Oleh : Jannerson Girsang
Sumber foto: www.antaranews,com
Selama ini publikasi pengalaman membaca para pejabat dan tokoh kurang terpublikasi dengan baik di tengah-tengah masyarakat. Padahal mereka adalah teladan atau panutan masyarakat, termasuk membaca. Kampanye meningkatkan minat baca tanpa menggali dan memasyarakatkan pengalaman mereka rasanya tidak lengkap.
Melirik sisi kecil pengalaman membaca Bung Hatta--Wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, memberi kesan dalam pikiran kami betapa pentingnya pengalaman membaca seorang tokoh membantu meningkatkan motivasi minat baca masyarakat.. Beliau menjadikan membaca sebagai sebuah kegiatan penting dalam hidupnya, tidak sekedar menghimbau rakyatnya untuk membaca.
Membaca buku adalah segala-galanya, demikian pengalaman Bung Hatta!. Di dalam penjara yang sepi, buku menjadi pendamping setianya. Beliau memberi nilai yang tinggi terhadap buku. Buku hasil karyanya "Alam Pikiran Yunani" diberikan sebagai mahar ketika beliau meminang istrinya Ibu Rahmi..
Muhammad Hatta adalah mantan pejabat tinggi di negara ini. Kalau Muhammad Hatta adalah teladan dalam membaca, maka para pejabat, tokoh masyarakat di daerah juga seharusnya menjadi panutan dalam membaca buku, memiliki pengalaman yang memberi inspirasi mengundang masyarakat untuk membaca.
Artikel ini mencoba menggugah para pejabat dan tokoh, serta menghimbau lembaga berwenang memfasilitasi mereka dalam rangka mendukung kampanye meningkatkan minat baca melalui penggalian pengalaman membaca para pejabat, tokoh masyarakat yang menginspirasi.
***
Kalau kita melongok sekilas kebiasaan pemimpin dunia, maka dengan mudah kita mengetahui buku-buku yang dibacanya, kesaksian secara terbuka tentang buku-buku favorit mereka. Sebagai tokoh, mereka tidak terlepas dari kegiatan membaca buku. Mereka dikenal tidak hanya sebagai seorang pejabat, tetapi juga seorang yang gemar membaca buku dan memiliki kesaksian atas buku-buku yang mereka baca.
Bill Clinton dikenal sebagai seorang presiden yang mencantumkan buku favoritnya: One Hundred Years of Solitude, karya Gabriel Garcia Marquez, Bill Gates dengan buku The Catcher in the Rye, karya JD Salinger, Laura Bush: The Brothers Karamazov, karya Fydodor Dostoyevsky, Oprah Winfrey: To Kill a Mockingbird, karya Harper Lee.
Sayangnya, dalam pengamatan kami para pejabat dan tokoh-tokoh di daerah ini belum banyak mengungkap pengalaman membaca mereka baik di media maupun dalam pidato-pidatonya. Seolah semua prestasinya diperoleh dengan mendengar atau praktek di lapangan. Tanpa membaca!.
Kenyataan ini kami temukan saat melakukan searching di mesin pencari Google atau Yahoo. Dengan menggunakan kata kunci "pengalaman membaca para pejabat dan tokoh di Sumatera Utara" dan "minat baca para pejabat atau tokoh di Sumatera Utara". Di dunia maya, belum pernah seorangpun pejabat atau tokohpun di daerah ini yang mengungkapkan pengalaman membaca dan manfaat membaca dalam karier dan hidupnya.
Sementara artikel-artikel yang membahas minat baca para siswa dan masyarakat cukup banyak diungkap. Dengan menggunakan kata kunci: "Minat baca siswa Sumatera Utara yang rendah", "Minat baca pelajar Sumatera Utara yang rendah". "Minat baca masyarakat Sumatera Utara", kami menemukan puluhan bahkan ratusan artikel. Artinya, selama ini sisi para siswa dan masyarakatlah yang banyak disorot soal minat baca.
Artinya, kampanye minat baca masyarakat tidaklah lengkap tanpa disertai pengalaman, sebagai teladan atau model membaca. Bukan berati para pejabat kita tidak punya pengalaman atau tidak memiliki minat baca. Kami yakin, seorang pejabat atau tokoh seyogianya adalah seorang pembaca yang baik. Bisa jadi inilah wujud kealpaan kita pentingnya keteladanan, termasuk dalam hal membaca. Peran pata pejabat dan tokoh meningkatkan minat baca adalah melalui pengisahan pengalaman membaca. Karena mereka adalah panutan siswa, pelajar maupun masyarakat pada umumnya. Dua sisi yang perlu mendapat perhatian yang seimbang dalam mendukung kampanye meningkatkan minat baca. Masyarakat bukan objek penderita, mereka memerlukan keteladanan dari para pejabat dan tokoh-tokoh di sekitarnya.
***
Bisa dibayangkan betapa gencarnya kampanye minat baca, kalau disertai dengan pengalaman membaca para pejabat dan tokoh-tokoh yang berkisah tentang pengaruh membaca dan kisah sukses yang mereka capai. Pidato-pidato mereka akan terdengar merdu dan mengasyikkan. Media menyebarkannya hingga dibaca penduduk desa yang terpencil sekalipun. Masyarakat luas akan mendengar dan melihat secara nyata manfaat membaca.
Pengalaman membaca seorang pejabat (apakah Gubernur, Wakil Gubernur, Bupati, Walikota, Kepala-kepala Perpustakaan, Dinas Pendidikan dan pejabat lainnya), termasuk tokoh-tokoh terkenal di tengah masyarakat merupakan teladan yang sungguh-sungguh dan nyata. Mereka adalah teladan yang dengan mudah akan ditiru masyarakat. Saya ingat, ketika gerakan mengolah ragakan masyarakat di zaman Orde Baru juga disertai dengan gerakan yang juga dilakukan oleh kantor-kantor pemerintah, termasuk tokoh-tokohnya.
Sekali lagi, kita yakin, para pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat di daerah ini adalah mereka yang gemar membaca, memiliki pengalaman membaca yang mampu menginspirasi pembaca. Hanya saja belum di publikasikan secara meluas. Kisah-kisah atau pengalaman membaca para pejabat dan tokoh mampu memberi warna lain bacaan masyaakat. Untuk mewujudkan kisah pengalaman para pejabat dan tokoh dalam rangka turut mendukung dan menginspirasi minat baca masyarakat, maka pelaksanaannya bisa ditempuh secara bertahap.
Pertama, Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah melakukan inventarisasi para pejabat dan tokoh yang menonjol pengalamannya dalam hal membaca dan memiliki kisah yang menginspirasi para pembaca. (Silakan dibuat sendiri. Misalnya pejabat atau tokoh yang paling banyak membeli buku, mengunjungi perpustakaan, membaca buku serta aplikasinya dalam pekerjaannya dan mencapai sukses seperti sekarang ini). Paling tidak dalam tahun pertama bisa menampilkan dua atau tiga kisah di setiap Kabupaten/Kota. Kisah ini akan dikomunikasikan dalam peristiwa-peristiwa penting, serta diliput secara luas oleh media.
Kedua, mendorong media dan para penulis menggali kisah sukses seorang pejabat atau tokoh dengan menyertakan pengalaman membaca buku, serta pengaruh buku tersebut dalam kariernya, menghadapi permasalahan hidupnya. Lembaga pemerintah, media, penerbit buku sudah saatnya mempubilkasi atau menerbitkan citra seorang pejabat atau tokoh sebagai pembaca buku. Profil seorang perjabat atau tokoh hendaknya tidak hanya memandangnya dari sisi pencapaian fisik, seperti seperti mobil yang dipakainya atau dimilikinya, olah raga yang diminatinya, jenis dan kualitas pakaian, rumahnya atau merk jam tangannya. Mereka juga adalah pembaca buku dan belajar dari buku. Tanpa membaca buku, mereka tidak seperti sekarang ini!
Pengalaman mereka merupakan khotbah jitu untuk mengalihkan perhatian 66 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang masih lebih menyukai menonton televisi dari pada membaca untuk mengisi waktu luangnya Pepatah lama mengatakan, "Kalau guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Kalau pejabat dan tokoh-tokoh masyarakat tidak memiliki pengalaman membaca yang lebih menginspirasi dari masyarakat yang dibinanya, maka siapakah yang menjadi panutan?.
Para pejabat dan tokoh sudah saatnya bertanya sesama mereka, "Buku apa yang anda baca hari ini, mari kita beritahukan kepada masyarakat manfaat buku itu?". Mudah-mudahan ide ini semakin memperkuat strategi kampanye meningkatkan minat baca masyarakat kita. Hayo, siapa yang mau jadi modelnya?
Penulis adalah penulis Biografi, tinggal di Medan.
Dimuat di Harian Analisa 21 Januari 2011.
Bisa juga diakses ke http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=83220%3Akampanye-minat-baca--meneladani-pengalaman-membaca-para-tokoh-&catid=78%3Aumum&Itemid=131.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar