My 500 Words

Jumat, 02 Maret 2012

Bincang-bincang dengan Idris Pasaribu (2) “Dulu, Medan Ibukota Sastra Indonesia” (Batak Pos, 1 Maret 2012)


Oleh: Jannerson Girsang

novel pincalang 
Sumber foto: www.antaranews.com

Bincang-bincang kami makin hangat dan menarik. Tak terasa gelas kopi pesanan pertama sudah kosong. “Tambah kopinya bang,”pintanya kepada lelaki pemilik kedai setengah umur itu. Sedikit membuat heran pelanggan yang duduk di samping kami.

Idris kembali menarik asap rokoknya dalam-dalam, seolah memikirkan sesuatu. Lantas, pria yang masih punya segudang mimpi di usia enampuluhan itu berkisah keadaan masa lalu sastra dan musik di Sumatera Utara.

“Sebelum Indonesia merdeka hingga tahun enampuluhan, Medan adalah ibu kota sastra Indonesia,”ujarnya mantap!. Memang, sastrawan-sastrawan asal Medan di masa lalu cukup punya nama di negeri ini. Sebut saja misalnya Khairil Anwar, Sanusi Pane, Armyn Pane dll!.

(Bahkan jauh sebelumnya, pada dekade 1920-an, atau jauh sebelum Indonesia Merdeka buku sastra dari sudah banyak menerbitkan sarta baik yang berbahasa Melayu maupun Batak. Tak usah jauh jauh, baca buku William Iskandar, sastrawan dari bangsa Mandailing itu, Sutan Hasundutan Pane, atau riwayat penerbitan buku yang kontroversial, Tuanku Rao. Jejak-jejak kejayaan sastra di Sumatera Utara masih bisa terlihat. Misalnya Penerbit Sastra Leo, warisan sangat berharga dari penyair Aldian Arifin).

Di mata Idris novel-novel Matu Mona merupakan karya sastra yang sangat bermutu yang dipublikasikan di era 50-an. “Hanya novel karya Pramoedya saja yang bisa menyaingi novel itu,”ujar sastrawan Sumut yang seangkatan dengan Eddy D Iskandar Pipit Senja, Mazza Yudha, Foeza Hutabarat, Iwan Lubis, Ishari Munir, As Atmadi ini.  

Idris merindukan terbukanya mata para masyarakat dan pejabat daerah ini kepada seni dan budaya. “Para pejabat buta seni, buta budaya. Negara yang menghargai sastra umumnya kehidupan dan kemajuan negaranya lebih bagus. Lihat misalnya Eropa dan Malaysia. Sastrawan sangat dihormati di sana” ujarnya.  

Kenapa kita perlu sastra?. ”Sastra adalah penyeimbang perilaku dan pikiran, pikiran dan hati (logika dan non-logika). Bisa berbicara apa saja. Spesialisasi sastrawan adalah generalis. Sidney Seldon, seorang sarjana filsafat. Dia bisa berbicara tentang pesawat Concord, jenis senjata dan lain-lain. Sastra adalah areanya semua disiplin ilmu”.

Idris menaikkan nada suaranya dan sedikit lebih bersemangat.  “Jurnalis bisa dibungkam tetapi karya sastra tidak bisa dihambat, karena dia fiksi. Saya bermimpi jadi presiden, tidak bisa dituntut,”ujarnya.
.
Kejayaan masa lalu sastra di Medan, membuat dirinya optimis bisa terwujud. “Saya bermimpi, ibu kota sastra harus kembali lagi ke Medan”ujar Idris.


Tapi tentunya tidak mudah. Bahkan Idris sendiri menyebut hambatan-hambatan berkembangnya sastra di daerah ini.

Perhatian para sponsor memang sangat sedikit ke dunia seni. ”Di Medan belum ada sponsor sastra yang mau, karena kembalinya modal cukup lama,sementara kebanyakan masih berpandangan pragmatis” katanya.

Sambil meletakkan gelasnya ke meja setelah menghirup kopi hitamnya, bang Idris beralih ke perbincangan soal seni.

Sambil matanya menerawang  ke atas, Idris bercerita tentang Tapian Daya dan Studio Film di Sunggal, serta kejayaan musik Sumut masa lalu..

“Itu studio film terbaik di Sumut. Dibangun oleh Marah Halim, diberdayakan oleh EWP Tambunan. Gubernur-gubernur sesudahnya hampir tidak memperdulikannya lagi,”ujarnya dengan rasa pesimis. . .

Menerawang ke masa lalu, Idris menyebut Sumut kaya grup-grup musik dan ensamble. Misalnya  ensamble Bukit Barisan, Orkes Studio Medan, RTM Orkes. Juga banyak Band yang populer dan sangat dikagumi. The Rithm Kings, The Mercys, Destroyer, Bayangkara, Nias Nada Band, Para Nada Band (milik PTP II.

”Kalau orang Sumut show di Jawa mendapat sambutan yang luar biasa. Kini kita bangga menonton Band dari luar Sumatra,”ujarnya

Semua itu harus dikembalikan. ”Medan juga harus menjadi ibu kota musik,”ujarnya.

Satu lagi keprihatinan Idris adalah penulisan budaya yang dikaitkan dengan keindahan alam dan budaya provinsi ini. Dia sangat gerah melihat miskinnya eksplorasi alam dan budaya kita yang kaya untuk promosi wisata daerah ini.

Dia membandingkan dengan Bali. Setelah bom Bali 1 dan 2, pemerintah mendukung SCTV membuat film TV. Para seniman digerakkan untuk menulis tentang Bali. Di sana ada Ubud Writers. Padahal, Sumatera Utara sangat potensial dan banyak keindahan alam dan budayanya.

Hardy seorang pelukis terkenal dari Yogya, mengatakan: ”Dari manapun Danau Toba Indah. Sambil buang air, memandang kemanapun Danau Toba Indah. Kenapa tidak ditata. Kalau alam seperti ini ada di Yogya, wah pasti sudah luar biasa. Dari pesawat terlihat indah, tiba di darat suasananya indah dan menyejukkan”.

“Saya akan menggagasi adanya Toba Literary Festival yang dilaksanakan setiap tahun. Rencananya dilaksanakan Juni 2012,” ujarnya. Selain mengangkat budaya, menurut Idris, festival seperti ini juga mengangkat wisata di wilayah Toba dan daerah wisata lainnya..

Menggali potensi keindahan alam dan budaya dengan melibatkan para penulis, seniman di Bali cukup berhasil untuk promosi wisata, memperbaiki citra wisatanya. Citra Bali yang sempat mundur setelah bom Bali 1 dan 2 kini pulih. Mengapa pula Sumut tidak bisa? 

Mimpi-mimpi dan harapan-harapan ini tentunya bukan hanya milik Idris, tetapi milik masyarakat Sumatera Utara. Mari, membuka mata!.

Menulis Satu Artikel Setiap Hari, Memang Tidak Mudah

Oleh: Jannerson Girsang

Sumber foto: www.lugaswicaksono.blogspot.com

Menulis setiap hari dan dimuat di Media, ternyata tidak mudah. Dibutuhkan rasa resah setiap hari, disiplin dan ketenangan lingkungan.

Buktinya, bulan ini saya hanya mampu mengisi 18 kali penerbitan di Harian Analisa, Jurnal Medan dan Batak Pos. Salut bagi mereka-mereka yang bisa menghasilkan tiga atau empat tulisan setiap hari. 



Meski demikian, bulan Pebruari ini adalah record terbanyak artikel yang pernah saya terbitkan di media cetak dalam satu bulan. Soal kualitasnya belakangan.


Saya merasakan menulis itu nikmat, dan setiap hari merasakan kejernihan pikiran dan ketenangan hidup. 

Setiap penulis, pasti punya pembaca!."Sepintar apapun anda, masih ada yang lebih pintar. Sebodoh apapun anda masih ada yang lebih bodoh dari anda. Jangan pernah minder menulis".

Jadi, kalau ada yang menghina tulisan Anda karena masih kurang bagus, berarti dia belum pernah menulis.  Setiap orang mesti menghargai pendapat atau buah pikiran seseorang betapapun buruk atau kecilnya kontribusinya. Yang perlu diingat, anda tidak menulis soal SARA--melecehkan agama, suku dan ras.

Mau berfikir jernih dan tenang, menulislah apa saja yang ada di sekitar anda, keresahan anda. 

Salah satu keresahan hati saya adalah seputar pariwisata di sekitar Danau Toba. Diselingi kisah wisatawan asing yang kemudian jatuh cinta pada negeri ini dan menjadi duta wisata melalui talenta-talenta yang mereka miliki.

Menyambut Ulang Tahun ke 8 Facebook—jejaring sosial yang sangat digandrungi orang Indonesia dan dunia itu, saya mengajak kita melihat sisi lain kisah sang penciptanya. Sebuah pelajaran berharga bagaimana sebuah kreativitas diapreasiasi dan berkembang menjadi besar. Pelajaran bagi bangsa ini dalam mendongkrak kreativitas anak muda kreatif. 

Minat tulis baca para guru juga mendapat perhatian saya. Anak-anak didiknya tidak menulis karena guru-gurunya tidak memberikan kebanggaan menulis bagi muridnya. Guru tidak menulis...karena pemerintah dan masyarakat belum menghargai prestasi mereka menulis.

Menyambut Hari Pers Nasional tahun ini, saya mengangkat kisah SK Trimurti, wartawan tiga zaman yang seyogianya menjadi teladan pada jurnalis perempuan. Prestasi Anggun C Sasmi mewakili Perancis ke Eurovision 2012, menginspirasi kita bahwa wanita Indonesia itu hebat. Perlu kerja keras, kreativitas dan cerdas!  

Bulan ini kita kehilangan Whitney Houston. Saya tidak mengagungkan kehebatannya, tetapi justru kepahitan yang dialaminya sebagai bintang. “Ketenaran, Harta, Tak Menjamin Kebahagiaan”.  Karakter bintang mesti dimiliki seorang bintang.

Pilgubsu akan berlangsung setahun lagi. Kita perlu menggaungkannya sejak sekarang. Kita membutuhkan gubernur yang memikirkan nasib seluruh rakyat Sumut dan memahami potensi daerah, letak strategis provinsi ini dan pengembangannya untuk kemakmuran rakyat.

Prestasi kesebelasan PSMS mendapat perhatianku, karena belakangan ini kesebelasan Ayam Kinantan ini memiliki taji yang makin tumpul. Masih ada harapan, meski PSMS IPL tunduk 0-2 di tangan Bontang dan hanya mampu menahan Sriwijaya FC 0-0 di kandang sendiri.

Keprihatinan perkembangan sastra, penulisan dan seni  di Sumut kami ungkap melalui wawancara khusus dengan Idris Pasaribu, penulis novel Acek Botak. Negara yang mengagungkan sastra umumnya lebih beradab. Jangan-jangan negeri kita yang penuh kekerasan ini, karena tidak lagi menghargai sastra dan para penulis kreatif.

Information Overload, adalah istilah yang mungkin masih asing bagi anda. Perkembangan teknologi informasi ternyata membuat kita capek memilih. Apa kiatnya agar kita bisa eksis dalam luberan informasi yang membuat kita capek?. Mau tau baca artikel saya bulan ini ya!.

Terima kasih untuk harian Analisa, Batak Pos dan Jurnal Medan yang telah memuat seluruh artikel saya bulan ini.

Semoga apa yang saya tulis bulan ini, memberi warna bacaan Anda bulan ini. Berikut saya lampirkan seluruh artikel itu dan anda bisa akses di blog pribadi saya: http://www.harangan-sitora.blogspot.com.

  1. Delapan Tahun Facebook: Pelajaran Dari Mark Zuckerberg Analisa, 2 Februari 2012
  2. Suatu Sore di Pantai Silalahi (1), Batak Pos, 7
  3. Suatu Sore di Pantai Silalahi (2), Batak Pos, 8 Pebruari 2012
  4. Perjalanan dari Tongging ke Air Terjun Sipiso-Piso (1) Batak Pos 15 Februari 2012
  5. Perjalanan dari Tongging ke Air Terjun Sipiso-Piso (2). Batak Pos, 16 Pebruari 2012
  6. Meningkatkan Minat Tulis dan Baca Guru Jurnal Medan, 8 Februari 2012.
  7. Menyambut Hari Pers Nasional 2012: Merenungkan Perjuangan SK Trimurti Jurnal Medan, 9 Pebruari 2012
  8. Jalan Silalahi-Tongging: “Menikmati 14 Kilometer Pinggir Pantai” (1). Batak Pos, 10 Pebruari 2012
  9. Jalan Silalahi-Tongging: “Menikmati 14 Kilometer Pinggir Pantai” (2). Batak Pos, 11 Pebruari 2012
  10.  Menuju Pilgubsu 2013, Analisa, 12 Pebruari 2012
  11. The Indonesian Gloden Woman Singer: Anggun C Sasmi yang Menginspirasi, Jurnal Medan, 16 Pebruari 2012.
  12. In Memoriam Whitney Houston (1962-2012): Ketenaran, Harta, Tak Menjamin Kebahagiaan, Analisa, 18 Pebruari 2012
  13. Merindukan Kejayaan PSMS (1) : 2 Gol Dalam 5 Menit Batak Pos 20 Pebruari 2012
  14. Merindukan Kejayaan PSMS (2):  Batak Pos, 21 Pebruari 2012.
  15.  Wisatawan Asing Jatuh Cinta Daerah Wisata Kita (1), Batak Pos, 21 Pebruari 2012.
  16. Wisatawan Asing Jatuh Cinta Daerah Wisata Kita (2), Batak Pos, 22  Pebruari 2012
  17. Mengenal Idris Pasaribu: Profil dan Mimpinya (1), Batak Pos 27 Pebruari.
  18. Information Overload ": Dituntut Kemampuan Memilih" (Analisa, 28 Pebruari 2012)