My 500 Words

Rabu, 30 November 2011

Medan! Kapan Punya KA Seperti Jakarta (?) (Harian Analisa, 30 Nopember 2011 Hal 25)

Oleh : Jannerson Girsang.

 
 Sumber foto: www.waspada.co.id
Naik kereta api komuter di ruang AC di jalur Jakarta-Depok, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Bekasi, Jakarta-Serpong. Dari Depok, menikmati Jakarta dengan kereta api membawa saya ke sebuah mimpi. Sebagai warga Medan, sejak dulu saya bermimpi kota ini suatu saat dapat dihubungkan dengan kereta api. Mimpi itu senantiasa muncul setiap saya berjalan-jalan di Jakarta menggunakan kereta api.

Oktober lalu, saya tinggal selama dua minggu di sebuah rumah di daerah Margonda Depok, berjarak hanya lima belas menit berjalan kaki dari stasion kereta api Pondok Cina atau lebih dikenal dengan "Pocin". Halte ini hanya beberapa meter dari Kampus Universitas Indonesia-universitas peringkat 1 di Indonesia.

Menjangkau sebagian besar wilayah Jakarta, saya menggunakan Kereta Api sebagai akses pertama dan utama. Dari rumah, saya menuju stasion kereta api Pondok Cina atau lebih dikenal stadion Pocin, kemudian melanjutkan tujuan akhir di berbagai tempat di Jakarta dengan ojek, taksi atau angkot/bus kota.

Komuter Line Jakarta

Dari tahun ke tahun, perkeretaapian di Jakarta, berkembang pesat, baik pelayanan maupun pengembangannya. Berbeda dengan jalur kereta api Pancur Batu-Medan yang relnya sudah lepas satu demi satu.

Kini wilayah Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi telah tersedia layanan KA komuter yang dioperasikan oleh anak perusahaan PT Kereta Api Indonesia, yaitu PT KAI Commuter Jabodetabek (PT KCJ).

Trayek yang dilayani kereta komuter line di Jabodetabek adalah: Jurusan Jakarta-Bogor, Jurusan Jakarta-Depok, Jurusan Jakarta-Tangerang, Jurusan Jakarta-Bekasi, Jurusan Jakarta-Serpong, Lingkar Jakarta.

Bagi pengguna jasa kereta api di Jakarta, perusahaan ini mudah diketahui melalui informasi yang tersedia dimana-mana. Hanya dengan membuka Google di rumah dan memasukkan kata kunci "peta jalur kereta api Jakarta" maka informasi jalur kereta api, jam keberangkatan, serta tarif setiap jalur sudah di depan mata.

Tarifnya relatif murah (dua kali naik angkot Simalingkar-Padang Bulan), dibanding jarak yang ditempuh. Jakarta-Bogor Rp 7.000, (45 kilometer), Jakarta-Depok Rp 6.000, Jakarta-Bekasi Rp 6.500, Jakarta-Tangerang Rp 5.500,-, Jakarta-Sudimara/Serpong Rp 6.000.

Saat ini diperkirakan 400 ribu penduduk Jabodetabek menggunakan jasa kereta api, sementara diperkirakan pada 2019, jumlah ini akan meningkat menjadi 1.5 juta penumpang. Bandingkan dengan 2 juta lebih penduduk kota Medan yang belum menggunakan kereta api dalam kota.

Cepat, Murah, Nyaman

Dari rumah tempat tinggal sementara di Depok, dengan jalan kaki selama 15 menit, saya tiba di halte Pocin. Sebelum naik kereta api, di loket yang tersedia di setiap halte dua atau tiga petugas menunggu dengan ramah dan siap melayani pembelian tiket. Semua sudah berbudaya antri, tidak ada yang saling mendahului..

Hanya dalam beberapa menit, saya sudah mendapat tiket dengan harga resmi. Tidak ada seorangpun calo yang berkeliaran. Hanya petugas yang berhak menjual tiket.

Dari tempat pembelian tiket, anda menuju ruang tunggu (halte), perjalanan cukup nyaman. Seorang petugas memeriksa tiket sebelum memasuki ruang tunggu atau halte kereta api. Selain penumpang tidak ada yang berkeliaran di sekitar halte (kecuali penjual makanan, koran dan lain-lain).

Duduk di ruang tunggu dengan tempat duduk yang disediakan, menunggu beberapa menit, kereta api sudah datang.

Satu keistimewaan yang saya saksikan dalam perkeretaapian di Jakarta saat ini adalah dua atau tiga gerbong khusus disediakan bagi perempuan.

Konon ini untuk memberi kenyamanan kepada perempuan dalam perjalanan. Laki-laki tidak diperkenankan memasuki ruang khusus ini. Di dalamnya mereka diawasi oleh beberapa crew perempuan.

Peringatan! Jangan coba-coba menaiki kereta api tanpa tiket. Di dalam kereta api dua sampai tiga orang akan memeriksa tiket dengan membawa alat melobanginya. Penumpang yang tidak memiliki tiket akan didenda sejumlah uang! Rp 20.000 kalau tidak salah.

Uang Rp 50 ribu, Menjelajah Jakarta !

Di luar jam sibuk, naik kereta api komuter line sungguh nyaman. Karena sedang berlibur, maka saya selalu memilih naik kereta api di luar jam-jam sibuk. Biasanya saya naik sekitar jam 10.00 pagi. Saat seperti ini, kereta api tidak begitu penuh dan tempat duduk kosong masih tersedia.

Selama perjalanan saya bisa duduk dengan nyaman di ruang AC yang dingin, walau di setiap halte pintu dibuka beberapa menit. Dalam perjalanan Pocin-Stasion Kota terdapat lebih dari 15 halte dimana kami harus berhenti antara satu-sampai dua menit. Kecuali di Manggarai, dimana kami berhenti agak lama, karena antri.

Saya bisa berkeliling Jakarta dalam satu hari. Yang istimewa, saya hanya menghabiskan ongkos Rp 47 ribu.

Yang benar?

Saya melintasi jurusan Jakarta-Depok, Jakarta-Tangerang, Jakarta-Bekasi, Jakarta-Serpong. Dari Depok, saya membayar Rp 6000 menuju Stasion Kota. Dari Kota saya ke Bekasi membayar Rp 6000. Kembali lagi ke kota Rp 6000. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Tangerang dengan membayar Rp 5500, balik lagi ke kota, membayar Rp 5500. Kemudian lanjut ke Serpong dengan ongkos Rp 6000, kembali ke Stasion Kota di sore hari, membayar Rp 6000. Balik ke Depok membayar Rp 6000.

Keliling Jakarta dengan Rp 47 ribu. Murah bukan?. Bandingkan aja. Naik taksi dari Bandara Soekarno Hatta ke Depok saya harus membayar lebih dari Rp 200 ribu sekali jalan dan mungkin antara 1-2 jam. Naik Damri sampai di Pasar Minggu Rp 20 ribu.

Kalaupun untuk tujuan satu arah, tarif kereta api relatif murah (dua kali naik angkot Simalingkar-Padang Bulan), dibanding jarak yang ditempuh Jakarta-Bogor Rp 7.000, (45 kilometer).

Selain kereta api kommuter line, penduduk Jakarta kini bisa menikmati KRL ekonomi dengan tarif antara Rp 1000-2000. Luar biasa!

Mimpi Anak Medan

Naik kereta api menurut saya sebuah alternatif yang menjadi mimpi penduduk Medan ke depan. Jauh lebih nyaman dibanding dengan naik bus atau angkot non AC yang harus berpanas-panasan dan setiap tempat bisa terhalang kemacetan.

Kapan ya kenyamanan seperti ini bisa diciptakan di bekas jalur Kereta Api Pancur Batu-Medan, Medan-Belawan, Medan-Lubuk Pakam, Medan-Delitua, serta jalur lainnya. Saya mengajak PT Kereta Api Indonesia, atau Pemko daerah ini ikut bermimpi!

Kalau saya bandingkan dengan lokasi Depok tempat saya tinggal, lokasinya mirip dengan Pancur Batu di Medan. Kini, dengan menumpang angkot Pancur Batu-Stasion Kereta Api Medan bisa dicapai dalam waktu lebih dari satu jam.

Dari rumah saya di Jalan Kopi Raya II, berangkat ke rel kereta api yang jaraknya sekitar 10 menit jalan kaki. Saya bayangkan itu stasion Pocin, Depok. Saya kemudian pergi ke kota dengan kereta api. Duduk manis di ruang AC yang nyaman, tidak seperti di angkot yang panas dan berdesak-sesakan, macet beberapa menit di Simpang Pos, Sumber, Simpang Kampus dan perempatan lainnya. Saya tiba di stasion kereta api di dekat Lapangan Merdeka 15 menit kemudian. Mimpi! Ya saya memang sedang bermimpi! Bukankah sejarah perkeretaapian di Medan tidak kalah dengan Jakarta? Mengapa di sini tidak berkembang? ***

Penulis adalah pemerhati masalah-masalah sosial, orbituari. Tinggal di Medan.

Artikel ini bisa juga diakses di: http://www.analisadaily.com/news/read/2011/11/30/23866/medan_kapan_punya_ka_seperti_jakarta/#.TtWDtVauq9s

Tidak ada komentar: