My 500 Words

Rabu, 03 Juli 2013

Haruki Yamamoto: I Miss You!

Oleh: Jannerson Girsang

Akhir 1980an saya kedatangan tamu seorang laki-laki Jepang dari Tenri, University, salah satu universitas di negeri matahari terbit itu. Bertubuh pendek, berkulit kuning, sangat sopan  dan cerdas. 

Selama beberapa hari dia tinggal di Mess Universitas Simalungun. Ketika itu saya menjabat sebagai Pelaksana Rektor Universitas itu, dan bisa mengusahakannya tinggal di mess dosen dengan enam kamar itu.  

Yang mengherankan dia tidak betah, karena katanya para dosen di sana bising. Berbincang keras-keras, dan yang lain memutas kaset dengan suara menembus dinding-dinding kamar, tanpa peduli teman sekitar sedang belajar. Dia  sudah konsentrasi belajar, dan akhirnya dia memilih tinggal di Siantar Hotel. Dia tidak mau gratis kalau suasana belajar tidak nyaman. 

Saya sangat mengagumi kesungguhan dan kegigihannya belajar. Setiap hari dia belajar bahasa Simalungun dari seorang dosen di sana. Dia belajar peninggalan nenek moyang Simalungun dari almarhum Andreas Lingga, Kepala Museum Simalungun. Semua pelajaran digarap dengan tekun dan menurut kedua orang tadi, Haruki Yamamoto sangat cerdas dan tekun. Hingga di akhir jadwal yang ditentukan dia dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. 

Dia sangat menghargai bantuan orang lain. Setelah masa studinya selesai dan hendak pulang ke Jepang, dia menghadiahi saya sebuah kotak kaca unik. Untuk teman-teman yang lain saya kira dia juga memberikan kenang-kenangan yang berkesan. 

Malam terakhir, kami ditraktirnya di Pongkalan Na Bolon—kedai nasi yang menyediakan makanan khas Simalungun, di dekat pajak Parluasan.  Pagi-pagi dia datang ke kantor dan memohon  agar saya menyediakan makanan khas Simalungun.  Saya menawarkan makanan “si pitu dai” (tujuh rasa). Dia setuju saja. Saya kemudian meminta pemilik Pongkalan Na Bolon menyediakan makanan yang saya pesan. Dia mengganti semua biaya untuk itu. Sebagai penghormatan dari kami, sebuah ulos Simalungun diberikan kepadanya. Dia senang sekali, sayang foto dokumentasinya sudah hilang. Yang jelas, dia memiliki kamera dan mengabadikan momen penting itu.

Itulah pertemuan kami yang terakhir dan hingga kini saya tidak pernah bertemu lagi. Saya mencoba searching di internet, dan saya menemukan namanya. Kini, Prof. Yamamoto Haruki, dari Tenri University menjadi  dosen tamu di Universitas Indonesia dengan mata kuliah   Animism and Japanese Culture. http://kwj-ui.com/en/index.php?option=com_content&task=view&id=41&Itemid=30. Tapi, saya belum bisa menghubunginya, karena tidak ada alamat email ataupun telepon.

Semoga tulisan singkat ini dapat mempertemukan saya dengan Haruki Yamamoto. Bagi rekan-rekan, saya ingin sekali bantuannya.

Sudah lebih dari dua puluh tahun kami tidak pernah bertemu. Ketika kami berpisah, saya baru memiliki satu putri berusia empat tahun, kini sudah berkeluarga. Bahkan putri saya yang keduapun sudah merencanakan pernikahannya tahun ini.

Saya  bisa dihubungi melalui email: girsangjannerson@gmail.com.

Tidak ada komentar: