My 500 Words

Selasa, 18 Juni 2013

Tiga Tahun Kepergian Papa, Tujuh Tahun Kehilangan Mama.


Oleh : Jannerson Girsang

“Halo bapatua. Aku hari ini baru selesai sidang tugas akhir. Nilai belum keluar karna masih ada ujian. Nggak kerasa jg hari ini 3 tahun lewat papa meninggal. Sedih juga sih, tapi merasa luar biasa gak kerasa waktu berjalan semua berjalan dengan baik. Tetap semangat untuk kita semua yah”.

Malam ini, saya menerima sms dengan kata-kata mengharukan dari  Yani Christin Girsang, putri tertua adikku almarhum Parker Girsang yang meninggalkan kami untuk selama-lamanya 17 Juni 2010. Rasa haru dan penuh optimis.

Sikap yang membuatku selalu bangga dengan putriku ini. Dia pintar, mampu memaknai hidup dengan luar biasa. Kami terakhir bertemu 8 Juni 2013 yang lalu dalam acara ulang Tahun Junimart Girsang yang ke-50 di Jakarta. Kami jarang bertemu, sebelumnya, enam bulan lalu Christin dan adik-adiknya hadir dalam pernikahan putri saya Clara di Jakarta . Maklum, saya tinggal di Medan, mereka di Jakarta.

Setiap bertemu, saya sedih melihat mereka telah ditinggal papa dan mamanya, saat masih membutuhkan kasih sayang orang tua. Tetapi menyaksikan pertumbuhan dan optimis mereka menghadapi kehidupan ini, saya merasa bangga.

Memutar memori tiga tahun lalu, 17 Juni 2010. Malam itu, ketika saya baru saja selesai menulis seusatu dan melangkah ke kamar mandi, saya mendapat telepon dari rumah sakit Cikini, Jakarta. Adikku Parker Girsang--ayah Christin telah tiada.

Setelah beberapa bulan dirawat di Rumah Sakit Cikini, dia tidak bisa bertahan dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya. Beberapa bulan menjelang usianya genap 48 tahun. Dia lahir 16 Agustus 1962.

Sedihnya luar biasa.  Gelap sekali rasanya. Christin kehilangan ayahnya beberapa saat setelah pengumuman dirinya diterima sebagai mahasiswa di Program D3 Sekretaris Universitas Indonesia.

Meninggalnya ayah yang sangat dicintainya, tentu sangat memukul dirinya dan adik-adiknya, serta kami semua. Empat tahun sebelumnya dia kehilangan ibu yang sungguh-sungguh bijaksana.  Andaikan aku Christin, pastilah frustrasi berat. Dua adiknya Hilda Valeria dan Trisha Melani, ketika itu masih duduk di kelas 1 SMA, dan kelas 1 SMP.

Tiga tahun kemudian, tiga putri kami yang cantik-cantik Christin (rencanya kalau lulus meja hijau, Christin akan diwisuda dari Universitas Indonesia, Hilda Valeria (kini kuliah tahun pertama di  Universitas Brawijaya, Malang), Trischa Melani (tahun ini memasuki SMA).

Tuhan memelihara mereka melalui keluarga (terutama ompung, uda, namborunya), dan mereka yang bersimpati. Junimart dan Juniver serta keluarganya sungguh luar biasa memperhatikan mereka.Semoga kebaikan mereka menjadi teladan bagi anak-anak ke depan, pentingnya memperhatikan orang-orang yang lemah.

Sejak adikku meninggal, mereka dititipkan melalui namborunya Masdalinda Girsang di Bekasi. Sekarang tinggal Trisha Melani yang tinggal di sana, sementara Christin di Depok dan Hilda di Malang.

Tiga tahun berlalu setelah kesedihan itu, sesuai tekadnya, Christin akan menyelesaikan studinya. SMSnya malam mini, membuatku percaya bahwa ketiganya suatu ketika akan menjadi orang-orang yang luar biasa.

Terima kasih Tuhan, engkau Maha Kuasa melalui tangan-tangan yang Engkau kasihi memelihara putri-putri kami. Terima kasih, Tuhan telah menyentuh hati semua orang yang membantu mereka.  

Salam salut untuk putriku Christin, Ai dan Icha!. Salam sayang dari bapatua dan inang tua, abang Bernard, Ompung di Medan.  

Gantungkan harapan hanya padaNya!.

Tidak ada komentar: