My 500 Words

Sabtu, 21 Juli 2012

Oleh : Jannerson Girsang


http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTlPCnuXem1tdl3muX0bOT64QKGhTWwpqwLzzQ3AkpVe2AbOQDJ0A
 sumber foto: http://t2.gstatic.com/images

Berangan-angan menjadi penulis tidak cukup membekali diri dengan kemampuan teknis menulis, tetapi juga inspirasi dan motivasi menulis. Salah satu caranya adalah belajar dari mereka yang sukses menulis!. Kali ini saya mengajak anda mengunjungi sebuah situs terkenal: http://www.pembelajar.com.

Fakta menunjukan bahwa para penulis besar umumnya bertempat tinggal di Jakarta. Di sanalah singa-singanya penulis berkumpul. Saya tidak menafikan ada penulis-penulis besar yang tinggal di daerah.

Untuk menemui salah satu diantara merekapun, tentu sangat sulit bagi kita yang berada di daerah, apalagi menemui mereka satu per satu. Syukurlah, kini kita sudah dihubungkan dengan internet, yang memungkinkan kita menjangkau dan menikmati pengalaman dan karya-karya mereka. Gratis pula! Meski Anda tinggal jauh di pedalaman, bila anda tersambung ke internet maka peluang bertemu penulis besar anda sama dengan saya yang tinggal di Medan.

Situs http://www.pembelajar.com adalah situs dimana berkumpul para penulis hebat negeri ini. Situs ini berisi artikel-artikel yang ditulis pada penulis best seller di tanah air. Mulai dari kisah sukses menulis, serta berbagai artikel-artikel motivasi. .

Rasanya berbeda belajar dari mereka yang sudah makan banyak asam garam soal tulis menulis, dari sekedar membaca teori-teori penulisan. Selain teori, Anda bisa meresapi pengalaman para penulis handal itu dalam menjalani proses menulis hingga menjadi seorang penulis professional.

Pasti anda familiar dengan nama-nama ini. Andrias Harefa—penulis lebih dari 35 buku laris, Trainer Coach pengalaman 20 tahun, dan pendiri Pembelajar.com, penulis buku Agar Menulis/Mengarang Bisa Gampang dan Mengukir Kata Menata Kalimat, Her Suharyanto—Trainer, Konsultan Penulisan dan Penerbitan, Editor Ekonomi, dan Editor, Hasudungan Sirait—Trainer Jurnalistik, Konsultan beberapa media, Editor, dan Penulis buku, Jennie S.Bev, dan Jennie S. Bev—dikenal sebagai salah satu penulis, pengusaha, dan pengajar yang sukses berkarir di Amerika Serikat, .Edy Zakeus, editor Pembelajar.com, penulis buku-buku best-seller, penerbit buku, dan konsultan penerbitan.

Ibarat Anda sedang berdiri di terminal mau ke sebuah tujuan yang belum pernah anda kunjungi. Dalam situs ini, Anda benar-benar menemukan seorang supir yang memahami jalan dan bus yang akan anda tumpangi. Anda tidak hanya bertemu seorang agen yang berteriak-teriak menawarkan penumpang menuju sebuah lokasi, padahal dia belum pernah sama sekali mengunjungi lokasi itu.

Pengalaman Jennie S Bev misalnya. Dalam situs ini dijelaskan bagaimana dirinya menjadi seorang penulis besar dan profilnya tampil di berbagai media nasional terkemuka, serta media asing seperti The New York Times dan lain-lain.

Anda juga bisa menikmati artikel-artikel yang diarsipkan dalam rubrik-rubrik Kolomnis, Writer Schoolen, Kolom Bersama, Galeri Buku Alumni, Wawancara, Galeri Foto, kita seolah menjelajah dunia penulisan di abad ini.

Pastikan anda belajar atau bertanya dari mereka yang memang seorang supir yang setiap hari membawa penumpang dan bisa merasakan apa yang dilihat dan dialami seorang supir. Saya pernah berkomunikasi dengan Jennie S Bev melalui e-mail. Dia orang yang rendah hati dan membalasnya.

Tentu, tidak mengharap dia bisa memberikan banyak waktu yang berharga mengajar saya. Tapi hanya membuktikan bahwa pengalaman itu memang benar dan orangnya ada. Dia adalah orang Indonesia asli dan kini bermukin di Amerika Serikat dan menjadi penulis terkenal di sana. Mengapa dia bisa,kok saya tidak.

Belajar menulis dari seorang penulis professional memberi kita pemantapan teori teknis menulis, dan mengisinya dengan inspirasi dan motivasi mereka menulis. Karena salah satu motivasi yang mendorong seseorang untuk menulis adalah menjadi seorang penulis besar, dan menjadikan salah satu diantara mereka menjadi idola dan meniru cara-cara mereka sukses.

Menulis secara berkelanjutan tidak cukup dibekali dengan teori, tetapi lebih pada bagaimana menguasai cara menulis dan memberi gairah menulis. Menulis secara berkelanjutan adalah menjadikan menulis sebuah profesi!.

Pelajaran itu akan sangat menolong bila Anda belajar sendiri dari yang sudah berpengalaman dan mampu mengisi diri Anda.

Berdasarkan Pengalaman Para Penulis Handal


Artikel-artikel di dalam pembelajaran.com ditulis berdasarkan pengalaman para penulis handal di lapangan yang memberi anda inspirasi mengikuti jejak mereka. Artikel-artikelnya bukan buku teks cara menulis yang banyak beredar di pasaran.

Situs ini adalah ungkapan pikiran penulis-penulis professional Indonesia dan memberi inspirasi bagi anda yang sedang menapaki cita-cita untuk menjadi penulis professional.

Situs yang didirikan dan dikelola para penulis handal ini ini berisi kumpulan artikel kreatif dan sangat inspiratif menjadikan anda menjadi seorang penulis.

Setiap artikel dilengkapi dengan e-mail para penulisnya yang memungkinkan pembaca bisa berhubungan langsung dengan penulisnya.

Selain itu, website ini juga menampilkan beberapa even-even training penulisan dan motivasi yang mungkin bsa diikuti para penulis. Pembelajaran.com juga menawarkan anda jadwal training penulisan dan motivasi. Anda ingin seperti mereka?. Silakan kunjungi situs: http://www. pembelajar.com. ***

Penulis adalah penulis Otobiografi.
Dimuat di Harian Analisa Cetak, 24 Juli 2012 

Jumat, 13 Juli 2012

Buku Kisah Hidup:
Obat dan Warisan

Oleh : Jannerson Girsang.
 Biografi Prof Dr Sutan Hutagalung, 2005
Anda mungkin sudah sering membaca buku-buku biografi atau otobiografi. Tapi pernahkah Anda membaca kisah tentang makna buku itu bagi sang tokohnya atau pembacanya?

Pat McNess, seorang penulis terbaik National Association of Government Communicators, USA) mengatakan, "Proses mengulang kembali kisah kehidupan merupakan pengobatan alternatif, khususnya pada usia lanjut, dan membuat kisah hidupnya terekam (bagaimanapun sederhananya atau mewahnya paket itu) adalah sebuah hadiah sangat bagus kepada generasi yang berikutnya, dan kepada generasi sesudahnya".

Menulis kisah orang berusia lanjut merupakan obat bagi sang tokoh dan warisan yang bagus bagi keturunannya. Sayangnya, perhatian pada penulisan kisah hidup para orang tua yang sudah lanjut, tak begitu berkembang dari tahun ke tahun.

Banyak penulisan justru dilakukan saat pencalonan gubernur, bupati, walikota, parlemen yang sebenarnya jauh bergeser dari makna yang sebenarnya. Bahkan saya belum membaca biografi tokoh terkenal seperti Marah Halim Harahap—tokoh olahraga terkenal di Sumatera Utara yang sudah berusia lanjut. Mudah-mudahan kisahnya bisa segera bisa dinikmati dan menjadi kisah menginspirasi.

Orang Biasa dengan Kisah yang Luar Biasa

Jangan kecil hati kalau orang tua Anda hanya biasa-biasa saja. Mungkin kisahnya sederhana tetapi tak lepas dari kemungkinan jadi sebuah buku yang terkenal. Orang yang sering luput dari perhatian, ternyata tidak sedikir memiliki kisah hidup yang memberi inspirasi yang luar biasa.

Nilai sebuah kisah hidup tidak semata-mata pada tokohnya seorang pejabat, orang kaya atau tokoh terkemuka, tetapi lebih pada inspirasi yang pernah dihasilkan tokohnya dalam mengatasi permasalah hidup mampu merubah pandangan pembacanya dan membuatnya berfikir dan bertindak ke arah yang lebih baik bagi kehidupan umat manusia.

Tak terbayang dalam pikiran Anne Frank seorang anak berusia 15 tahun, atau Demetri seorang pembantu rumah tangga kulit hitam di Amerika pada era 60-an kalau kisah mereka dibukukan dan menjadi bacaan yang banyak menginspirasi dunia ini.

Bagi Anda yang pernah membaca buku catatan Anne Frank—catatan harian seorang anak kecil pada masa perang dunia kedua menjadi sebuah buku legendaris sepanjang abad. Novel The Help (2009), karya Kathryn Stockett, menjadi buku laris di harian terkemuka di Amerika Serikat, The New York Times. Kini buku ini sudah difilmkan dan dbintangi aktor dan aktris terkenal.

Jadi jangan buru-buru mengatakan bahwa: "Ah dia kan orang tak dikenal ...kok biografinya ditulis?".

Obat dan Warisan

Dalam artikelnya berjudul Writing Your Memoir Telling Your Family Story Saving Lives, on story at a Time, Pat McNess yang juga penulis beberapa buku biografi mengungkapkan kisah di balik buku karyanya An American Biography.

Buku tersebut adalah kisah orang sederhana, tetapi menjadi buku laris (best seller) di toko buku online Amazon.com. Warren Webster, tokoh di dalam buku An American Biography adalah seorang pelaku bisnis di Ohio, dan kisahnya ditulis saat usianya menjelang 80an.

Dia kehilangan kedua kakinya karena kencing manis (diabetes). Penderitaannya diperparah dengan kehilangan isterinya setelah 70 tahun perkawinan. Dia sangat tertekan. .

Webster adalah seorang pekerja pabrik yang kemudian menapaki kariernya masuk ke deretan eksekutif. Ia pensiun dari keadaan yang disebutnya sebagai "karier sederhana" pada sebuah pabrik.

Dia bingung mengapa seseorang menginginkan kisah hidupnya. "Tetapi dengan menceritakan kisahnya sendiri, seperti dikisahkan Pat Mc Nees, cerita itu merubahnya—sinar kembali terbawa ke matanya, membuatnya merasa sepenting itu untuk diketahui keluarga," tulis Pat Mc Ness.

Saat seseorang merasa dirinya gagal, kisah hidupnya yang mengesankan bisa merubah keadaannya sendiri. Ketika Pat Mc Ness selesai menulis sebuah cerita atas wawancara dengan Webster, dia membacakannya keras-keras di hadapannya, saat merasa dirinya gagal. Saat membacakan itu Pat Mac Ness berkata "Webster memutuskan bahwa sebuah kehidupan dengan kuku jari tangan yang kotor (dirty fingernails) bukanlah dirinya," ia berkata, "Anda dapat berhenti tepat disana. Inilah inti seluruh cerita."

Pat Mc Nees, mungungkapkan hal yang jauh lebih bermakna: "Cerita karier Webster mencerminkan perubahan di dalam kultur Amerika dan industri transportasi abad ke duapuluh. Bab yang mengisahkan tentang isterinya Mary adalah perjuangan keras puluhan tahun mengatasi kekacauan yang bipolar, menawarkan sebuah pandangan sekilas tentang sikap Amerika terhadap penyakit mental pada pertengahan abad ke dua puluh".

Itulah kisah di balik An American Biography yang dijual di Amazon.Com. Buku itu menjadi sebuah memorial yang mengesankan dalam hidup penulisnya sendiri.

Pengalaman kami dalam menulis beberapa buku biografi atau otobiografi sejalan dengan pernyataan Pat McNess. Prof Dr Sutan Hutagalung, pemilik biografi berusia di atas 80-an pernah mengungkapkan bahwa di usia lanjut dirinya memerlukan teman bicara. Dirinya tidak ingin dilupakan begitu saja, apalagi dirinya pernah menjadi orang penting. Orang usia lanjut merasa bangga ketika dia didengar dan merasa bernilai saat cucu-cucunya atau orang lain bercerita tentang dirinya.

Dalam proses penulisannya sekitar pada tahun 2004, kami mendengar kesaksiannya bahwa wawancara dan diskusi tentang masa lalunya adalah obat yang sangat manjur. Ketka dia membaca kisah dirinya sendiri menambah rasa percaya dirinya. Dari unek-uneknya yang terpendam dan kemudian ada yang mendengar rasanya plong!. Walau tentunya tidak semua layak bisa ditulis.

(Ingat, biografi atau otobiografi, bukan menghakimi orang lain atau membenarkan diri sendiri. Apa yang dilihat, dirasakan dan memberi makna bagi diri sendiri dan orang lain. Bukan seperti banyak buku yang diterbitkan justru dimaksudkan untuk menempatkan seseorang (tokohnya) dalam posisi benar dan yang lain salah).

Memutar kembali memori saat penulisan buku "Hanya Oleh Belas KasihNya" beberapa tahun lalu.

Kisah paling berkesan adalah saat kami mewawancarainya pertama kali. Dia terbaring di tempat tidur dan susah bergerak. Sampai-sampai istri almarhum (sekarang masih hidup) mengingatkan saya bahwa suaminya sakit, dan tidak boleh bicara terlalu lama.

Apa yang kemudian saya saksikan dan juga menjadi kesaksian keluarga adalah tidak terjadi sesuatu yang pernah dikhawatirkan mereka. Malah sebaliknya, pertemuan pertama kami berjalan lebih dari empat jam terus menerus. tanpa istirahat.

Dalam pertemuan-pertemuan kami selanjutnya, beliau beberapa kali mengatakan kalimat ini. "Kau jadi seperti dokter buatku,"ujar almarhum Prof Dr Hutagalung, mantan Sekjen Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI) itu. Hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya

Saya bukan dokter, tetapi pengalaman menulis biografi dan otobiografi seorang berusia lanjut, penulis biografi bisa membuat tokohnya lebih bersemangat. Sang tokoh yang saya tulis justru merasa sakitnya berkurang dan mendorong fisiknya bertambah sehat dan segar.

Sebuah buku kehidupan (biografi atau otobiografi) memberi obat dan hadiah khusus bagi tokohnya, serta warisan berharga bagi keturuannya dan orang-orang di sekitarnya. Buku itu menjadi tugu hidup, bukan sekedar sebuah kado mati.

"Saya belajar banyak dari buku-buku biografi, " ujar Agnes Monica—seorang penyanyi sukses Indonesia, pada acara Indonesian Idol di sebuah televisi swasta, Malam Minggu 8 Juli 2012 lalu. Orang-orang sukses ternyata banyak terinspirasi dari buku-buku biografi, atau otobiografi.

Tulisan ini merupakan pengamatan kami setelah menulis sekitar 14 buah buku sejenis. Meski masih memerlukan pembuktian yang lebih mendalam.

Dokumentasikanlah kisah-kisah orang tua yang sudah berusia lanjut, selain memberinya obat, juga merupakan sumbangan warisan peradaban bagi dunia ini. ***. 

Dimuat di Harian Analisa Cetak 13 Juli 2012, Halaman 28..

Rabu, 04 Juli 2012

Cagubsu dan Cawagubsu Perempuan, Muncullah!
Oleh : Jannerson Girsang
 
Sumber foto: http://www.doelindramayu.blogspot.com

Sampai artikel ini ditulis, belum satupun calon perempuan maju sebagai calon Gubsu maupun Wagubsu sebagai pilihan bagi lebih dari 9 juta pemilih dari provinsi yang berpenduduk 13 juta jiwa ini. Padahal, jumlah perempuan diperkirakan lebih dari 50 persen pemlih. Selain itu, masa pelaksanaan Pilgubsu akan berlangsung 7 Maret 2012. Sayang sekali kalau peluang itu berlalu begitu saja.

Perempuan sangat potensial memimpin sebuah perubahan. Tak ada lagi orang yang meragukannya. Buktinya, beberapa tahun terakhir ini pemimpin perempuan telah menunjukkan kiprahnya dalam memimpin perubahan bangsa ini. Dekade pertama abad 21 Indonesia berhasil melahirkan seorang gubernur pertama di Indonesia, Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Provinsi Banten.

Artikel ini bermaksud membuka mata dan mengajak kaum perempuan di provinsi ini dan mengajak untuk menyimak pengalaman Ratu Atut Chosyiah. .

Teori Berenang tidak Cukup, tapi Terjunlah ke Kolam RenangBeberapa artikel telah menyatakan keprihatinannya atas alpanya calon perempuan meramaikan bursa Cawagub dan Cagubsu dalam Peilbugsu 2012. Kami tertarik dengan artikel yang ditulis Lusiah, SE, MM dan Halim Loly, SE, MM (Analisa, 20 Juni 2012).

Lusiah dan Halim Loly berpendapat pemberdayaan politik perempuan yang dilakukan selama ini belum maksimal. "Ke depan perlu didukung pemberdayaan politik perempuan dengan ikut serta dalam suksesi kepemimpinan. Perempuan sangat potensial dalam memimpin karena menggunakan perpaduan rasio dan perasaan perempuan. Kepemimpinan seperti ini sangat dibutuhkan oleh rakyat. Perempuan sendiripun perlu membenahi dirinya dan meningkatkan dirinya agar bisa bersaing dengan kaum laki-laki," demikian penulis artikel ini dalam kata penutupnya.

Satu catatan tambahan bahwa pemberdayaan itu sendiri hanya sebuah stimulant terciptanya seorang pemimpin, penentunya adalah pilihan orang yang diberi pemberdayaan itu.

Belajar teori tidak cukup, tetapi harus praktek. Sekali lagi, materi pelatihan yang diberikan kepada perempuan hanyalah pengetahuan yang membekali dirinya memberi tanggapannya atau respons terhadap sebuah rangsangan (kepekaannya terhadap persoalan masyarakat di sekitarnya).

Artikel Lusiah, SE, MM dan Halim Loly, SE, MM menyebut materi pemberdayaan perempuan yang mencakup banyak hal dan dibagi dalam materi pokok (mencakup pendidikan politik seperti UUD 1945; Paket undang-undang bidang politik, serta materi tentang peranan perempuan dalam pembangunan politik dan demokrasi) dan materi penunjang (tata pemerintahan yang baik (good governance); retorika publik; pemberdayaan perempuan; otonomi daerah dan sistem pemerintahan daerah; komunikasi yang efektif; citra diri; perempuan dan peluang global; kebijakan serta pemerintah dalam pembangunan dan pemberdayaan perempuan). Bahkan dilengkapi materi lokal seperti budaya perempuan berdasarkan adat istiadat daerah, pembentukan organisasi perempuan di daerah; peranan Ormas dan LSM dalam pemberdayaan perempuan.

Materi-materi itu ibarat pelajaran berenang di depan kelas. Sama seperti seorang anak yang belajar teori berenang di depan kelas, maka dia tidak akan bisa berenang tanpa membuat pilihan dirinya terjun ke kolam renang. Kalau si anak takut kedinginan atau takut tenggelam, maka sampai kapanpun si anak tidak akan pernah bisa berenang. Pemimpin harus berani melintasi tantangan, tidak hanya mengeluh dan mencari alasan.

Sangat menarik menyimak pendapat Dr Noel Tichy penulis buku terkenal The Leadership Engine. Pemimpin tidak dilahirkan tetapi diajar. Walau kemudian ditegaskan kembali oleh Steven R. Covey, bahwa sekali lagi, dalam hal inipun berlaku pilihan seseorang atau sang tokohnya sendiri. Bukan ajaran itu yang menentukan, tetapi orang tertentu yang mau diajar, dan mau mengikuti ajaran itu.

Pelajaran yang sudah didapat dari pemberdayaan harus digunakan untuk mengasah kemampuan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat serta memberi solusi atas persoalan. Itulah sebenarnya "kolam renangnya".

Belajar dari Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Perempuan Pertama di Indonesia

Seorang pemimpin tidak dilahirkan atau dibuat (dalam arti bukan hasil didikan dan pelatihan lingkungannya). Pemimpin itu "dibuat sendiri" (self made) oleh seseorang melalui kemampuannya menanggapi atau merespons situasi di sekitarnya.

Kepemimpinan adalah pilihan dan pembentukan pemimpin memerlukan proses. Seseorang akan terbentuk menjadi pemimpin pada bidangnya dengan mempraktekkan wilayah kepedulian atau responnya dengan prinsip-prinsip yang benar serta mengembangkan kemampuan, pengetahuan atau disiplin ilmu yang dimilikinya.

Dari pengaruh yang kecil lama-lama membesar. Ingat bagaimana pemimpin informal Ibu Theresia di India, Presiden Pertama Perempuan Nigeria, Ellen Johnson Sirleaf, atau "The Mother of Revolution", Tawakkol Karman dari Yaman. Mereka adalah perempuan-perempuan berpengaruh, peraih Nobel atas kegiatan-kegiatan baik yang dilakukannya menuju keadilan dan perdamaian dunia ini. .

Mereka muncul dengan area of concernnya dan menjadi pemimpin di sana, kemudian mendapat dukungan dari kalangan yang lebih luas. Tokoh-tokoh seperti ini bahkan tidak mencalonkan dirinya, tetapi dicalonkan orang lain.

Bukan muncul tiba-tiba, hanya berteriak ketika musim Pilgubsu.

Seorang perempuan maju menjadi gubernur, bermodalkan ide, keinginan serta keberanian untuk maju. Itulah prinsip yang dipegang Ratu Atut Chosyiah, gubernur pertama perempuan di Indonesia. Ia terpanggil menjadi gubernur (Lihat blog pribadinya: http://ratuatutchosiyah.wordpress.com/perihal/).

Menjadi seorang gubernur adalah panggilan. Tidak didorong-dorong atau diciptakan lingkungan. Ada keinginan besar dari seseorang untuk menjadi pemimpin, untuk memimpikan perubahan.

Perempuan berparas cantik kelahiran Serang, Banten, 16 Mei 1962 menjadi Gubernur Perempuan Indonesia pertama, didampingi wakil gubernur Muhammad Masduki. Keduanya dilantik pada Sidang Paripurna Istimewa DPRD Banten di Cipocok Jaya, 11 Januari 2007.

Sebelum mencalonkan diri menjadi gubernur, Ratu Atut Chosiyah menapaki jalan panjang dan berliku.

Ratu Atut menjalani masa kecil, tumbuh dan berkembang bersama lingkungan masyarakat agraris dan agamis. Ia menamatkan Sekolah Dasar di kampungnya di Serang dan melanjutkan pendidikannya (SMP, SMA, Perguruan Tinggi) di Kota Bandung.

Di Kota Kembang ini, selain belajar ia merintis bisnisnya. Mulai dari usaha kecil-kecilan sebagai supplier alat tulis dan kontraktor, kemudian berkembang pesat ke berbagai bidang, terutama perdagangan dan kontraktor.

Dia memang berbakat sebagai pemimpin dan dikenal luas di kalangan pengusaha di daerah pemilihannya. Sebagai pengusaha, Ratu Atut pernah menduduki sejumlah jabatan prestisius, antara lain, bahkan pernah menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) Provinsi Banten, Ketua Asosiasi Distributor Indonesia (ARDIN) Provinsi Banten dan aneka organisasi lain.

Sebagai putri Banten, Ratu Atut merasa terpanggil untuk membangun Provinsi Banten, yang terbentuk pada pertengahan tahun 2001, dengan terlibat langsung sebagai pemegang kebijakan dalam pemerintahan.

Awalnya, dirinya tidak mencalonkan langsung menjadi gubernur. Dalam usia masih muda (40 tahun), ia terjun ke dunia birokrasi dengan mencalonkan diri sebagai Wakil Gubernur Banten periode 2002 – 2007, dan dalam pemilihan di DPRD Banten, Ratu Atut bersama calon gubernur Djoko Munandar terpilih untuk memimpin Provinsi Banten.

Situasi politik mendongkrak popularitasnya. Ketika Djoko Munandar dicopot dari jabatannya karena terkait kasus korupsi, Ratu Atut ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas Gubernur Banten.

Sebagai pelaksana tugas gubernur, ia mempersiapkan dan menyelenggarakan pemilihan kepala daerah 2006.

Setelah merasa memiliki pengaruh dan kemampuan yang cukup, maka dalam pilkada 2006, ia mencalonkan diri sebagai gubernur dan berpasangan dengan calon wakil gubernur Mohammad Masduki.

Pencalonan mereka didukung Partai Golkar, PDI-P, PBR, PBB, PDS, Partai Patriot, dan PKPB. Ini bukan hal yang mudah. Dia pasti punya lobby-lobby yang kuat, memiliki jaringan yang luas. Hebat tokh, seorang perempuan bisa mendapat dukunan dari partai-partai besar seperti itu. Kita semua tau, mencari dukungan satu partai saja bukan hal yang mudah.

Berdasarkan hasil penghitungan manual yang dilakukan KPU Provinsi Banten, bersama pasangan wakil gubernur, ia memperoleh 1.445.457 (40,15 persen) dari 3.599.850 suara sah. Suara tidak sah mencapai 177.141 suara.

Dengan demikian, tingkat partisipasi pemilih mencapai 60,83 persen dari total warga yang menggunakan hak pilih sebanyak 3.776.385 atas 6.208.951 pemiluh terdaftar.

Tentu sang Ratu tidak mulus-mulus saja melenggang menikmati hasil pemilihan yang memenangkannya menjadi gubernur. Hasil pemilihan gubernur itu ditolak tiga pasangan calon gubernur, yakni Zulkieflimansyah - Marissa Haque, Tryana Sjam’un - Benyamin Davnie dan Irsjad Djuwaeli - Mas A. Daniri.

Mereka menolak dan menggugat Komisi Pemilihan Provinsi Banten, Biro Pemerintahan Provinsi Banten, dan Dinas Kependudukan Provinsi Banten. Bahkan, selain menggugat Komisi Pemilihan Umum Provinsi Banten, pasangan Irsjad-Daniri juga mengajukan gugatan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Proses gugatan berjalan, tetapi sang Ratu melenggang menjadi gubernur.

Kisah menuju tangga gubernur, Hajjah Ratu Atut seharusnya menjadi inspirasi berharga bagi kaum perempuan menuju tangga gubernur!.

Apapun ceritanya, Ratu Atut telah membuka sejarah di Indonensia, bahwa perempuan layak memimpin provinsi.

Adakah perempuan sekaliber Ratu Atut dari kalangan perempuan Sumatera Utara. Kalau ada, majulah jangan tunggu!. Kalau tidak menjadi Cagubsu, yah paling tidak Cawagubsu. Sebuah tantangan yang hanya bisa dijawab sendiri oleh kaum perempuan di provinsi ini. 

Dimuat di Harian Analisa, 4 Juli 2012 dan bisa diakses di http://www.analisadaily.com/news/read/2012/07/04/60808/cagubsu_dan_cawagubsu_perempuan_muncullah/#.T_RZv5Ee6Fr. 

Catatan: Ratu Atut kemudian dimasukkan ke penjara karena korupsi. Gubenur Banten itu dijemput penyidik  KPK, Jumat (27/12/2013), karena dugaan korupsi dalam jumlah besar. Dia ratu korup, bukan contoh yang baik untuk ditiru.