My 500 Words

Sabtu, 01 Agustus 2015

Mari Berenang, Jangan Hanya Tau Teori Berenang

Oleh: Jannerson GIrsang

“Knowledge is a treasure, but practice is the key to it.” (Lao Tsu)

Pengetahuan berenang penting. Tetapi masuk kolam renang adalah yang terpenting.

Belajar teori berenang, tanpa pernah masuk kolam renang, ibarat agen bus Terminal Siantar yang ngak pernah ke Medan, tetapi setiap hari mengajak orang ke Medan.

Ilmu tanpa terapan tidak akan berbuah apa-apa. Dia hanya sebuah "teriakan" di gurun pasir. Dia tidak berbuah. Apalagi hanya disimpan di kepala.

Meski ilmu sedikit, dia akan berbuah di lapangan, dia akan berguna bagi diri sendiri sebagai latihan dan pengalaman menerapkan ilmu itu menghasilkan sesuatu pengalaman baru dan menginspirasi orang lain.

Ketika saya mulai berenang di kolam renang, air masuk ke hidung, megap karena mau tenggelam. Ketika berenang di danau, saya pernah hampir hanyut.

Saya berterima kasih kepada seorang pemuda yang ahli berenang dan memiliki rasa belas kasihan. Dia menolong saya, menginspirasi saya dengan pengetahuannya berenang.

Akhirnya, saya berusaha agar tau berenang, dan tidak pernah tenggelam atau hanyut lagi.

Ilmu mencegah kebakaran hutan, hanya berada di otak, dan tidak pernah diterapkan dan dikembangkan. Kasus yang sama, kebakaran hutan terjadi setiap tahun, tanpa pernah bisa kita bisa mengatasinya dengan baik. Tidak ada perbaikan!

Hari ini asap, menyelimuti seluruh udara kota Medan, dan kota-kota lainnya di Sumatera.

Setiap tahun kita dihantui kebakaran hutan, karena tidak mau belajar mengatasinya.

Beda dengan saya. Saya tidak takut lagi masuk kolam renang, masuk danau, karena saya sudah tau berenang. Kapan kita tidak dihantui kebakaran hutan?

Tergantung kemauan kita belajar menerapkan ilmu mencegah kebakaran hutan.

Menerapkan pengetahuan, setidaknya memunculkan pengalaman baru, inspirasi baru, mungkin koreksi atas teori sebelumnya.

Satu hal penting!. Menerapkan pengetahuan, kita setidaknya akan kagum kepada mereka yang pertama menemukan pengetahuan itu.

Tanpa praktek, kita tidak akan memperolehnya. Kita akan mengatakan semuanya mudah, tanpa apresiasi atas usaha orang lain.
Kita anggap remeh kepada pengetahuan dan keahlian orang lain.

Sebaliknya, jika setiap orang mau menerapkan ilmu yang diperolehnya, maka dunia akan kaya dengan pengalaman, kaya dengan kemampuan saling menghargai satu dengan yang lain, kaya dengan hal-hal baru, kaya dengan diskusi yang berguna bagi umat manusia.

Mari berenang, jangan hanya baca buku teori berenang!.

Sama dengan menulis. Tidak cukup membaca teori menulis, tetapi harus menulis.

Medan, 29 Juli 2015.

Anda adalah Anda

Oleh: Jannerson Girsang

"It's just better to be yourself than to try to be some version of what you think the other person wants".(Matt Damon).

Gengsi, merubah diri Anda menjadi orang lain dan ujung-ujungnya Anda akan sengsara. Hidup ini panjang. Menjadi orang lain akan membuat sengsara, gelisah seumur hidup. Ibarat Padi berbuah jagung!

Padahal, biaya gengsi itu cukup mahal. Menjadi diri orang lain pada akhirnya membuat Anda stress, dan tidak mampu berfikir jernih.

Orang lain baju baru, Anda ingin baju baru yang lebih modis. Orang lain pakai mobil baru, Anda ingin mobil baru, yang lebih keren.

Orang lain tamasya ke luar negeri Anda ingin tamasya ke luar negeri. OC Kaligis punya 10 istri Anda juga ingin punya 10 istri..

Orang lain ingin dekat dengan pejabat, Anda ikut-ikutan, walau sakit menahan leher, merubah sikap: menunduk waktu menghadap.

Anda memenuhi keinginan Anda dengan memenuhi keinginan pejabat itu, walau terpaksa. Walau menelantarkan istri dan anak-anak Anda!.

Saat itu Anda hidup dengan diri orang lain.

Gengsi, supaya dikenal dekat dengan pejabat itu. Anda tidak pernah suka cita! Istri Anda pasti pernah bilang: Tumagon mulak pogos!

Kalau dia jatuh, Anda juga ikut jatuh!. Pejabat juga sama tokh. Punya waktu, dan kemampuan. Anda hidup menjadi orang lain!

Pekerjaan berat kita di dunia ini adalah menjadi diri sendiri. Sama seperti mencocokkan badan dengan pakaian.

Kalau pakaian kita berukuran L, maka jangan pakai pakaian yang berukuran XL, akan kebesaran. Anda tampak jelek sekali, walau Anda merasa hebat .

Ada banyak orang turun dari sedan Alphard, tapi terlihat kampungan, bicaranya seperti preman, kepalanya ditegak-tegakkan!.

Duduk di belakang tersinggung! "Saya kan anak buahnya gubernur?". Bah anak buahnya gubernur aja sombong!

Menjadi diri orang lain, sangat memalukan dan capek! Ibarat padi berbuah jagung, meski tidak ada angin, rasanya mau roboh. Tidak nyaman dengan segala lingkungan. Tidak punya banyak teman sejati, hanya teman memenuhi "keinginan"

Sebaliknya. Anda akan terlihat elegan, kalau ukuran bajunya pas!

Orang senang melihat Anda, karena Anda luwes dan semua milik Anda menjadi bermanfaat bagi orang lain. Cara bicara, penampilan, tingkah laku Anda, menjadi teladan.

Kita memang harus berubah, menjadi lebih baik, lebih maju, bersama lingkungan kita. Tapi, kita berubah, bukan karena dirubah lingkungan, orang lain. Di sanalah identitas kita.

Penuhilah apa yang Anda butuhkan untuk berubah, supaya bisa merubah lingkungan, bukan apa yang Anda inginkan karena pengaruh orang lain, pengaruh lingkungan.

Mahatma Gandhi, tidak dicela orang karena kebutuhannya sedikit. Malah dia menjadi icon dengan pakaian sederhananya, hidup sederhana. Dunia menghormati orang yang hidup dengan dirinya sendiri.

Hidup ini adalah memenuhi kebutuhan, bukan memenuhi keinginan.

"Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya, berarti cukuplah memenuhi kebutuhan".

Sebab, keinginan itu tidak ada batasnya. Semua yang Anda peroleh kalau digunakan untuk memenuhi keinginan maka tidak akan pernah cukup, tidak akan pernah bersyukur.

Berapapun pendapatan Anda, kalau istri 15 dan anak 30, dan seluruh keinginannya dipenuhi maka tidak akan ada batas cukupnya.

Berapapun besar gaji Anda, pendapatan Anda, kalau Anda tergiur dengan keinginan dunia ini, maka Anda tidak akan pernah merasa cukup

Menghindari korupsi, matikan gengsi, keinginan!. Hiduplah memenuhi kebutuhan Anda yang cukup untuk berbuat baik kepada orang lain. Itu tidak banyak.

Mengikuti zaman adalah membuat kita suka cita dalam segala zaman, bukan memenuhi semua keinginan zaman.

28 Juli 2015

Jadilah Berkat Bagi Dunia

Oleh:Jannerson Girsang

Media sosial begitu merajai manusia dewasa ini. Internet telah mendarah daging bagi banyak penduduk dunia.

Bangun pagi, sebagian menjadikan update status mendahului acara doa mereka.

Perkembangan ini bagus bagi dunia, karena merupakan kesempatan bagi setiap orang mengungkapkan hal-hal baik, menyumbangkan berita yang benar, menginspirasi dan menguatkan yang lain.

Setiap orang sekarang bisa dan bebas berbicara kepada dunia!.

Masalahnya, kalau pengguna media sosial hanya mengungkapkan diri sendiri, sesuatu yang menumbuhkan rasa ego pribadi, maka sesungguhnya tidak banyak perubahan yang bisa diharapkan dari kemajuan teknologi media ini.

Setiap pengguna FB perlu memperhatikan etika dan sopan santun pemberitaan, penulisan. Rasa cemas, ketakutan, benci, akan muncul, ketika kata-kata yang disusun dalam update status berupa saling menyalahkan, intimidasi, pembunuhan karakter.

Media sosial, termasuk FB bukan hanya layak dibaca orang tertentu, tetapi bisa dinikmati semua orang berbeda suku, agama, atau status sosial.

Ingat, teman-teman kita di FB bukan berasal dari satu golongan saja. Menjadi berkat bagi dunia adalah mengutarakan hal-hal baik yang bisa menjadi pelajaran bagi yang lain.

Olahlah sesuatu yang Anda dengar, lihat/baca/tonton menjadi sesuatu yang memberi pelajaran, menumbuhkan semangat, tidak menyakiti, menyinggung keyakinan yang lain.

Seorang pengamat media mengungkapkan sebaiknya media sosial seperti FB tidak memposting keluhan, kehebatan diri pribadi, kehebatan keyakinan pribadi, mencaci maki yang lain, merendahkan keyakinan orang lain.

Sebaliknya, meski status Anda hanya mengungkap kata-kata sederhana, tidak mengundang sensasi menghingar bingar, atau sesuatu yang wah, namun kalau mampu memberitakan sesuatu yang baru, benar terjadi, serta akan memberi inspirasi, mengundang orang untuk bertindak lebih baik.

"Mulutmu harimaumu, yang merekah kepalamu," demikian kata pepatah. Kata-kata itu ibarat pedang bermata dua. Bisa menginspirasi, tetapi bisa sebaliknya. .

Jadilah berkat bagi dunia dengan memposting hal-hal yang membuat orang lain terinspirasi, bersemangat, mendapat pembelajaran.

Terima kasih buat teman-teman yang tanpa lelah setiap hari melalui FB ini, mampu membaharui pikiran, memberi semangat.

Status-status Anda banyak memberi informasi baru, memberi pelajaran, membangkitkan semangat saya menulis sesuatu.

Saya, kita semua membutuhkan kata-kata yang menyegarkan. Tak seorangpun senang menerima kata-kata pedas,menyakitkan apalagi pelecehan..

"Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikian kepada mereka. Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berkata-kata kepadamu, berucaplah demikian kepada mereka".

Selamat Pagi dan selamat beraktivitas!

Medan, 27 Juli 2015.

Rapat Evaluasi

Oleh: Jannerson Girsang

Baru pulang rapat evaluasi Semester I GKPS Simalingkar.

Semoga apa yang sudah dikerjakan menjadi suka cita bagi semua, tidak bersungut-sungut, dan yang belum dikerjakan menjadikan berkat baru di semester II.

Evaluasi (Evaluation) adalah proses penilaian. Dalam perusahaan, evaluasi dapat diartikan sebagai proses pengukuran akan evektivitas strategi yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut akan digunakan sebagai analisis situasi program berikutnya.

Jadi, evaluasi berjalan dengan baik kalau perencanaanya dan sistem monitoringnya baik.

Memimpin evaluasi di gereja memang sedikit rumit. Indikator keberhasilannya tidak mudah, pemahaman dan harapan yang beragam.

Selain itu, semua orang bekerja dengan sukarela. Karakter servant leader (pemimpin yang melayani) dibutuhkan menggerakkan orang-orang bekerja.

Jadi tidak bisa disamakan dengan manajemen perusahaan. Manajemennya sedikit unik! Kepemimpinan yang melayani.

Evaluasi, mudah mengatakannya dengan teori, tetapi dalam prakteknya di gereja, memerlukan kesabaran, kasih, dan dengan keyakinan penuh bahwa Tuhan senantiasa menyempurnakan yang kurang.

Kalau ngotot seperti evaluasi di perusahaan, maka seseorang bisa stress. Karena memang perencanaannya juga masih belum sempurna. Ngotot dengan keinginan dan kepentingan pribadi, bisa membuat Anda stroke!

Mari menyambut hal yang sudah baik dengan suka cita, dan yang belum sempurna secara bersama-sama mari kita sempurnakan, tanpa saling menyalahkan satu dengan yang lain, serta berdoa Tuhan senantiasa membantu dan membimbing.

Belajarlah mengapresiasi yang sudah berhasil dikerjakan, kurangi kegiatan mencari-cari kesalahan. Hematlah kata-kata yang melemahkan semangat, perbanyak kata-kata yang menginspirasi sesama.

Marilah kita semua dengan rendah hati mengakui kekurangan, dan komit untuk senantiasa memperbaikinya. Tidak perlu ngotot-ngototan!

Selamat buat GKPS Simalingkar yang sudah melaksanakan evaluasi, meski agak lama, tetapi semoga semuanya pulang dengan suka cita.

Terima kasih buat Pimpinan Majelis yang baru dilantik Februari 2015 lalu yang berhasil dengan baik memimpin rapat evaluasi pertama dalam periode ini.

Mengelola jemaat tidak mudah dan tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri. Diperlukan KESABARAN, KERENDAHAN HATI, serta KEYAKINAN AKAN PERTOLONGAN DAN BIMBINGAN TUHAN.

Semoga rapat evaluasi yang pertama ini menjadi permulaan yang baik, meski di sana sini tentu ada yang kurang, dan berdoa semakin baik lagi ke depan.

Tuhan memberkati semua Pimpinan Majelis kami. Japorman Saragih Simarmata, Arman Prb, JE Purba, Jarulitoguhman Saragih.

Medan, 26 Juli 2015

Suap Sepakbola Indonesia

Oleh: Jannerson Girsang

Suap mengatur skore, kalah, menang, draw ternyata terjadi. Pemain, pembina sepakbola, pelatih buka-bukaan di Mata Najwa Metro TV malam ini.

Seorang pemain bercerita, tidak buat gol dibayar Rp 50 juta sampai 100 juta. Kalau kesebelasan bisa diatur draw dibayar Rp 400-500 juta. Wow!

Alasannya tidak ada dana. Bahkan gaji pemain dibayar dari suap. Itulah mungkin sebabnya mengapa tak enak nonton sepakbola kita selama ini.

Miris mendengarnya. Bukannya kita tidak jago, tetapi karakter pemain, pengelola, pelatihnya, wasit yang sangat-sangat bobrok, bobrok banget, banget.

Jadi, memang pantaslah pemerintahan Jokowi membekukan PSSI.

Mudah-mudahan sepak bola kita segera bangkit! Hayo Pak Jokowi, bersihkan suap dari bola, bangun kembali sepakbola kita!

Medan, 25 Juli 2015

Bukan Saya......!

Oleh: Jannerson Girsang

Segan dan enggan bertanggungjawab. "Bukan saya..." jadi kalimat populer di banyak instansi di negeri ini. Kalau ada pekerjaan yang tidak beres, semua saling tuding, semua saling menyalahkan.

Suatu ketika tejadi kerusakan pada sebuah bangunan proyek yang baru saja diresmikan. Di dalam sebuah ruangan di kantor instansi pemerintah, terdengar dialog antara atasan dan bawahan. .

"Kenapa sampai terjadi kerusakan, padahal proyek baru saja diresmikan?." keluh sang Pimpro.

"Itulah Pak. Bukan saya Pak. Anak buah saya memang brengsek semua, karena mereka diangkat atas rekomendasi "bos" tertinggi kita," ujar anak buah Pimpro yang menangani bagian yang rusak itu.

Kemudian Kepala Dinas masuk dan marah-marah. Sambil bertolak pinggang dia melontarkan kekesalannya kepada sang Pimpro.

"Saya bilang sekali lagi yah. Saya tidak habis pikir, proyek yang saya resmikan kemaren rusak. Dimana tanggungjawabmu?"

Sang Pimpro kaget dan tidak mau kalah. Dia bangkit berdiri dan menuding Kepala Dinasnya tak becus.

"Bukan saya Pak. Anggaran yang bapak turunkan kan tidak sampai memenuhi bestek. Jadi, saya tidak mampu membangun dengan bangunan standar," ujar sang Pimpro menyalahkan "bos"nya.

Sang bos keluar ruangan. Dari tiga oknum di atas, tak satupun mau bertanggungjawab atas dampak perbuatan mereka.

Proyek tersebut dibiarkan saja rusak, menunggu anggaran tahun berikutnya.

Jadi ingat apa yang dikatakan Mochtar Lubis. Banyak manusia Indonesia kini segan, dan enggan bertanggungjawab atas perbuatannya, putusannya, pikirannya, dan sebagainya.

"Bukan saya", adalah kalimat populer di sekitar kita, untuk sebuah pekerjaan yang tidak beres.

Tapi sebaliknya. Kalau proyek berhasil, maka semua akan mengaku, "Kalau bukan Saya...".

Semua pengen tampil ke depan menerima tepuk tangan, penghargaan...! Yang tak berhubungan dengan pekerjaan itupun dikaitkaitkan supaya dapat penghargaan!.

Foto selfilah dll, seolah dialah yang paling berjasa!

Medan, 25 Juli 2015

Munafik

Oleh: Jannerson Girsang

Ciri utama dan pertama orang Indonesia adalah MUNAFIK, demikian Mochtar Lubis, dalam bukunya "Manusia Indonesia"

Lain yang diucapkan, lain yang dikerjakan. Lain di bibir, lain di hati.

Mengaku beragama, tapi tidak merasa damai dengan manusia lain, mengabdi kepada rakyat, tetapi korupsi jalan terus. .

Apa ya masih seperti itu hingga abad ke-21 ini?.

Mudah-mudahan penilaian Mochtar Lubis sudah berubah. dan sebagian besar orang Indonesia sudah "JUJUR"

Mau tau sifat kita yang lain?

Enggan dan segan bertanggungjawab atas perbuatannya; bersikap dan berperilaku feodal; percaya takhayul, Artistik dan berbakat seni: lemah watak dan karakternya.

Mari kita renungkan bersama!

Medan, 24 Juli 2015

Imagine: Negara dan Agama untuk Apa?

Oleh: Jannerson Girsang

Andaikan dunia ini tidak punya negara dan agama, apakah lebih buruk dari sekarang?

Sebuah angan-angan buruk John Lennon dalam lagunya Imagine. Tetapi bukan tidak berdasar.

Negara dibentuk agar masyarakatnya adil dan makmur, tidak ada korupsi atau penyalahgunaan kekuasaan yang membuat rakyat melarat.

Kalau kita beragama, hendaknya kehidupan kita damai dan kita berdamai dengan sekeliling kita.Tidak ada yang terbunuh oleh sesama bangsanya yang beragama. .

..............................................

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

...................

Dia melihat anomali dari negara dan agama.

Negara itu melindungi rakyat, bukan membiarkan rakyatnya saling menyiksa, apalagi membunuh. Kita bernegara, tetapi justru banyak yang tega mengisap hak rakyatnya sendiri (korupsi, dll). Kalau kita bernegara, maka negara tidak membiarkan rakyatnya saling menghakimi, saling membunuh dan memaksakan kehendaknya seenak udelnya.

Agama itu seharusnya mendidik masyarakat cinta damai, hidup dalam keharmonisan. Dalam pandangan John Lennon, kalau kita beragama, seharusnya KITA HIDUP DALAM KEDAMAIAN. Bukan jutsru sebaliknya, banyak pihak memrpovokasi permusuhan, melakukan pembakaran, perusakan atas rumah ibadah, bahkan pembunuhan sesama.

Menjadi sebuah renungan menarik bagi kita akhir-akhir ini, agar kita jangan sampai terjerumus kepada gambaran buruk John Lenon tentang negara dan agama.

Semoga gambaran buruk Jhon Lenon tidak benar. Kita yang memiliki bangsa dan agamalah yang benar.

Mari berbenah! Para pemimpin negeri, pemimpin agama, masyarakat secara keseluruhan merenungkan untuk apa kita bernegara, untuk apa kita beragama?

Simak lagunya

"Imagine"

by: Jhon Lenon

Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today...

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world...

You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one

Medan, 24 Juli 2015

Kembali Kerja!

Oleh: Jannerson Girsang

Liburan bersama Lebaran 2015 sudah usai. Kita sudah merasakan suasana Lebaran dengan berbagai kesan pribadi.

Saya sendiri menggunakan libur itu dengan jalan bersama orang tua, ke berbagai tempat yang belum pernah mereka kunjungi di Sumut, kemudian beberapa hari jalan bersama teman-teman.

Di sela-sela libur itu kita bersilaturahmi dengan saudara-saudara umat muslim yang berlebaran.
Hari ini kembali masuk kantor. Bekerja seperti biasa. Pikiran segar, ide-ide baru muncul, silaturahmi dengan orang tua, teman semakin erat.

Semoga pengalaman liburan sebagai berkat, bukan beban. Memasuki suasana kerja dengan hati yang baru, semangat baru. .

Orang yang meminta jatah libur lebih dari yang ditentukan sebenarnya merasakan libur itu sebagi beban, dan bukan berkat.Apalagi, hingga bolos kantor.

Beberapa hari ke depan, silaturahmi masih akan berlanjut dengan acara Halal bil Halal, atau kunjungan ke rumah-rumah seperti biasanya.

Saya baru bertemu dengan beberapa tetangga, dan masih akan berlanjut ke tetangga lain dan biasanya dilakukan malam hari, sesudah pulang kerja.

Medan, 22 Juli 2015

Hati-hati dan Bijaklah Berkomentar Menyangkut Sara

Oleh: Jannerson Girsang

Kalau ada peristiwa yang menyangkut SARA, jangan terus repons dengan menyalahkan A membela B. Hati-hati dan bijaklah.

Kalau ada konflik dengan latar belakang agama, suku, sebaiknya kita menahan diri. Percayakan penyelesaiannya kepada yang berwenang.

Apalagi kita jauh dari lokasi terjadinya kasus itu. Informasi yang kita terima bukan dengan pandangan mata atau orang pertama, hanya baca koran atau nonton di televisi, bahkan sering hanya menerima informasi sepihak, tanpa konfirmasi informasi dari pihak lain yang berkonflik.

Informasi sering tidak akurat dan analisisnya juga tidak akurat, .

Kalau kita tidak tau persis, dan bukan orang yang berwenang menanggapi sesuatu dalam konflik agama, sikap yang baik adalah berdoa agar bangsa Indonesia makin memahami agama masing-masing.

Agama itu mengajarkan damai, agama itu mengajarkan kasih, Permusuhan tidak pernah diajarkan agama manapun, tetapi datang dari oknum-oknum pemeluknya yang salah memahami ajaran agamanya.

Agama itu tercipta karena Tuhan mau tercipta seperti itu, beragam. Keragaman adalah kekayaan. Para pendiri bangsa Indonesia mengakuinya dan menuangkannya dalam UUD 1945 dan Pancasila.

Selama kita hidup di Indonesia dengan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara: UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, kita harus mau dan mampu hidup berdampingan dan berdamai dengan orang yang beragam itu.

Kalau tidak yah, bertobatlah. Karena para pendiri bangsa ini sudah memerintahkannya demikan.

Tugas kita: anutlah satu agama, jalankan ajarannya dengan benar, hormati agama teman, jangan sekalipun melecehkan agama teman.

Jadi nggak usah membela agama masing-masing, dan sebaliknya menganggap agama yang lain salah, apalagi mengungkapkannya di depan umum,

Coba rasakan kalau Anda sendiri diperlakukan demikan. Agama Anda dipersalahkan dan dihina orang lain. Tidak senang kan?.

Tapi ingat. Tugas kita bukan bela membela, tetapi menabur kebaikan. Biarlah Tuhan yang kita sembah membela agama kita masing-masing. Tak perlu sampai mengangkat pedang, atau mengatur Perda atau UU untuk membela agama tertentu.

Membela agama, adalah berbuat baik kepada semua orang. "Kalau Anda berbuat baik kepada semua orang, orang lain tidak akan mempersoalkan apa agama Anda" kata Gus Dur.

Kita hanya diminta taat menjalankan ajaran agama masing-masing, menjaga hubungan yang baik dengan penganut agama yang berbeda.

Orang yang taat beragama adalah orang yang sopan tutur katanya, baik budinya, dan menghormati manusia apapun agamanya, apapun sukunya, apapun status sosialnya.

“When I do good, I feel good. When I do bad, I feel bad. That's my religion.” (Abraham Lincoln).

Sebagaimana Anda menginginkan agama Anda diperlakukan orang yang beragama lain, perlakukanlah demikian kepada mereka.

Hanya dengan bersikap demikian bangsa ini akan damai dan kuat. .

Medan, 23 Juli 2015