekitar Rp 7 juta. Pemerintah harus membongkar sekitar 20 ribuan karamba.

Di sisi lain, pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia akan menanggung biaya pembongkarannya dari pajak, serta menanggung rusaknya kualitas air waduk Jati luhur yang mengancam kerusakan, mengganggu fungsi waduk yang bernilai triliunan rupiah itu.

Ibarat makan buah simalakama memang. Tidak dibongkar merusak waduk, dibongkar mengakibatkan kerugian besar harus ditanggung masyarakat.

Karamba Waduk Jatiluhur, hanyalah satu contoh pembiaran yang dilakukan "penguasa" atas pelanggaran hukum yang dilakukan rakyatnya sendiri.

Mari kita jadikan pelajaran. Jangan membiarkan masyarakat melakukan pelanggaran hukum, hingga merasa kebal hukum dan merasa benar.

Kalau Pemda serius, karamba bisa kok dibongkar, setelah yakin dan mensosialisasikan tindakannya dengan perhitungan untung-rugi yang akurat, dan mempertimbangkan rasa keadilan!

Soal tindakannya benar, mari kita bertanya kepada rumput yang bergoyang. Kalau benar-benar membela kepentingan yang lebih besar, membahagiakan lebih banyak orang, maka benarlah tindakan itu.

Medan, 3 Maret 2015

Jangan Lihat Aksinya, Amati Kebiasaannya

Oleh: Jannerson Girsang

Saya dan Anda pasti sering kecewa menilai seseorang.

Kita kadang lupa, "Quality is not an act, it is a habit" (Aristoteles), Kualitas bukanlah sebuah aksi, tetapi sebuah kebiasaan.

Tak jarang kita tanpa sadar kaget dan mengatakan: "Kok?....".

Melihat kualitas seseorang tidak bisa hanya saat kampanye, tetapi juga dilihat dalam kesehariannya, kebiasaannya, perbuatannya yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama.

Seringkali seseorang dinilai mencintai rakyat miskin, tapi kebiasaannya main golf 4 jam sehari, ke kafe lima kali seminggu, pagi mengurus perusahaan, pesta-pesta, sore latihan dansa.

Hanya karena saat kampanye sekali berfoto memotong padi dengan petani yang pakaiannya compang camping, dan dipublikasi besar-besar di koran dan televisi, atau satu kali dia memberikan uang Rp 100 ribu di panggung, dibilang dermawan, pemilihnya bilang:

"Wah memang dia mencintai rakyat miskin, dan seorang yang dermawan!".

Hingga pada saat kampanye jutaan rakyat Indonesia, jadi buta menilai seseorang. Namanya buta, apalagi hatinya turut buta, yah tidak bisa lagi melihat dan berfikir logis. .

Sayangnya, kebanyakan pemilih tidak sempat memantau kebiasaan seorang tokoh yang dipilihnya.

Luangkan waktu dan jangan hanya melihat penampilan sesaat, penampilan yang sudah dipoles sedemikian rupa, seolah mencerminkan kualitas yang baik.

Jangan sampai terjebak, membenci secara membabi buta, atau sebaliknya mencintai, mengidolakan seseorang secara membabi buta juga. "Kenapa kamu membenci dia?". "Nggak tau, benci aja". Gila!

Kebutaan saya dan Anda dimanfaatkan seorang "opportunis". Jadi coba dengar keliling. jangan ikut pikirannya, tak perlu terburu buru menilai seseorang.

Banyak anak muda memilih pasangannya, hanya memperhatikan aksi, bukan kebiasaan pasangannya.

Zaskia Gotik--si goyang itik menilai mantan pacarnya Vicky Prasetyo, hanya melihat aksinya sebagi orang "keren". Padahal? Lihat aja di TV.

Banyak artis keren lainnya, gagal menilai pasangannya. Akhirnya..hanya bisa berkata: "Tak kusangka dan tak kuduga". Cerai, pisah atau menahan diri hidup menderita.

Ungkapan Aristoteles di atas mirip dengan lagu Simalungun yang syairnya seperti ini. "Ulang itonggor rupa, parlahou do sitonggoron". "Jangan hanya lihat penampilan luar (Wajah), lihatlah perangainya".

Artinya, jangan buru-buru menilai seseorang!

Medan, 2 Maret 2015

Sombong=Nol=Nulifier, Rendah Hati=Amplifier


Oleh: Jannerson Girsang

Mencermati status Guru Etos hari ini yang berbicara tentang "sombong" dan "rendah hati", saya sedikit tergugah! "Sombong=nol=nulifier. Sebaliknya, rendah Hati=Amplifier, siapapun yang menyertainya akan naik kelas".

Dampaknya ketika kita sombong dan dampaknya akibat kerendahan hati. Dua-duanya kita pernah lakon
Memang, kesombongan banyak mengeluarkan kata-kata menyakitkan, selalu berusaha merendahkan yang lain, Nggak nyaman pasti mendengarnya.

"Saya Tak Perlu Dokter Indonesia!", kata Si Sombong.

"Saya tidak memerlukan kamu," kata si Sombong

"Kalau saya tidak ada, maka kamu tidak ada apa-apanya," kata si Sombong

"Saya kan sudah pernah jadi ini, jadi itu. Kamu itu tak ada apa-apanyalah," kata si Sombong

"Sayalah satu-satunya yang memikirkan dan bekerja keras membangun gedung kita ini," kata si Sombong.

"Kamu tidak tau kalau aku ini orang hebat. Aku punya jabatan dimana-mana. Saya juga anak turunan orang kaya. Kamu ini apa?," kata si Sombong

Lambat atau cepat, melihat orang seperti ini, orang-orang pada lari semua! Dia menjadi nol.

Tapi ada juga yang senang dengan kesombongan. Di sekelilingnya tinggal orang-orang sombong yang sejenis.
Ada yang mau karena dibayar dengan "uang", materi, atau mau menjual harga dirinya supaya dia bisa ikut sombong--membentuk kelompok orang-orang sombong, walau menderita.

Orang sombong cenderung mengisap dan mengisap terus mempertahankan kesombongannya dengan merugikan orang lain. Ya materi, ya kehormatan.

Tak ada dampak baik bagi sekelilingnya, selain mengelompokkan orang menjadi eksklusif, membuat suasana kacau dengan sekeliling.

Sombong memang tidak bisa bergabung dengan rendah hati, ibarat air dengan minyak.

Bertindak hanya pura-pura! Jumlah uang perolehannya, dan pengetahuan yang dimilikinya tak sebanding dengan sumbangan materi atau pembelajaran yang diberikannya kepada orang lain. Tak peduli orang lain, apalagi orang banyak.

Pemberian hanya berupa "sisa-sisa" dengan pamrih "kehormatan besar" Parahnya semua harus diimbal balik dengan "kehormatan". Dia akan ngambek dan akan menghentikan aksi atau "bantuan"nya kalau tidak dapat pujian.

Dalam kehidupan nyata tidak jarang terlihat orang-orang seperti ini dan seringkali tampak seolah jadi pemenang dimana-mana.

Tapi, ingat apapun yang menyertai kesombongan akan berakhir dengan nol, seperti disebut Guru Etos pagi ini.

Mario Teguh juga berkata: "Kita hanya tidak sabar menunggu ujung kisah si sombong. Tidak pernah orang sombong menjadi pemenang"

Sebaliknya orang yang rendah hati akan berkata:

"Tuhanlah yang menjadikan semuanya ini. Saya memiliki kewajiban membagikannya kepada Anda, dan kepada yang lain. Semuanya ini berasal dari padaNya. Tanpa Dia, saya tidak ada apa-apa. Tanpa Anda semua saya juga tidak apa-apa," ujar si Rendah Hati.

Dimana dia berada, orang akan berkumpul melakukan hal yang membuat lingkungan--kepentingan bersama menjadi lebih baik. Apa yang dikatakannya menjadi pedoman--dipatuhi dan dilaksanakan orang dengan suka cita.

Dia berbicara, melaksanakan apa yang dikatakannya, dan memaknai hasil kerjanya sebagai anugerah Tuhan yang pantas dinikmati orang lain juga.

Orang yang rendah hati akan membuat sekelilingnya naik kelas, maju bersama!

Orang kaya yang rendah hati akan membuat banyak orang kaya, atau paling tidak merasa kaya. Orang pintar yang rendah hati akan membuat orang lebih banyak pintar, atau setidaknya tidak merasa bodoh

Orang miskin yang rendah hati dilukiskan dalam kisah janda miskin di Perjanjian Baru. Janda yang hanya mampu memberikan dua keping uang. Tapi itulah seluruh miliknya. Dialah yang terbesar, orang yang rendah hati.

Yesus tidak terkesan oleh pemberian yang banyak dari orang kaya, yang memberi ”dari kelebihan mereka”, tetapi oleh sumbangan kecil janda miskin itu. Apa yang ia lakukan menyentuh hati Yesus karena ’dari kekurangannya janda itu menjatuhkan semua sarana penghidupan yang dimilikinya’. (Lukas 21:4)

Tetapi kadang mereka-mereka tertutup oleh "kisah sukses sementara" si Sombong.

Ingatlah kata Mario Teguh: " "Kita hanya tidak sabar menunggu ujung kisah si sombong. Tidak pernah orang sombong menjadi pemenang"

Kedua sifat itu dimiliki setiap manusia dan semua sudah pernah melakoni keduanya. Saya juga termasuk.
Sama seperti peringatan merokok di bungkus rokok. "Merokok bisa mengakibatkan kanker dst......".

Membacanya mudah. Mengertinya juga mudah, tapi tetap saja banyak orang yang merokok.
Tidak ada orang yang benar-benar dan terus menerus rendah hati, dan benar-benar dan terus menerus sombong.

Pilih, mana lebih baik. Sombong atau Rendah Hati? Kita diutus sang Pencipta lahir ke dunia adalah berusaha setiap hari meminimalkan "kesombongan" dan mengejar "kerendahan hati".

Terima kasih atas inspirasinya hari ini Guru Etos Jansen Sinamo.