My 500 Words

Rabu, 17 Juli 2013

Mainkan Hati Anda

Artikel ini merupakan file lama--1,5 tahun yang lalu dan kutulis saat sedih di tengah malam, sendirian membayangkan putriku sakit di rumah sakit, 2000 kilometer jauhnya dari rumah. 

(Oleh Jannerson Girsang: Friday, September 16, 2011 at 1:24am) ·

16 September 2012, saat aku masih kesulitan keuangan dan tugas-tugas di gereja menumpuk. Clara, Anakku yang terbaring di rumah sakit, di Depok, 2000 kilometer dari rumahku! 

Aku bergulat dalam pikiran antara ingin menjenguknya, tetapi tak punya rencana untuk menjenguknya, karena uang untuk ongkos pesawat tidak tersedia. 

Ada perasaan berontak. Kenapa Tuhan?. Bercampur perasaan bersalah karena tidak mampu menghasilkan uang yang cukup untuk sekedar menjenguk anak yang sakit di Jakarta. Tengah malam, Medan-Jakarta terlalu jauh dalam jangkauanku.  

Sebuah buku:  sudah dari tadi kubaca dan tetap kupegang, sambil mengamati laptopku yang sudah berusia 5 tahun. 
 
Aku berbisik dalam hati kepada anakku yang mungkin sudah pulas tidurnya. “Mungkin tengah malam (12.12) ini kau sudah tidur. Tetapi besok pagi, kau pasti bangun, membuka mata, lantas pegang handphone, serta membuka Facebook. Bapak tidak bisa bertemu muka denganmu sayang. Medan-Jakarta terlalu jauh”.

Sambil berlinang air mata, aku melanjutkan menuliskan apa yang kudapat dari buku itu. ”Tapi Tuhan memberi kita berkat, karena malam ini Bapak diberi kesempatan menikmati kata-kata bijak tentang kehidupan dari Eyang Titik Puspa, yang bapak kutip dari buku biografinya. Titik Puspa, A Legendary of Diva. Kau bisa nikmati sebelum sarapan pagi besok”.

Ini dia kue lezat Eyang yang sangat Bapak kagumi dan nikmatilah!

Tuhan mengatur irama hidup kita. ”Bagi saya, perjalanan hidup ibarat musik, yakni permainan pola irama dengan Tuhan sebagai arrangernya. Kita seperti melodi yang berkejaran lincah dan bisa menghadirkan keindahan saat nadanya sedang dinamis dan riang, atau saat iramanya sendu dan melankolis. Sebagai pencipta jalan hidup, saya yakin Tuhan menghendaki kita memberi apresiasi pada irama hidup apapun yang Dia berikan”.

Siapapun pernah mengalami masa sulit. “Dan believe it or not, sebagai manusia, kita diciptakan kuat sekali. Saya pernah nyaris mati karena sakit dan kelaparan, pernah menikah, bercerai, berjuang membesarkan anak, difitnah, menikah lagi, bercerai lagi, ditinggal wafat suami. Hidup dan karier saya syarat dengan jatuh bangun. Jika dibuat daftar susahnya mungkin pantas untuk alasan gantung diri. Ha.ha.ha!,” kata Titik Puspa. 

Penderitaan fisik itu kemudian berbuah pemahaman hidup dan mampu menghitung berkat. “Tadi pagi saya bangun dengan segar. Tubuh saya enak diajak bergerak. Sekretaris saya masih banyak menerima telepon dari banyak pihak mengajak saya bekerja sama. Perancang busana saya mengabarkan busana impian saya sudah jadi dan indah sekali. Cucu saya ingin bertemu dan mengobrol soal pacarnya. Pak Presiden mengundang saya nyanyi di istana. Dan permintaan naik pentas sampai ke luar negeri tak pernah berhenti”.

Tak guna mengingat kesedihan.  “Ah, ya!. Itu apa coba namanya kalau bukan anugerah. Saya memiliki kehidupan indah. Sia-sia saya mengingat segala kesedihan saya, karena di depan saya terbentang adalah hikmah yang diberikan oleh Tuhan selalu lebih indah. Dan saya baru sadari keindahan itu masih saya rasakan sekarang, saat usia saya 70 tahun. Sebuah angka yang tidak main-main”.

Mainkan hati anda. Tubuh, harta dan segala yang bersifat fisik suatu saat akan hilang keindahannya, tetap hati yang terus berbicara mendorong pikiran untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat. ”Saya bercermin dengan seksama. Menyaksikan keriput yang girang bermain di wajah saya. Alhamdullillah, saya masih hobi berdandan pakai bedak dan blush on sehingga saya masih asyik main petak umpet dengan keriput. Tubuh saya, walau sudah kendur masih lincah diajak sibuk. Masih bisa bergerak cari penghasilan, hingga saya tak menyusahkan anak dan cucu untuk menghidupi diri sendiri”.

Menasehati kita semua bahwa hidup penuh dengan kesadaran dan menghargai hidup itu sendir. “Tuhan mahabesar. Sederetan karya saya yang anda kenal hanya sebagian kecil dari anugerah yang melimpah yang diguyurkan Tuhan pada saya. ...saya ingin berbagi dengan Anda bahwa rentang hidup yang singkat yang diberikan Tuhan bisa menjadi sangat bermakna jika anda menjadi umat yang penuh kesadaran dan apresiatif pada hidup”.

Mainkanlah hati Anda! (Dikutip dari: Titik Puspa: A Legendary of Diva, Albertiene Endah).

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Khusus pada kalimat(Aku bergulat dalam pikiran antara ingin menjenguknya, tetapi tak punya rencana untuk menjenguknya, karena uang untuk ongkos pesawat tidak tersedia. membuat hati saya tergugah, dan berkata dalam hati hingga meneteskan air mata" "Beginilah jerit hati dari pada orang tua kepada anaknya" jika ingin memberikan sesuatu kepada anak,dalam tulisan ini bapak ingin ke jakarta menjenguk anak bapak yang sedang terbaring sakit, tetapi karena sesuatu hal keinginan itu jadi urung untuk dilaksanakan.saya cerita sedikit pengalaman saya pak..!sama seperti saya sewaktu masih kuliah dulu, yang belum tau bagai mana rasanya mencari uang, yang hanya tau meminta saja sama orang tua. pernah suatu ketika, saya meminta uang kepada orang tua, " Pak minta uang la, hingga beberapa kali meminta, dan beberapa kali juga orang tua berkata, (bapak tidak punya uang, besok ya!!) dengan hati jengkel saya berkata,Pelit kali pun bapak ini...!! Hingga orang tua saya berkata.."Sakit rasanya hati bapak, jika kamu minta tidak ada bapak kasih ama mu" dari perkataan itu saya ingat-ingat, bahwasannya orang tua itu selalu ingin memberikan apa pun yang bisa membuat hati anaknya senang.

Anonim mengatakan...

Terima kasih Bukti. Semoga kisah nyata ini memberi manfaat. Kita tidak pernah susah oleh karena tidak memiliki benda atau materi, kita susah karena membiarkan hati tidak sehat. Jagalah hati, mainkan hati, maka Anda tidak akan terpengaruh oleh keadaan.