My 500 Words

Kamis, 02 Desember 2010

“What Happen, Aya Naon”, Tinggal Kenangan

Oleh : Jannerson Girsang

 
Sumber foto: kuansing.com 

Dunia peran Indonesia kembali kehilangan seorang tokoh legendarisnya. Sama seperti saya yang sejak remaja sudah sering menonton filmnya, dan belakangan sinetronnya, serta para pencinta sinetron Cinta Fitri di seluruh tanah air kehilangan tokoh Oma, Ida Kusuma. Tak ada lagi Ida dalam seri sinetron itu berikutnya.

Pasalnya, pemilik nama lengkap Siti Endeh Ida Hendarsih Atmadi Kusumah itu telah berpulang Kamis malam 25 Nopember 2010, saat shooting seri sinetron Cinta Fitri di Jakarta.

Aktris berdarah Sunda ini begitu mengesankan bagi para pencinta seni peran Indonesia. Seorang tokoh legendaris seni peran Indonesia yang mampu memberi semangat hidup melalui aktingnya yang khas. Perempuan yang sudah begelut di dunia peran selama 55 tahun itu pernah populer dengan ungkapannya : ”What Happen, Aya Naon”! (Ada apa?). Perempuan yang telah memintangi puluhan film dan sinetron itu lahir di Jakarta 71 tahun lalu, persisnya, 31 Agustus 1939.

Dari Putri Revolusi Hingga Sinetron Fitri

Ida menekuni dunia seni peran sejak usia 16 tahun dan memulai debutnya dalam film pertamanya "Puteri Revolusi" pada 1955, arahan sutradara Ali Yugo. Dalam film itu Ida bermain dengan aktor terkenal pada zaman itu, Sukarno M Noor (ayah aktor Rano Karno) dan Turino Djunaedy.

Suasana perekonomian dan perpolitikan yang belum mendukung dunia film, membuatnya belum bernasib mujur. Di Awal kariernya di dunia akting tak terlalu mulus dan pernah beralih ke bidang tarik suara dan peragawati. Dunia inipun memberinya tempat tersendiri hingga pada tahun 1960, ia di nobatkan sebagai Putri Peragawati I dan Ratu Jakarta III.

Pada tahun 1960-an, Ida Kusuma aktif sebagai penyanyi dan penari, yang bertugas untuk menghibur para prajurit dalam operasi Trikora, Dwikora maupun ketika penupasan G30S/PKI. Pada tahun 1961, ia kembali bermain film dan mendapat peran utama dalam film Malam Tak Berembun bersama aktor AN Alcaff dan disutradarai oleh A.W. Sardjono. Kemudian pada 1967, Ida bermain dalam film Menjusuri Djejak Berdarah.

Menurut catatan www.wikipedia.com, sejak 1970-an sampai akhir delapanpuluhan, hampir setiap tahun Ida Kusuma tidak absen membintangi film. Dia tampil sebagai idola dalam film-film remaja yang ngetop di dekade 70-an-80an. Diantaranya film Duo Kribo (1977), yakni film sang Raja Rock Ahmad Albar. Film ini mengisahkan persaingan dua rocker berambut kribo di blantika musik Indonesia sekitar tahun 1970-an dan Kabut Sutra Ungu (1979), sebuah film percintaan arahan sutradara Sjuman Djaya dengan bintang utama Roy Marten dan Yenny Rahman.

Pada dekade 80-an, Ida juga menjadi idola ketika tampil dalam film remaja Catatan Si Boy II (1988), Catatan Si Boy III (1989), Catatan Si Boy IV (1989), serta berbagai film komedí seperti Godain Kita Dong (1989), Si Kabayan dan Gadis Kota (1989).

Di era 1990-an Ida Kusuma banyak membintangi film layar lebar bertema komedi, seperti Boneka Dari Indiana (1990), Boss Carmad (1990), Cinta Anak Muda (1990),Curi-Curi Kesempatan (1990), Dorce Ketemu Jodoh (1990), Gonta Ganti (1990), Isabella (1990), Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990), Makelar Kodok Untung Besar (1990),
Oom Pasikom (1990), Si Kabayan Saba Metropolitan (1992).

Ida menyelesaikan film bioskop berjudul CintaPuccino tahun 2007, dan film Bebek Belur (2010) menjadi film layar lebar terakhir yang dibintanginya.

Ida Kusuma adalah sosok yang tidak menyerah dengan perubahan zaman. Memasuki zaman sinetron sejal 1994, perannya di sinetron tidak surut dengan usianya yang makin tua. Bahkan hingga akhir khayatnya Ida membintangi sedikitnya 5 sinetron, sebelum membintangi Cinta Fitri 2 sejak 2008.

Penampilannnya yang senantiasa bersemangat membuat penonton tidak pernah merasa jenuh menonon film atau sinetron yang dibintanginya. Sampai dengan tahun 2007, tercatat, ia telah bermain dalam 62 film. Mulai tahun 1994, ketika dunia sinetron tumbuh menjamur, ia pun ikut terjun didalamnya.

Meski Ida banyak membintangi film komedi, dalam akting dia sering mendapatkan peran antagonis, sebagai ibu yang judes dan bahkan jahat.

Penghargaan 

Ida Kusuma adalah salah seorang diantara artis film Indonesia yang tetap setia dan konsisten terhadap dunia seni peran. Dia adalah sedikit diantara aktris senior yang terus bertahan di film selama 55 tahun saat generasi berganti dan regenerasi terus terjadi.

Atas kesetiaannya pada dunia perfilman, Ida menerima Penghargaan Kesetiaan Profesi dari Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N), pada tahun 1996. Dua tahun berikutnya, pada 2008, SCTV memberikan penghargaan Life Time Achievement kepadanya, atas dedikasi tinggi di bidangnya.

Kesetiaannya pada dunia seni peran telah ia buktikan. Ida menghembuskan napas terakhirnya di tengah menjalankan proses shooting untuk sinetron Cinta Fitri. Penggemar Cinta Fitri kehilangan, dunia perfiliman Indonesia berkabung.

Akhirnya, kehidupan memang bukan milik Ida Kusuma. Dia telah dipanggil Yang Maha Kuasa. Dia akan dikenang sebagai seorang aktris senior legendaris, mampu berjuang dan menempatkan peran dalam dunia peran di segala zaman, setia pada profesinya sampai akhir khayat. “Till The Day I Die”, seperti digambarkan desainer Iwet Ramadhan dalam twitternya. Selamat Jalan Ida Kusuma, We All Love You!

Kini Ida sudah beristirahat di Pemakaman Umum Tanah Kusir, Jakarta. Semoga pengabdiannya di dunia peran selama ini bersemi di jiwa-jiwa para pencinta seni. Patah tumbuh hilang berganti, kiranya dari tunas-tunas muda tumbuh Ida Kusuma baru!.
(Dimuat di Harian Analisa, 4 Desember 2010)


Tidak ada komentar: