My 500 Words

Selasa, 28 April 2015

Tuhan Tidak Hanya Berdiri dan Menonton Kehancuran

Oleh: Jannerson Girsang

Pagi ini, saya teringat tiga putri kami Yani Christin Girsang, Hilda Valeria Girsang, Trisha Melanie Girsang di kejauhan!.

Teringat kisah sedih mereka lima tahun yang lalu. Terngiang bunyi telepon maut malam hari, 17 Juni 2010 yang memberitahukan almarhum adikku Parker Girsang-ayah ketiga gadis yang malang itu telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya di Rumah Sakit Cikini, Jakarta.

Bangga dengan semangat dan harapan yang senantiasa memenuhi keseharian mereka. Tentu saja, air mata haru menetes tak terbendung!

Hanya berselang empat tahun, ketiga putri remaja itu dua kali menyaksikan ambulance parkir di depan rumahnya--Perumahan Permata, Bekasi, mengantarkan jenazah kedua orang tua yang sangat mereka kasihi, di subuh hari.

Hatiku yang hancur, ketika membayangkan ketiganya berdiri di depan pintu, menanti jenazah ayahnya, saat anak-anak seusia mereka dibangunkan ibunya, siap-siap berangkat ke sekolah.

Teringat malam yang sangat panjang menunggu pesawat berangkat dari Medan ke Jakarta, esok harinya.Terbayang kekhawatiran masa depan anak-anak yang ditinggalkan pria usia 49 tahun itu, menyusul istrinya-ibu mereka yang meninggal empat tahun sebelumnya.

Terkenang, kesedihan ketiga putri kami berdiri di samping jenazah ayahnya, meratapi kepergian tumpuan harapan mereka.

Lima tahun yang lalu, mereka menjadi anak yatim piatu. "Gelap gulita!," demikian pernah diucapkan Christin Girsang beberapa waktu sesudah peristiwa itu.

Saat ayahnya meninggal, Christin yang tertua baru berusia 19 tahun dan masih memulai kuliah tahun pertamanya, kini sudah bekerja di siang hari, dan malam hari melanjutkan S1nya di UI, Depok-Jakarta, dan perkuliahan S1nya dijadwalkan selesai tahun ini.

Hilda (Ai) yang baru memasuki SMA, kini sudah kuliah semester VI di Universitas Brawijaya, Malang

Trisha Melani (Icha), baru memasuki SMP, kini kelas II SMA Negeri I Bekasi. .

"Semua akan indah pada waktunya, mari kita menatap ke depan," itulah kalimat Christin, membesarkan hati adik-adiknya, malam hari sepulang mengantar jenazah ayahnya.

Kata-kata harapan sungguh mujarab untuk memberi energi positif. yang selalu mereka bertiga tanamkan dalam hati masing-masing. Mereka tidak memikirkan kekhawatiran, tetapi membesarkan harapan yang lebih baik esok hari. .

Ketiganya tetap bersemangat menatap dan merajut masa depan yang indah.

Tuhan tidak hanya berdiri menonton kehancuran. Tuhan mengutus orang-orang baik melindungi mereka yang berserah kepadaNya. Dia bekerja dan terus bekerja.

Terima kasih untuk bou Masda, bou Oh, uda Santi, uda Henri, Ompung Nagasaribu, Ompung boru br Sitompul, serta seluruh keluarga, tante-tantenya Christin (keluarga mamanya, Osda and Sri cs), serta seluruh keluarga lainnya yang bersimpati.

Khususnya jemaat GKPS Salemba, Jakarta, dimana mereka bertiga menjadi anggota jemaat. Jemaat ini sungguh luar biasa mendukung mereka. Doa-doa, bantuan materil dan moril saudara-saudaraku semua telah membesarkan hati mereka, menguatkan mereka.

Demikian juga keluarga besar Girsang yang ada di Jakarta, khususnya keluarga besar RKY Girsang. Great! Terima kasih semuanya.

"Ketika bencana dan serangan tiba-tiba menghancurkan rrumah kita, ketika impian sukses kita tampak akan hancur, ketika penyakit dan kematian menimpa orang yang kita cintai, satu hal yang dapat meneguhkan dan mengarahkan kita tetap maju adalah harapan.

Harapan untuk hari esok yang lebih baik, untuk masa depan yang cerah, untuk hari bahagia. Harapan bahwa ada yang lebih hidup dari pada apa yang ada sekarang kita lihat dan rasakan" (Kemenangan Akhir, Elen White)

Terima kasih Helen Munthe atas Buku Kemenangan Akhir yang dikirim kemaren. Buku yang sungguh-sungguh menginspirasi saya menuliskan artikel sederhana ini. Jangan lupa membawa mereka dalam doa-doa pribadi.

Semoga juga menguatkan mereka yang membacanya. Tuhan tidak hanya berdiri dan menonton kehancuran!

Selamat pagi semua. Selamat beraktivitas untuk Christin, Ai dan Icha. Keep spirit. God Bless!

Medan, 24 April 2015

Belajar Ketahanan Pangan dari "Suhu"nya

Oleh: Jannerson Girsang

Direktur Pelayanan dan Pengembangan (Pelpem) GKPS, Pematangsiantar dan staf meminta nasehat kepada Prof Dr Posman Sibuea. Beliau adalah Guru Besar Tetap Unika Santo Thomas, Medan. Pendiri dan Direktur Center for National Food Security Research (Tenfoser)

Beliau menerima Direktur Pelpem dan staf di ruang kerjanya di Kampus Unika Medan.
Profesor Posman menjelaskan masalah kedaulatan pangan dan strategi yang seharusnya ditempuh pemerintah dan peran Pelpem dalam mendorong program-program kedaulatan pangan ke depan.

"Kita sudah terlanjur membuat stigma 'singkong' makanan orang miskin dan 'keju' makanan orang kaya," katanya.

"Jadi, kita meninggalkan singkong dan mengimpor bahan pembuat keju. Ketahanan pangan kita terancam,", lanjut guru besar yang baru saja kembali minggu lalu dari negeri jiran.

"Kita jauh ketinggalan dari program-program ketahanan pangan yang dilaksanakan negara lain. 
Thailand misalnya. Program ini sungguh membantu mewujudkan program ekonomi kerakyatan di sana".

"Sayangnya di negeri kita masih banyak program, sehabis upacara, ujung-ujungnya 'kembali ke Laptop'. Tindakannya hanya sebatas upacara. Mindset proyek." katanya. .

Berdasarkan berbagai kekurang berhasilan ini, seharusnya Pelpem yang sudah berpengalaman lima puluh tahun dalam pengembangan masyarakat, ke depan akan mempertajam strateginya sehingga mampu mewujudkan program yang menurut Prof Posman cukup "seksi" ini.

16 Oktober 2015 adalah Hari Pangan dan Pelpem perlu memikirkan rancangan acara yang strategis dalam mendorong pelaksanaan program nasional ini.

Semoga Pelpem terus meningkatkan kualitas pelayanannya di tengah-tengah masyarakat Simalungun dan sekitarnya. "Dari pembicaraan ini, mungkin akan dibuat dua program," kata seorang staf Pelpem. Semoga!

Di akhir pertemuan, mereka bertukar cendera mata. Direktur Pelpem menyerahkan buku Refleksi Melayani di Tengah-tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS dan Prof Dr Posman menyerahkan buku barunya: Minyak Kelapa Sawit.

Sungguh mencerahkan, pertemuan dengan seorang tokoh ketahanan pangan nasional yang sangat produktif menulis di berbagai koran nasional, serta penulis banyak buku tentang pangan.
Terima kasih Prof, semoga sehat selalu dan terus mencerahkan bangsa ini.

Medan, 28 April 2015


Uang Penting, Tapi Bukan Segalanya


Oleh: Jannerson Girsang

Berapapun harta yang Anda kumpulkan selama hidup, itu hanya dinikmati orang yang terbatas jumlahnya. Kisah atau cerita tentang Perbuatan Menginspirasi Anda, itulah Yang Bisa Dinikmati Setiap Orang tanpa batas waktu dan tempat.

Steven Job--pendiri dan CEO Apple.Inc, meninggal dunia dalam usia 56 tahun pada 5 Oktober 2011, karena diserang kanker pankreas ganas.

Semasa hidupnya Steven Job digaji 1 juta dollar per tahun, serta diberi saham di berbagai perusahaan--ia memegang 5,426 juta saham Apple, serta 138 juta saham di Disney (yang ia terima sebagai imbalan akuisisi Pixar oleh Disney).

Dia meninggalkan harta senilai 8 miliar dollar Amerika. Siapa sih orang Medan yang mampu meninggalkan harta sebanyak itu?. Kalau begitu tidak ada alasan sombong yah, kalaupun menurut
Anda, Anda itu kaya!

Jadi, seberapa banyakpun harta Anda, jangan banggakan, apalagi menjadi sombong!.

Nilai Anda bukan di sana, tetapi seberapa banyak orang Anda bantu dan menginspirasi mereka agar beroleh hidup lebih baik, menguatkan mereka dalam menghadapi kesulitan, merasa menyatu dengan kekayaan Anda, merasa bermanfaat karena Anda kaya, bukan merasa miskin karena kekayaan Anda!.

Lagi pula, Anda tidak akan mungkin mencapai harta sebesar itu di negeri ini, apalagi Anda hanya pegawai yang digaji.

Anda juga tidak bisa membagikannya kepada setiap orang, paling-paling Anda bisa memamerkannya, membuat silau mata, bukannya menginspirasi.

Harta Steven Job, tidak pernah bisa dinikmati setiap orang. Demikian juga harta yang Anda miliki. Anda dan saya tidak pernah menikmati uang Steven Job.

Anda dan saya bisa share pengalaman masing-masing. Kata-kata menginspirasi adalah makanan rohani yang bisa merubah hidup setiap orang. Itulah yang bisa Anda bagikan kepada setiap orang. Kisah menginspirasi dalam mencapai sesuatu, itulah yang bisa dishare ke setiap orang.

Anda dan saya bisa menikmati pidato-pidatonya, tulisan-tulisannya, pengalamannya yang menginspirasi hidup. Kisah kehidupan Steven Job memang sangat membuat kagum dunia ini.

Di masa kecil, Steven Job hanya orang biasa-biasa saja. Bahkan dia salah memilih tempat kuliahnya.

Dia memasuki perguruan tinggi yang mahal dan orang tuanya tidak sanggup menyekolahkannya.
Steven Job adalah laki-laki drop out, dan hingga akhir khayatnya tidak pernah lulus dari perguruan tinggi. tetapi dia berkarya--hasil karyanya dan caranya mencapai sukses itu yang disampaikan melalui pidato dari kampus ke kampus, diliput media dan ditulis di dalam buku.

Dalam pidato-pidatonya atau wawancara di media, Steven Job berkisah tentang pengalaman hidupnya, cara menghadapi masalah yang kadang tidak diperoleh di perguruan tinggi, buka bangga dengan hasilnya, tetapi bangga degan proses yag dilaluinya,

Steven Job mampu melakukan sesuatu yang luar biasa bagi dunia. .

Usianya hanya 56 tahun. Tetapi Steven Job telah memilih kehidupan yang besar, menemukan, Apple,
I-Pad yang digunakan jutaan bahkan miliaran penduduk dunia sekarang ini.

Pada waktu kematiannya, ia dikenal luas sebagai seorang visioner, perintis dan jenius dalam bidang bisnis, inovasi, dan desain produk, dan orang yang berhasil mengubah wajah dunia modern, merevolusi enam industri yang berbeda, dan "contoh bagi semua kepala eksekutif".

Kematiannya ditanggapi secara luas dan dianggap sebagai kehilangan besar bagi dunia oleh para penggemarnya di seluruh dunia.

Berubah, memiliki rasa ingin tau yang besar, action, itulah salah satu kunci keberhasilan Steven Job. Hasil kerjanya, pengalamannya dapat kita nikmati tanpa batas waktu, tempat, tidak mengenal suku bangsa.

Nilai Steven Job bukan pada jumlah uangnya. Tapi kualitas hidupnya. Bermanfaat bagi banyak orang, merubah hidup orang menjadi lebih baik, tanpa batas.

Dalam perjalanan hidupnya, Steven Job memiliki kata-kata menginspirasi orang terdahulu yang membakar semangatnya, mengundang tindakan kreatif sepanjang hidupnya.

Steven Job membuktikan kata-kata yang menginspirasi adalah kekuatan besar, lebih besar dari kekuatan apapun di dunia ini. Kata-kata hati keluar dari mulut orang-orang yang mengalami pekerjaan besar dan agung.

Dari pengalamannya belajar kata-kata bijak dari orang-orang terdahulu, Steve Job menghasilkan kata-kata bijak yang sangat berguna bagi semua orang. Dia tidak pernah menceritakan hartanya 5,1 miliar dollar Amerika, tetapi dia mengisahkan sesuatu yang mebesarkan hati, membangkitkan semangat. .

"And the way to do the great job is to love what you do," kata Steven Job mengajak kita mencintai pekerjaan yang kita lakukan. .

"If today were the last day of my life what I want to do what I am about today?", itulah kata-kata yang sangat berkesan bagi Steven Job. Berkaryalah, seperti Anda akan mati besok hari.

"And whenever the answer has been 'No', for too many days in a row, I know I need to change some thing," katanya. Bertanyalah apakah hari ini Anda melakukan pekerjaan yang bermanfaat bagi Anda dan sekitar Anda.

"Remembering I'll be dead soon, is the most important tool I've ever encountered to help me make a big choices in life," lanjut Steven.

Kita hidup tak berapa lama!. Kita bertemu denga teman hanya beberapa kali lagi. Bekerjalah dengan tekun, berikan kesan yang menginspirasi dalam pertemuan Anda, karena mungkin besok Anda tidak bertemu lagi. .

Tentu saja, koruptor, orang yang suka mencari jalan pintas, tidak mungkin menginspirasi seperti Steven Job!.

Bahkan dari penjara, mereka bangga memamerkan mobil mewahnya, pamer pakaian mewah. Merasa itulah kekuatan utamanya. Di setiap tempat mereka datang untuk pamer dan mendapat pujian dari "upah" yang diperolehnya tanpa kisah yang dapat diteladani. Tak sadar itu hanya hampa, dan tak banyak orang menikmatinya, bahkan justru mencibirnya.
.
Mereka tidak suka proses yang rumit dan capek seperti dijalani Steven. Mau enak, meski hanya goyang-goyang pinggul!

Medan, 23 April 2015

Saling Menginspirasi Mengatasi Kelemahan

Oleh: Jannerson Girsang

Suatu ketika Anda dan Saya tidak berdaya, lemah, lunglai!.

Coba renungkan ketika mengunjungi orang-orang yang sakit di rumah sakit, orang-orang yang lumpuh, orang yang sekarat tak berdaya.

Apa yang bisa mereka buat?.

Belajarlah dari pengalaman mereka!

Kecerdasan menurun (bahkan bisa-bisa pikun), fisik menurun, kegantengan/kecantikan akan hilang, kekayaan atau harta bisa menurun, ATAU kalau bertambah banyak, Anda tak mampu mengendalikannya, jabatan yang Anda "sombongkan" dan dewa-dewakan juga akan berakhir.

Satu-satunya senjata Anda adalah banyaknya Anda menabur "kebaikan" tulus ke hati orang-orang di sekitar Anda selama ini, banyaknya sahabat karib, sahabat sejati Anda.

Tanamkan kebaikan, sehingga mereka menuai kebahagiaan! Nilai Anda yang kekal adalah banyaknya orang yang merindukan Anda, karena Anda menginspirasi kehidupan mereka !

Tidak cukup hanya sekedar sahabat berlatar politik atau bisnis, karena itu hanya didasarkan pada hubungan "kepentingan", punya masa berlaku.

Perbanyaklah sahabat karib, sahabat sejati--orang-orang yang mencintai Anda apa adanya.
Banggalah keluarga Anda--orang tua Anda, anak dan istri/suami Anda. Bangga dan teladanilah kasih sayang orang tua Anda. Anda ada karena ada mereka, karena ada sahabat-sahabat Anda!.

Mari sahabat-sahabat FB saling menginspirasi satu dengan yang lain. Hanya itu jalan untuk menunju persahabatan dan kekuatan yang berkelanjutan.

Suatu ketika, Anda yang saat ini merasa hebat, berangsur akan lemah, lunglai.

Pada akhirnya, Anda tergantung pada keluarga dan sahabat sejati Anda! Jangan terlambat. Pelihara hubungan keluarga Anda dan sekitar Anda.

Ciptakan perdamaian walau berbeda pendapat. Satu musuh terlalu banyak, seribu teman terlalu sedikit!

Selamat pagi semua!

Medan, 22 April 2015

Mencari Bupati Ideal di Kabupaten Simalungun (2015-2020)



Oleh: Jannerson Girsang

Bahan: Mengenang Rajamin Purba (Biografi)

Membaca kisah Rajamin bagi saya ibarat memimpikan pemimpin ideal bagi daerah kelahiranku, Kabupaten Simalungun.

Andai ada seorang berusia 32 tahun, seusia Rajamin jadi bupati, kemudian mengubah Kabupaten Simalungun seperti yang dilakukannya di era dimana banyak mendapat tantangan, serta, situasi politik, keterbatasan keuangan dan teknologi saat itu.

Meski usianya hanya mentok di angka 49 tahun, tetapi meninggalkan karya yang spektakuler.
Memang,usia 32 tahun menjadi bupati, mungkin sulit dicapai seseorang pada saat sekarang ini. Bupati yang tulus membangun rakyatnya tanpa dicekcoki dengan kepentingan pribadi sudah langka di era hedonisme ini.

Tapi tidak ada salahnya bermimpi. Itulah daya tarik membaca buku ini. .

Buku Mengenang Rajamin Purba, yang ditulis Ir MT Purba pada 2006 ini mengisahkan kiprah pria Simalungun, kelahiran Bangun Purba, Haranggaol, 22 Desember 1928.

Mantan Bupati Simalungun (1960-1973) ini dikenal sebagai bupati yang ideal bagi kabupaten Simalungun dari segi pemikiran, konsep maupun implementasinya di lapangan yang berorientasi kepada aspirasi masyarakat.

Rajamin menjadi Bupati Simalungun saat usianya baru 32 tahun. Masih sangat muda untuk ukuran calon-calon bupati yang muncul sekarang ini. Bukan karena usia, maka seseorang menjadi matang. Sebuah pelajaran bagi para calon bupati. Dulu, yang muda yang berkarya.

Hai, generasi muda, beranikah seperti Rajamin?

Di bidang pemerintahan dia mengukir karya-karya spektakuler, mulai dari merombak struktur desa, pangan, penyelesaian tanah garapan, pembangunan sarana jalan, Sarana Kantor dan Rumah, turis, pembangunan sosial, keagamaan, pendidikan dan budaya.

Di bidang budaya misalnya beliau turut membidani Partuha Maujana Simalungun (PMS), Museum Simalungun. Aktualisasi Motto Habonaron do Bona, muncul di saat pemerintahan beliau dan ditulis pada lambang Kabupaten Simalungun. . .

Dalam usia muda (37 tahun), beliau begitu banyak melahirkan konsep-konsep budaya, keagamaan dan pendidikan jangka panjang bagi kabupaten ini. .

Di bidang pendidikan Rajamin adalah pendiri Universitas Simalungun (18 September 1965), dalam pembangunan masyarakat desa oleh gereja beliau turut membidani pendirian Pelayanan dan Pembangunan (Pelpem) GKPS (15 Januari 1965).

Kita masih bisa saksikan sekarang ini. Penyediaan tanah dan konsep implementasi bagi pendidikan dan rumah ibadah dilakukannya tanpa sedikitpun itu menjadi miliknya.

Penyediaan 33 hektar tanah untuk GKPS di Jalan J Wismar Saragih, 38 hektar tanah untuk Universitas Simalungun (USI) di Pematangsiantar adalah usaha-usaha beliau semasa menjabat Bupati Simalungun untuk fasilitas keagamaan dan pendidikan. Tidak ada satu meterpun aset pribadinya terdapat di sana, atau di sekeliling lokasi itu.

Beliau berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya--tidak hanya berfikir jangka pendek, apalagi untuk pribadinya. Tak ada peninggalan harta pribadinya yang menonjol di Simalungun, meski dia menjabat bupati selama 13 tahun.

Kini, karya-karyanya semuanya menjadi asset yang bisa dinikmati banyak orang.
Walau usianya hanya 49 tahun (meninggal 1977) Rajamin telah mengukir sebuah teladan yang dapat dibanggakan dan perlu dipelajari generasi sekarang ini.

Dia meninggalkan kader-kader pemimpin yang berjaya di kemudian hari, meninggalkan nilai-nilai baik yang jadi panutan.

Mudah-mudahan para pejabat selanjutnya meniru beliau, janganlah mencampur adukkan kepentingan pribadi dalam strategi pembangunan daerah.

Beliau juga mendidik ke enam putra puterinya dengan baik, meski anak-anaknya harus kehilangan ayahnya, saat mereka masih kuliah dan ada yang masih Sekolah Dasar.

Ketika Rajamin meninggal, anak tertuanya Budi Raja Manggala Putra baru masuk kuliah di teknik Sipil ITB, Darmayanti br Purba (Kelas II SMA), Pandu Purba (Kelas I SMA), Suhaerani Purba (Kelas I SMP), Kurniaty (Kelas V SD) dan Adi Rajadiningrat (Kelas II SD).

Rajamin meninggalkan seorang istri, ibu Kencana. MT Purba (penulis buku ini) menyebutnya putri bangsawan dari Jawa Barat. (Ibu Kencana meninggal tahun 2013).

Ibu cantik, sangat ramah dan mampu bertutur lancar dalam bahasa Simalungun ini konon sempat mengeluh, karena ditinggalkan suami tercintanya saat anak-anaknya masih kecil-kecil.
"Bagaimana membimbing dan membesarkan anak-anak yang enam orang ini tanpa Bapak?. Saya merasa tidak berdaya,"ungkapnya seperti dikutip penulis buku ini.

Tuhan Maha Besar. Kini, anak-anaknya berkiprah di berbagai bidang profesi. Putranya Budi Raja Manggala Putra, kini berpangkat Kolonel, serta putrinya Suhaerani Purba adalah penyanyi yang dikenal dengan Rani Purba, dan menikah dengan Martin Hutabarat (Angggota DPR-RI dari Partai Gerindra), serta putra puterinya yang lain dan berkiprah sesuai dengan profesi mereka masing-masing.

Adakah karakter bupati Rajamin akan muncul pada 2015-2020? Mari kita tunggu!

19 April 2015


Peluncuran Buku


Suara Simalungun 15 April 2015. Publikasi Ulang Tahun Pelpem ke-50 dan peluncuran buku:"Refleksi Melayani Di Tengah Masyarakat: 50 Tahun Pelpem GKPS (1965-2015)".

Kampanye Minat Baca

Oleh: Jannerson Girsang

"Bawa buku yang kau tulis, biar ada bacaanku" kata ibuku yang sudah berusia 78 tahun pagi ini saat menemuinya di rumah adik saya.

Ibu saya terhibur membaca buku yang saya tulis: Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015).

Tambah senang lagi ketika mereka (ibu dan bapak) ikut peluncurannya di Pematangsiantar, 8 April 2014 lalu.

Yang tua aja senang membaca. Tingkatkan Minat Baca Indonesia!

Danau Toba yang Menginspirasi

Oleh: Jannerson Girsang

Selamat Pagi semua. Foto di bawah ini adalah hasil jepretanku dari perbukitan Sibaganding, di suatu pagi, Nopember 2014. Sejuk, nyaman dan mengundang inspirasi untuk menuliskannya.
Ribuan kisah indahnya Danau Toba telah dipaparkan dan dikisahkan melalui: buku, opini, cerpen, puisi, foto, drama, film dan kisah dari mulut ke mulut.

Ciptaan Tuhan, kaldera raksasa, hasil ledakan vulkanik yang terjadi 70 ribu tahun yang lalu ini menanti sentuhan. Kisahkan keindahan alam dan budayanya!.

Berceritalah dengan jujur bahwa Danau Toba itu indah, lebih indah dari semua danau yang pernah saya kunjungi di Sumatra, Jawa dan Bali. Memberi inspirasi dan semangat hidup bagi jutaan orang yang pernah mengunjunginya. Berceritalah budaya yang ada di sekitar Danau itu.

Mereka yang pernah mengunjungi Danau ini, pasti berjanji akan kembali lagi ke sana.
Jangan cemari danau ini dari kisah-kisah negatif. Ceritakanlah kisah inspirasi yang mengundang orang berkunjung ke Danau terbesar di Asia Tenggara itu.

Satu cerita buruk tentang Danau itu, mengurangi 10.000 wisatawan, satu cerita baik hanya akan menambah 1000 wisatawan. Percayalah!

Israel yang terus dilanda perang dan konflik, tetap dikunjungi jutaan wisatawan setiap tahun, karena mereka dan media di sana tidak mengeksploitasi berta tentang perang. Mereka memberi harapan kepada pengunjung, daerahnya aman.

Bali yang pernah diserang Bom Teroris 2001, cepat pulih, karena mereka, para penulis di Bali menceritakan "harapan" bukan "kekhawatiran". Bahkan para penulis di sana difasilitasi menuliskan keindahan alam dan kekayaan budaya Bali. Tidak terus menerus mengeksploitasi berita teroris atau kejahatan. .

Kisahkan pengalaman yang menyenangkan di Danau Toba. Mari bercerita tentang Danau Toba yang Indah, kisah yang menginspirasi orang berkunjung ke sana!

"Right or Wrong, I love Lake Toba!"

Medan, 14 April 2015

St KW Purba

St KW Purba (82 tahun), mantan Asisten Direktur Pelpem (1966-1968). Masih energik dan berbicara menanggapi ceramah Ephorus GKPS Pdt Jaharianson Saragih PhD, dalam rangkaian acara Peluncuran Buku Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat: Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS, di Pelpem GKPS Pematangsiantar, siang tadi (8 April 2015)..
Pasti di masa mudanya beliau sangat energik. Beliau lulusan SPMA tahun enampuluhan dan pernah bekerja di Dinas Pertanian di Bogor. Kemudian kembali ke Siantar untuk membangun Simalungun.
KW kini masih mengusahakan pembibitan Cengkeh, UD Senang Tani di Siantar. "Anggo roh hu rumah gratis. Tapi anggo mulak marhira hita" katanya berseloroh dan kami sambut dengan tepuk tangan meriah. Orang tua yang menginspirasi.

Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat, Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015),

Peluncuran buku Refleksi Melayani di Tengah Masyarakat, Lima Puluh Tahun Pelpem GKPS (1965-2015), dihadiri sekitar 400 undangan, mayoritas para kader Pelpem di berbagai lokasi di Simalungun. Penulis menyerahkan buku secara simbolis kepada Ephorus GKPS dan Direktur Pelpem dalam acara khusus di Pematangsiantar siang ini.