Buku Kisah Hidup:
Obat dan Warisan
Oleh : Jannerson Girsang.
Anda mungkin sudah sering membaca buku-buku
biografi atau otobiografi. Tapi pernahkah Anda membaca kisah tentang makna buku
itu bagi sang tokohnya atau pembacanya?
Pat McNess, seorang penulis terbaik National
Association of Government Communicators, USA) mengatakan, "Proses
mengulang kembali kisah kehidupan merupakan pengobatan alternatif, khususnya
pada usia lanjut, dan membuat kisah hidupnya terekam (bagaimanapun sederhananya
atau mewahnya paket itu) adalah sebuah hadiah sangat bagus kepada generasi yang
berikutnya, dan kepada generasi sesudahnya".
Menulis kisah orang berusia lanjut merupakan obat
bagi sang tokoh dan warisan yang bagus bagi keturunannya. Sayangnya, perhatian
pada penulisan kisah hidup para orang tua yang sudah lanjut, tak begitu
berkembang dari tahun ke tahun.
Banyak penulisan justru dilakukan saat pencalonan
gubernur, bupati, walikota, parlemen yang sebenarnya jauh bergeser dari makna
yang sebenarnya. Bahkan saya belum membaca biografi tokoh terkenal seperti
Marah Halim Harahap—tokoh olahraga terkenal di Sumatera Utara yang sudah
berusia lanjut. Mudah-mudahan kisahnya bisa segera bisa dinikmati dan menjadi
kisah menginspirasi.
Orang Biasa dengan Kisah yang Luar Biasa
Jangan kecil hati kalau orang tua Anda hanya
biasa-biasa saja. Mungkin kisahnya sederhana tetapi tak lepas dari kemungkinan
jadi sebuah buku yang terkenal. Orang yang sering luput dari perhatian,
ternyata tidak sedikir memiliki kisah hidup yang memberi inspirasi yang luar
biasa.
Nilai sebuah kisah hidup tidak semata-mata pada
tokohnya seorang pejabat, orang kaya atau tokoh terkemuka, tetapi lebih pada
inspirasi yang pernah dihasilkan tokohnya dalam mengatasi permasalah hidup
mampu merubah pandangan pembacanya dan membuatnya berfikir dan bertindak ke
arah yang lebih baik bagi kehidupan umat manusia.
Tak terbayang dalam pikiran Anne Frank seorang anak
berusia 15 tahun, atau Demetri seorang pembantu rumah tangga kulit hitam di
Amerika pada era 60-an kalau kisah mereka dibukukan dan menjadi bacaan yang
banyak menginspirasi dunia ini.
Bagi Anda yang pernah membaca buku catatan Anne
Frank—catatan harian seorang anak kecil pada masa perang dunia kedua menjadi
sebuah buku legendaris sepanjang abad. Novel The Help (2009), karya Kathryn
Stockett, menjadi buku laris di harian terkemuka di Amerika Serikat, The New
York Times. Kini buku ini sudah difilmkan dan dbintangi aktor dan aktris
terkenal.
Jadi jangan buru-buru mengatakan bahwa: "Ah
dia kan orang tak dikenal ...kok biografinya ditulis?".
Obat dan
Warisan
Dalam artikelnya berjudul Writing Your Memoir
Telling Your Family Story Saving Lives, on story at a Time, Pat McNess yang
juga penulis beberapa buku biografi mengungkapkan kisah di balik buku karyanya
An American Biography.
Buku tersebut adalah kisah orang sederhana, tetapi
menjadi buku laris (best seller) di toko buku online Amazon.com. Warren
Webster, tokoh di dalam buku An American Biography adalah seorang pelaku bisnis
di Ohio, dan kisahnya ditulis saat usianya menjelang 80an.
Dia kehilangan kedua kakinya karena kencing manis
(diabetes). Penderitaannya diperparah dengan kehilangan isterinya setelah 70
tahun perkawinan. Dia sangat tertekan. .
Webster adalah seorang pekerja pabrik yang kemudian
menapaki kariernya masuk ke deretan eksekutif. Ia pensiun dari keadaan yang
disebutnya sebagai "karier sederhana" pada sebuah pabrik.
Dia bingung mengapa seseorang menginginkan kisah
hidupnya. "Tetapi dengan menceritakan kisahnya sendiri, seperti dikisahkan
Pat Mc Nees, cerita itu merubahnya—sinar kembali terbawa ke matanya, membuatnya
merasa sepenting itu untuk diketahui keluarga," tulis Pat Mc Ness.
Saat seseorang merasa dirinya gagal, kisah hidupnya
yang mengesankan bisa merubah keadaannya sendiri. Ketika Pat Mc Ness selesai
menulis sebuah cerita atas wawancara dengan Webster, dia membacakannya
keras-keras di hadapannya, saat merasa dirinya gagal. Saat membacakan itu Pat
Mac Ness berkata "Webster memutuskan bahwa sebuah kehidupan dengan kuku
jari tangan yang kotor (dirty fingernails) bukanlah dirinya," ia berkata,
"Anda dapat berhenti tepat disana. Inilah inti seluruh cerita."
Pat Mc Nees, mungungkapkan hal yang jauh lebih
bermakna: "Cerita karier Webster mencerminkan perubahan di dalam kultur
Amerika dan industri transportasi abad ke duapuluh. Bab yang mengisahkan
tentang isterinya Mary adalah perjuangan keras puluhan tahun mengatasi kekacauan
yang bipolar, menawarkan sebuah pandangan sekilas tentang sikap Amerika
terhadap penyakit mental pada pertengahan abad ke dua puluh".
Itulah kisah di balik An American Biography yang
dijual di Amazon.Com. Buku itu menjadi sebuah memorial yang mengesankan dalam
hidup penulisnya sendiri.
Pengalaman kami dalam menulis beberapa buku
biografi atau otobiografi sejalan dengan pernyataan Pat McNess. Prof Dr Sutan
Hutagalung, pemilik biografi berusia di atas 80-an pernah mengungkapkan bahwa
di usia lanjut dirinya memerlukan teman bicara. Dirinya tidak ingin dilupakan
begitu saja, apalagi dirinya pernah menjadi orang penting. Orang usia lanjut
merasa bangga ketika dia didengar dan merasa bernilai saat cucu-cucunya atau
orang lain bercerita tentang dirinya.
Dalam proses penulisannya sekitar pada tahun 2004,
kami mendengar kesaksiannya bahwa wawancara dan diskusi tentang masa lalunya
adalah obat yang sangat manjur. Ketka dia membaca kisah dirinya sendiri
menambah rasa percaya dirinya. Dari unek-uneknya yang terpendam dan kemudian
ada yang mendengar rasanya plong!. Walau tentunya tidak semua layak bisa
ditulis.
(Ingat, biografi atau otobiografi, bukan menghakimi
orang lain atau membenarkan diri sendiri. Apa yang dilihat, dirasakan dan
memberi makna bagi diri sendiri dan orang lain. Bukan seperti banyak buku yang
diterbitkan justru dimaksudkan untuk menempatkan seseorang (tokohnya) dalam
posisi benar dan yang lain salah).
Memutar kembali memori saat penulisan buku
"Hanya Oleh Belas KasihNya" beberapa tahun lalu.
Kisah paling berkesan adalah saat kami
mewawancarainya pertama kali. Dia terbaring di tempat tidur dan susah bergerak.
Sampai-sampai istri almarhum (sekarang masih hidup) mengingatkan saya bahwa
suaminya sakit, dan tidak boleh bicara terlalu lama.
Apa yang kemudian saya saksikan dan juga menjadi
kesaksian keluarga adalah tidak terjadi sesuatu yang pernah dikhawatirkan
mereka. Malah sebaliknya, pertemuan pertama kami berjalan lebih dari empat jam
terus menerus. tanpa istirahat.
Dalam pertemuan-pertemuan kami selanjutnya, beliau
beberapa kali mengatakan kalimat ini. "Kau jadi seperti dokter
buatku,"ujar almarhum Prof Dr Hutagalung, mantan Sekjen Gereja Kristen
Protestan Indonesia (GKPI) itu. Hal yang tidak pernah saya pikirkan sebelumnya
Saya bukan dokter, tetapi pengalaman menulis
biografi dan otobiografi seorang berusia lanjut, penulis biografi bisa membuat
tokohnya lebih bersemangat. Sang tokoh yang saya tulis justru merasa sakitnya
berkurang dan mendorong fisiknya bertambah sehat dan segar.
Sebuah buku kehidupan (biografi atau otobiografi)
memberi obat dan hadiah khusus bagi tokohnya, serta warisan berharga bagi
keturuannya dan orang-orang di sekitarnya. Buku itu menjadi tugu hidup, bukan
sekedar sebuah kado mati.
"Saya belajar banyak dari buku-buku biografi,
" ujar Agnes Monica—seorang penyanyi sukses Indonesia, pada acara
Indonesian Idol di sebuah televisi swasta, Malam Minggu 8 Juli 2012 lalu.
Orang-orang sukses ternyata banyak terinspirasi dari buku-buku biografi, atau
otobiografi.
Tulisan ini merupakan pengamatan kami setelah
menulis sekitar 14 buah buku sejenis. Meski masih memerlukan pembuktian yang
lebih mendalam.
Dokumentasikanlah kisah-kisah orang tua yang sudah
berusia lanjut, selain memberinya obat, juga merupakan sumbangan warisan
peradaban bagi dunia ini. ***.
Dimuat di Harian Analisa Cetak 13 Juli 2012, Halaman 28..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar