My 500 Words

Jumat, 29 Maret 2013

Teknologi dan Paskah 2013

Oleh: Jannerson Girsang

Teknologi dan Perayaan Paskah!. Kemajuan teknologi telah memungkinkan kita memenuhi kehidupan rohani dengan mudah. 

Menjelang Perayaan Paskah jam 12.00, hari ini, saya membuka internet: memilih lagu-lagu rohani, membaca ulasan Firman Tuhan dari video-video para pengkhotbah beken, keren, menonton film-film tentang Paskah. 

Semua gratis!. 

Tak masanya lagi kita tidak tau latar belakang peristiwa tertentu. Peristiwa apa saja. Kalau hanya sekedar pengetahuan, internet adalah gudangnya.

Mau lihat artikel tentang ulasan :Paskah, buka Google aja. Semua yang diinginkan ada. Mau yang teks, foto, video semua ada. Youtube misalnya, menyediakan ribuan video tinggal pilih sesuai selera.  Tidak ada lagi hal tentang Paskah yang tidak diulas di internet.

Bukan jamannya lagi kita layaknya ikan di dalam laut yang selalu bertanya. "Dimana laut?. Padahal, laut ada di sekelilingnya".

Di sekeliling kita sudah penuhi dengan pengetahuan soal Paskah. Kalau mau khotbah yang kualitasnya asal-asalan sampai sekelas Billy Graham, Chris Manusama, Steven Tong ada. Tapi jangan salah, khotbah yang masuk telinga kiri, keluar telinga kanan atau tanpa isi juga ada.  

Teknologi membuat hidup lebih mudah dan nyaman, asalkan hati bersih, sabar, rela menerima, meluangkan waktu beberapa saat, maka pengetahuan yang diperlukan sudah tersedia. 

Cuma jangan salah!. 

Internet adalah gudangnya pengetahuan baik dan pengetahuan jahat. Seluruh dunia mestinya tau itu. Terserah, Anda mau milih yang mana. 

Alih-alih memilih topik tentang Paskah,  Bisa tergoda memilih video yang membuat pikiran Anda melayang dan membayangkan hal-hal yang jorok. 

Selasa, 26 Maret 2013

Patsy Wida Kuswara: Kisah Jurnalis Indonesia di Negeri Paman Sam (Harian Analisa, 26 Maret 2013)



Patsy Widakuswara (Photo: The Washington Post)

Oleh: Jannerson Girsang. 

Patsy Widakuswara seorang perempuan Indonesia kelahiran Maret 1974, memiliki pengalaman menarik sebagai penyiar di The Voice of America (VOA). Hingga kisahnya dimuat The Washington Post, dalam artikel berjudul “Bringing the news of America to Indonesia”, edisi 18 Maret 2013 yang lalu.

Setelah lulus dari Jurusan Komunikasi di FISIP UI, co-founder kelompok debat bahasa Inggris pertama di Indonesia, English Debating Society di UI dan peraih beberapa gelar juara nasional dan internasional ini bekerja beberapa tahun di media elektronik nasional, mendapat bea siswa memperoleh gelar Master di bidang TV Journalism di London, kemudian bekerja di VOA. 

Pelajaran penting dia peroleh selama di Inggeris. Menurut Anne Budianto selama di London, Patsy sempat membuat 2 program dokumenter, untuk Channel 4 dan BBC. “Saya merasa tercerahkan selama di sana. Prinsip jurnalisme yang saya kenal saat itu hanya “check and balances,” yang mementingkan keseimbangan narasumber. 

Sementara di Inggris jurnalis menggunakan pendekatan “journalism of attachment.” Artinya, mereka lebih menyuarakan pihak-pihak yang tidak punya kekuasaan, marjinal, atau di luar kaum elitis,” paparnya. (http://www.mail-archive.com/idakrisnashow@yahoogroups.com/msg13802.html). 

***
Para pemirsa televisi di Indonesia yang sering mengikuti siaran Indonesia televisi VOA tentu tidak asing dengan wajah Patsy. Kesehariannya, peraih gelar M.A di bidang jurnalisme televisi dari University of London ini, meliput berbagai issu mulai White House hingga Capitol Hill dan issu-issu lainnya. Laporannya disiarkan secara regular di delapan dari sebelas stasion televisi di Indonesia dan beberapa afiliasi televisi lokal. 

Selaku Senior TV Produser, Patsy Widakuswara mengepalai produksi berita di VOA. Selain memproduksi, Patsy juga membawakan beberapa acara termasuk Laporan VOA untuk Metro TV, Apa Kabar Amerika di tvOne dan Kilas VOA yang ditayangkan di beberapa afiliasi VOA. Patsy juga sering memproduksi program-program in-depth investigative terkait kebijakan luar negeri AS seperti Operasi Terselubung CIA dan Penjara Guantanamo. (http://www. voaindonesia.com/author/4159.html)

Ketika membaca kisahnya melalui mediaonline The Washington Post, Patsy membawa saya ke memori beberapa tahun ke belakang. Lebih dari sepuluh tahun yang lalu, dia acapkali muncul sebagai penyiar di Metro TV. Saat itu masa-masa kejatuhan Gus Dur 2001. 

Beberapa tahun Patsy seolah menghilang dari dunia televisi. Ternyata pada 2001 itu, ibu seorang putra ini mendapat beasiswa Chevening untuk gelar Master di bidang TV Journalism di Goldsmiths College, University of London, kemudian bekerja membuat film dokumenter untuk Channel 4 dan BBC. Dari London, Patsy pindah ke Washington, DC dan bergabung dengan VOA tahun 2003.

**

Pemunculannya di The Washington Post tentunya menjadi inspirasi bagi para jurnalis di tanah air. Seorang jurnalis perempuan Indonesia mampu berkiprah di arena global dan mendapat perhatian sebuah surat kabar. Harian ini memiliki sirkulasi rata-rata 471,800 per hari dan sirkulasi minggu sebesar 687,200 eksemplar. 

Ingin tau seberapa besar respon dunia atas berita itu, saya mengunjungi status Kedutaaan Besar Amerika di Jakarta di Facebook. Status ini mengatakan: “Congratulations, Patsy Widakuswara! Profilnya ditulis di koran Washington Post, salah satu koran paling penting di AS”. Itulah ungkapan kalimat pertama sebuah paragraph di status itu menggapi pemuatan berita tentang Patsy Widakuswara. 

Saya mengklik “Like” untuk status itu (20 Maret 2013 pukul 10.00 pagi). Sudah 1854 orang lebih dulu melakukan hal yang sama, dan membaca 247 komentar dari orang Indonesia di berbagai penjuru dunia. Mereka mengungkapkan rasa bangga, kagum serta berbagai pujian bagi Patsy. 

“Pasty Widakuswara, jadilah kebanggaan bangsa. Biarlah kau mewakili Indonesia di dalam tugasmu. Selamat berkarya ya!!!!,” komentar seorang Facebooker di status itu. Tentu saja ada yang juga membuat komentar miring, hal wajar di dunia yang kini sedang dilanda euphoria kebebasan. 

**
Artikel yang saya baca di website harian The Washington Post, menampilkan sebuah foto diri peraih VOA Excellence in Programming Awards ini duduk tersenyum di depan Capitol Hill, Washington DC. 

Memandang ke depan dengan tangan dilipat di atas kedua kakinya yang bersila dan tubuh dibalut celana jeans warna biru—ikat pinggang coklat dan kaus lengan panjang hitam. Pakaian lapangan seorang reporter televisi yang serasi dengan warna kulit Indonesianya yang sawo matang. 

Keteguhan dan kesederhanaan terpancar di balik wajah manisnya. Menampilkan senyum khas seorang wanita global Indonesia. Bukti dirinya bekerja dengan sukacita, mampu merajut hubungan bangsanya dengan dunia lain, ribuan kilometer dari tanah airnya.

Sehari-hari, Patsy mengumpulkan fakta dari berbagai penjuru di Amerika dan Indonesia. Dia punya tugas penting, merekam dan menulis fakta-fakta, serta memberi makna. 

“Dalam laporannya, Widakuswara berusaha membuat hubungan antara apa yang terjadi di Amerika Serikat dan di Indonesia dan mencari topik-topik yang menjadi kepentingan audiensnya di Indonesia,” demikian The Washington Post menggambarkan pentingnya tugas seorang jurnalis, seperti Patsy untuk Indonesia dan Amerika. 

Dia melaporkan berbagai hal penting di Amerika dan Indonesia. Melaporkan Pemilihan Presiden Obama dan juga Pemilihan Gubernur DKI yang waktunya hampir bersamaan, dan juga melaporkan kondisi tahanan di Guantanamo, serta berbagai hal penting lainnya. 

Widakuswara juga melaporkan kisah kemanusiaan, dengan fokus orang-orang Indonesia yang tinggal di Amerika. “Saya membuat kisah-kisah tentang imigran Indonesia yang berhasil di Amerika Serikat, sesuatu yang ingin didengar orang-orang saat kembali ke rumah,” katanya. Dia mengeksplorasi bagaimana sulitnya memulai bisnis di AS dan berbagai isu-isu budaya lainnya. 

Sebuah prestasi yang belum banyak dilirik perempuan Indonesia di era globalisasi ini, mengingat dunia jurnalisme masih didominasi kaum laki-laki. Patsy adalah sebuah symbol bahwa perempuan juga mampu berkibar di dunia jurnalisme, bahkan bekerja di sebuah media asing dan bersaing dengan para wartawan asing lainnya. 

**

Istri seorang pria yang bekerja di Smithsonian Institution ini, mencintai pekerjaan jurnalisnya dan memotivasinya menekuni kariernya. “Jurnalisme memungkinkan saya fokus pada issu-issu yang penting dan saya pikir harus diketahui oleh orang-orang. Saya merasa bangga dan menikmati menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar dari saya sendiri dan memiliki hubungan dengan kemanusiaan,” ujarnya seperti dikutip The Washington Post. 

Sama seperti kondisi di seluruh negeri di dunia ini, sebagai jurnalis, Patsy juga menghadapi kesulitan akses ke penguasa (policymakers). “Pulanglah, Anda bisa datang dengan kamera dan mendapat akses. Di sini di Washington, Anda harus menelepon terlebih dahulu dan mengirim daftar pertanyaan ,” kisahnya. 

Sebagai seorang wartawan VOA—lembaga resmi penyiaran eksternal pemerintah federal Amerika, Patsy punya missi sebagai seorang wartawan, mencari sumber untuk ditulis dalam laporannya dan berharap menulis laporan yang paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat. “Kami mencoba untuk menyajikan perdebatan secara keseluruhan,” katanya. 

Perempuan Indonesia hebat!. Apalagi, membaca komentar Norman Goodman, Kepala VOA Siaran Indonesia dalam artikel tersebut. Norman mengatakan Widakuswara adalah “Profesional sempurna, sangat serius tentang pekerjaannya, memiliki rasa yang baik tentang berita dan tahu apa yang diinginkan pemirsa Indonesia,” seperti dikutip The Washington Post. 

Kini, Patsy yang gemar membaca dan memasak ini tinggal di Maryland bersama suami dan seorang putranya. Selamat buat Patsy, semoga kisahnya menginspirasi kita di tanah air. 

Patsy hanyalah salah satu diantaranya. Merry Riana yang sukses di Singapura menjadi perempuan si Mimpi Satu Juta Dollar di usia 26 tahun (dan tercapai), Anggun C Sasmi penyanyi yang hits dengan Snow in Sahara dan sukses menjadi wakil Perancis ke Euro Vision 2012, Jenny S Bev yang sukses sebagai seorang kolumnis dan penulis buku di negeri Paman Sam. Tentu tak lupa Sri Mulyani yang kini menjadi Managing Director Bank Dunia.  (Diolah dari berbagai sumber).  

Rabu, 20 Maret 2013

Proyek Kecil Membawa Pendapatan Mantap

Para penulis, apakah itu penulis kehidupan pribadi, kisah perusahaan, atau penulis lainnya tidak luput dari situasi tidak memperoleh pendapatan yang tetap. Seperti yang saya alami beberapa tahun ini. Kadang meski ada proyek penulisan buku, tetapi uangnya dibayarkan dalam waktu yang lama bahkan tidak tepat waktu.  

Selain itu, bisa waktu penyelesaiannya molor, yang tentunya akan membuat kerugian waktu untuk mengerjakan pekerjaan lain. Tetapi cintailah pekerjaan Anda! Bagaimana bisa?.

Kadang memang bisa sampai membawa kita kepada situasi untuk meninggalkannya. Malam ini saya terkesan dengan pengalaman seorang penulis yang hampir sama dengan yang saya pilih. Julie McDonald Zander dari Chapter of Life dulu bekerja sebagai reporter surat kabar dan editor selama 20 tahun sebelum meluncurkan bisnis sejarah pribadinya (personal historian busnis) pada tahun 1999. Proyek penulisan kisah pribadinya mulai dari buklet 13-halaman ulang tahun kecil-90 hingga kisah perusahaan 500-halaman.

Dia juga sesungguhnya menulis secara freelance, editing, dan desain. Dia mempresentasikan sebuah lokakarya tentang proyek-proyek kecil di konferensi tahunan APH di Victoria, British Columbia, dan di St Louis.

Seperti pengalaman para penulis proyek kisah hidup, mengandalkan proyek seperti ini bisa tidak mampu mendukung kehidupan. Beginilah Julie McDonald Zander mengisahkan pengalamannya memperoleh pendapatan lain di antara waktu menulis proyek besarnya. Artikel ini saya terjemahkan dari Small Projects Bring Steady Income. (http://www.chaptersoflife.com/) Julie McDonald Zander membagi kisahnya untuk kita. Ketika saya pertama kali bergabung dengan Asosiasi Sejarawan pribadi (The Association of Personal Historians) pada tahun 1999, saya membaca nasihat bijak pada listserv: Jangan menyerah pekerjaan anda.

Ketika saya mengembangkan bisnis sejarah pribadi itu, saya mengerti mengapa. Menciptakan penghasilan tetap dari proyek sejarah pribadi membutuhkan waktu, terutama bila proyek-proyek besar menghasilkan bayaran yang menguntungkan tetapi bersifat sporadis. Untuk mengatasi masalah ini, saya mencoba pilihan pendapat lainnya, kajian yang dimulai dengan menilai kemampuan dan pengalaman saya. Setelah bekerja 20 tahun sebagai reporter surat kabar dan editor, saya tahu bagaimana melakukan wawancara, menulis, mengedit, dan mendesain halaman.

Semua penulis kisah pribadi memiliki keterampilan khusus yang mereka dapat pasarkan untuk memberikan pendapatan di sela-sela proyek-proyek besar. Tidak ada proyek terlalu kecil untuk menghasilkan pendapatan, dan proyek-proyek kecil dapat menciptakan aliran uang tunai lebih mantap. Pilihan untuk menghasilkan penghasilan tambahan termasuk membuat transkrip secara freelance, menulis, dan editing, pekerjaan yang menghasilkan uang tanpa memerlukan investasi waktu yang lama. Penulis freelance dapat memasarkan layanan mereka kepada sejarawan pribadi lainnya, atau kerja paruh waktu untuk surat kabar lokal, majalah, buletin, atau publikasi online.

Pewawancara yang terampil dapat menawarkan rekaman dasar audio atau video, dengan memasang tarif per jam sambil membantu keluarga melestarikan bagian yang paling berharga dari sejarah mereka. Pewawancara dengan keterampilan menulis dapat memasarkan layanan mereka untuk membantu orang melestarikan kehendak etis atau warisan spiritual. Orang dengan Photoshop, desain, dan keterampilan komputer dapat membantu klien mengatur foto dan membuat foto memoar pendek atau cerita digital untuk wisuda, ulang tahun, pernikahan, pemakaman, atau tonggak sejarah yang lain. Juru ketik cepat dapat menuliskan kaset, buku harian, dan surat-surat. Desainer grafis dapat membuat sampul buku kustom yang indah, jadwal sejarah, dan grafik silsilah yang rinci, atau bahkan pelatih desainer pemula. Orang dengan keterampilan berbicara di depan umum dapat mengajarkan menulis memoar atau kelas-kelas lain seperti seni pusaka.

Proyek sejarah kecil dapat mencakup buklet atau video tentang rumah-rumah bersejarah dan bangunan komersial, reuni keluarga atau liburan khusus, resep favorit keluarga dan pusaka. Sejarawan pribadi dapat membuat buku-buku kecil yang menceritakan kisah hidup orang tua bagi bayi yang akan diadopsi, atau bekerja dengan calon orang tua yang prospektif dalam membuat profil bagi lembaga adopsi.

Buku kisah pribadi terkecil saya, buklet 13-halaman untuk ulang tahun ke-90, hanya membutuhkan waktu tiga atau empat jam dan mendapatkan $ 120. Enam anak dari pemilik buku itu mengemail saya ingatan ibu mereka, yang saya diedit menjadi narasi. Saya menscan beberapa foto dan merancang sebuah buku kecil, yang saya cetak dan bundel di rumah. Sebuah kolom surat kabartempat saya menulis membayar saya sedikit setiap minggu. Satu set audio wawancara saya lakukan menghasilkan $ 1.300.

Kegiatan ini semua menambah penghasilan, menciptakan sumber pendapatan untuk membantu membay
ar tagihan menunggu gaji yang lebih besar dari proyek-proyek yang lebih besar.

Mudah-mudahan menginspirasi Anda!

Selasa, 19 Maret 2013

Mau Jadi Politisi? Jadilah Anti Narkoba (Harian Analisa, 18 Maret 2013)

Oleh: Jannerson Girsang. 

Menghadapi Pemilu 2014 rakyat berharap tidak ada lagi politisi yang terkait dengan narkoba, apakah sebagai pengguna, atau bersahabat apalagi berhubungan dengan barisan penyalahgunaan narkoba. Mereka wajib menjadi anti narkoba, atau icon anti narkoba. 

Kasus yang menimpa Wanda Hamidah, meski sudah dinyatakan bebas dan tidak terlibat narkoba (30 Januari 2013), tetapi namanya masih tetap melekat dan ramai diberitakan hingga minggu-minggu ini. Media masih terus menyebut namanya dikaitkan dengan keterlibatan Raffi Ahmad yang kini menjadi tersangka penyalahgunaan narkoba. Wanda Hamidah sendiri sempat menginap beberapa malam di BNN. 

Wanda memang sudah bebas, dan justru para politisi harus belajar dari pengalamannya. Peristiwa ini menjadi momen penting untuk mengingatkan bahwa rakyat menginginkan para politisi bersih dari narkoba dan turut berperan memerangi narkoba. Para politisi yang terlibat narkoba akan mendapat hukuman berat dari rakyat. 

***

Para politisi, sebagaimana kata ahli politik Alfian, adalah elit pemimpin yang transformasional, orang yang memiliki visi dan mampu membumikannya dalam program nyata dan berimbas pada pencerdasan politik publik. Politisi adalah orang yang terpanggil untuk berpolitik, dan politiknya adalah demi kesejahteraan rakyat. Menjadi politisi adalah memperbaiki Negara. 

Alfian selanjutnya mengingatkan berpolitik bukan mengejar kekayaan atau memproteksi diri dari masalah pribadinya. Itulah idealnya seorang pemimpin yang menjadi tumpuan harapan rakyat. 

Sayangnya, rakyat masih bersedih hati. Beberapa tahun terakhir ini kasus-kasus penyalahgunaan narkoba menimpa segelintir politisi. Padahal, politisilah yang mereka harapkan turut serta dalam menurunkan jumlah penyalahgunaan narkoba. 

Rakyat bersyukur, partai-partai politik sangat keras menghukum para kader-kadernya yang terlibat narkoba. Kader partai, anggota parlemen yang terlibat narkoba mendapat hukuman yang berat, bahkan dipecat. Ingat kasus Ate Dunggara, seorang kader PDIP Tasikmalaya dipecat sebagai anggota DPRD karena positif terlibat narkoba. (Kompas, 4 Januari 2013). Seorang kader Partai Demokrat (PD), Asep Oki Thakik yang duduk sebagai anggota Komisi A DPRD Karawang dipecat, terkait kasus penggunaan narkoba oleh AOT beberapa bulan sebelumnya. (Pikiran Rakyat, 9 April 2012). 

Tantangan negeri ini memerangi penyalahgunaan narkoba sungguh-sungguh serius. Kita tentu merasa ngeri membaca laporan-laporan di media dimana jumlahnya para pengguna narkoba di ibu kota Negara kita sendiri mencapai 300 ribu orang dan secara nasional mencapai 3,8 juta penduduk. 

Para politisi “harus” bersih dari narkoba agar angka-angka di atas bisa turun dengan membuat peraturan-peraturan yang mempersempit ruang gerak para pelaku penyalahgunaan narkoba. Pasalnya, negeri ini sudah mendapat cap sebagai negeri surga bagi pelaku kejahatan itu. Dengan kata lain, kalau para politisi tidak serius memberantasnya, maka negeri ini berada diambang kehancuran. 

Dr Soebagyo Partodiharjo mengatakan, narkoba dapat mengubah manusia menjadi kejam, tidak berperikemanusiaan, berbudi pekerti rendah, berperangai dan berahlak lebih buruk dari binatang. Narkoba bisa mengakibatkan kualitas sumberdaya manusia merosot, kriminalitas meningkat, kamtibmas terganggu, kerawanan ekonomi, kerawanan sosial politik dan kerawanan sosial budaya yang pada akhirnya mengancam keutuhan dan kehancuran bangsa. 

Adalah cita-cita yang agung dan sudah ditetapkan menjadi target nasional, Indonesia Bebas Narkoba 2015. Waktunya tinggal dua tahun lagi. Menuju cita-cita agung itu, politisi, bersama elemen-elemen lainnya harus menjadi barisan terdepan anti narkoba. 


Sebagai garda terdepan, para kader partai harus memiliki system rekruitmen yang memasukkan unsur bebas narkoba sebagai salah satu syarat. Mereka yang terbukti terlibat, tidak diberi peluang masuk dimanapun dalam struktur partai, apalagi direkomendasi mereka menjadi anggota parlemen, atau menjabat jabatan strategis di pemerintahan. 

Harian Jurnas 28 Januari 2013 mengingatkan partai-partai politik. “PARTAI Politik harus mewajibkan para calon anggota Legislatif (Caleg) pada Pemilihan Umum tahun 2014 untuk tes urine guna memastikan terbebas dari penggunaan narkotika dan obat terlarang lainnya. Sebab politisi pengguna narkoba akan mengancam masa depan Negara”. 

*** 

Para politisi mewakili kepentingan masyarakat, karena mereka memang terpanggil untuk itu. Mereka harus sempurna, sehat jasamani dan rohani. Ibarat pecandu bola yang sedang menonton pemain bola David Beckham yang bermain di lapangan, rakyat berharap mereka harus sempurna, kalau tidak mau menjadi bahan olok-olokan. 

Kita semua sadar, jam kerja politisi sangat ketat, banyak over time. Berbeda dengan pegawai biasa yang bisa masuk jam 08, pulang jam 16.00. Para politisi menghadapi masalah yang begitu kompleks, serta lingkungan pergaulannya yang tak terbatas yang kadang tidak mampu diidentifikasi secara detil. Pekerjaan politisi memang bisa mengundang stress. Tapi mereka harus mampu mengatasi masalah itu dengan mencari hiburan yang sehat. Berdiskusi dengan mahasiswa, menyuarakan suara rakyat di persidangan atau melalui media, mengunjungi para konstituennya, menampung keluhan mereka dan menuangkannya ke dalam peraturan yang pro-rakyat. 

Para politisi harus mampu belajar dari motto Pegadaian: “menyelesaikan masalah tanpa masalah”. Bukan menyelesaikan kepenatan atau lari dari masalah dengan lari ke narkoba. Masalah tidak selesai, malah menambah masalah baru. Mereka harus ingat, dunia narkoba sangat erat dengan pelacuran, korupsi, manipulasi serta kriminalitas. Menghancurkan dirinya sendiri dan bangsa ini. 

*** 

Rakyat berharap banyak kepada para politisi kita sebagai icon anti narkoba. Memasuki Pemilu 2014, bangsa ini memiliki kader-kader partai yang bersih dari penyalahgunaan narkoba. Para politisi hendaknya menjadi garda terdepan untuk memerangi narkoba yang sudah merangsek ke segala profesi di negeri ini. 

Dr Soebagyo Partodiharjo telah membuka mata kita semua bahwa “Kualitas suatu bangsa dibangun di atas kualitas sumberdaya manusianya. Narkoba tidak hanya merusak generasi muda, tetapi juga pejabat dan aparat, polisi dan politisi, pengusaha dan penguasa, ayah dan ibunda, semua lapisan dan kelompok masyarakat. Dalam peperangan melawan penyalahgunaan narkoba, pencinta negeri ini bersatu padu bahu membahu”. (Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya, dr Soebagyo Partodiharjo, ” 

Memasuki Pemilu 2014, mari bahu membahu memerangi narkoba, pilihlah politisi yang tak terkait atau anti narkoba. Ingat, politisi yang terlibat penyalahgunaan narkoba mengancam tujuan proklamasi 17 Agustus 1945!. (Dimuat di Harian Analisa, 18 Maret 2013)

Kamis, 14 Maret 2013

Pengalaman John Naisbit Membaca Buku dan Menulis (Harian Medan Bisnis, 28 Desember 2012)


Photo: John Naisbitt


Oleh : Jannerson Girsang




Pengalaman John Naisbit adalah contoh pembaca  dan penulis yang banyak menginspirasi dunia. Membaca membuatnya menjadi seorang penulis terkenal dunia dan telah menghasilkan berbagai buku best seller. Karya-karyanya mendunia dan memberi inspirasi bagi umat manusia melalui buku-buku terkenalnya Megatrend, Megatrend 2000, Mindset dan lain-lain.



Membaca bagi John Naisbit adalah membuka pintu dunia, merubah pandangan seseorang tentang dunia sekitarnya. Sebuah buku bisa merubah cara berfikir, dan  menularkannya kepada masyarakat melalui media (buku, artikel dan lain-lain).



”Pintu dunia itu benar-benar terbuka, saat saya untuk pertama kalinya membaca buku. Saya menemukan dunia dimana apapun yang terjadi. Setelah meninggalkan Utah, dunia bagaikan buku yang saya baca. Halaman demi halaman saya terbuka. Tiap halaman mengajarkan sesuatu yang baru,” demikian Naisbit menggambarkan bagaimana membaca buku merubah pemikirannya atas dunia sekelilingnya. 



Pria kelahiran Utah, 15 Januari 1929 itu mampu merubah pandangannya terhadap dunia, merubah nasibnya. Dia yang semula diharapkan menjadi missionaris, ternyata menjadi seorang penulis yang kini dijuluki futuris paling terkemuka di era modern dan filsuf global.



***



Dalam buku Mindset, Naisbitt menjelaskan bagaimana membaca telah membuka pikirannya atas apa yang terjadi di sekitarnya. Ditambah pengalaman dan pengetahuannya, dia menuliskannya melalui buku-bukunya serta media lainnya.

Megatrends adalah sebuah buku karya Naisbitt yang menyentuh angka penjualan 9 juta kopi. Kisah Naisbitt menulis Megatrends adalah sebuah teladan bagi penulis bagaimana peristiwa-peristiwa di sekitar penulis digabungkan dengan pengalaman dan pengetahuannya, menghasilkan karya-karya bermutu.



Tiap membaca buku dan mengamati sekelilingnya, Naisbit memperoleh inspirasi baru dan menghasilkan ”lampu” baru bagi masyarakat dunia.  ”Suatu hari, saya membeli koran Seattle Times di sebuah kios surat kabar di luar kota Chichago. Berita utama koran itu mengangkat isu bahwa dewan sekolah setempat telah mengambil suara untuk mendukung paket reformasi baru. Mata saya menyapu berbagai kepala berita di beberapa surat kabar lokal yang dijual di kios itu. Tiba-tiba, saya menyadari bahwa dengan membaca koran-koran lokal setiap hari, saya bisa menangkap pola-pola perubahan yang terjadi di seluruh negeri. Saya bisa menyibak apa yang terjadi di AS. Sayapun menemukan sebuah kunci yang selama ini dicari-cari—sebuah ilham”.



Awalnya apa yang mereka ketahui dan kesimpulan-kesimpulan yang mereka buat di muat dalam Urban Crisis Monitor. Dalam dasawarsa berikutnya, Naisbitt bekerja sama dengan berbagai perusahaan besar dan belajar lebih banyak lagi tentang masyarakat Amerika melalui metode konten analisis (content analysis method) adalah sebuah laporan yang memuat tentang apa yang diketahuinya dari kesimpulan Naisbitt bersama rekan-rekannya.



Penulis adalah orang yang mampu melihat sesuatu yang baru. Bukunya Megatrend mampu membuka mata dunia apa yang akan terjadi 2010, 2030. Memberi arah bagi manusia untuk menyikapi perkembangan baru.



***



Buku membuat pandangan umum berubah. Naisbitt meninggalkan desa kelahirannya di usia 17 tahun. Desa yang digambarkannya terkungkung oleh pegunungan Utah dan aturan-aturan Mormon.  Cara pandang masyarakat di sekitarnya adalah nasib seseorang sudah ditentukan berdasarkan pandangan hidup yang berlangsung generasi ke generasi.   



”Kehidupan kami sudah ditentukan, dan saya semula diharapkan menjadi missionaris. Selama dua tahun, saya pergi kemanapun gereja mengirim saya—begitu Tuhan memanggil, tidak ada kata tidak,”ujarnya.



Pandangan yang tidak berbeda dengan penduduk daerah pegunungan di wilayah Saribudolok, Simalungun dimana saya dibesarkan hingga masa remaja. Tiap hari, hanya berhadapan dengan Gunung Singgalang, Sipiso-piso, Sinabung, Sibayak.



Orang tua menasehatkan kami sekolah dan keluar kampung menjadi pegawai negeri, perawat, guru, pendeta di kota. Hampir tidak ada orang tua yang menginginkan anaknya menjadi petani apalagi menjadi penulis. Kita perlu waktu untu merubahnya, sehinga suatu ketika kita menghasilkan seorang penulis sekaliber Naisbit.          



Bagi penulis, membaca tidak hanya sekedar membolak balik buku dan mengisi otaknya dengan pengetahuan yang hanya berguna bagi dirinya sendiri. Dia harus berubah dan perubahan pemikirannya menghasilkan karya-karya baru, pandangan-pandangan baru yang mampu menjelaskan apa yang terjadi, dan bagaimana masyarakat menyikapi keadaan agar mampu menjalani kehidupannya secara kreatif. Hidup mereka menjadi berkat bagi orang lain.  



Membaca buku membuka mata Naisbitt yang tumbuh di  sebuah perkebunan gula di Selatan Utah di sebuah komunitas Mormon bernama Glenwood, membuatnya menjadi penulis terkenal. Naisbit bisa merubah pikirannya dan dunia ini melalui membaca dan menulis,  memberi ”lampu” penerangan bagi masyarakat di sekitar kita?.  Sebuah tantangan bagi para penulis yang ingin eksis!

Dimuat di Harian Medan Bisnis, 28 Desember 2012 




Tips Menghadapi Hambatan Menulis



Writers on Writing: Overcoming Writer's Block 
 Photo: Daniel Pinkwater, penulis buku anak-anak.


Oleh: Jannerson Girsang[1]

Menulis terus menerus?. Tidak gampang, karena kata William Goldman, seorang penulis terkenal, "Hal termudah dilakukan di dunia ini bukanlah menulis.", sementara "Kewajiban penulis adalah terus menulis.". (William Styron)

Anda perlu energi dan inspirasi. Perlu nasehat dan inspirasi dari pengalaman para penulis lainnya. Mungkin 2013 Anda sudah menetapkan target menulis sesuatu, apakah itu menulis buku, artikel di media, atau tulisan-tulisan yang lain. Suatu ketika, Anda pasti menghadapi hambatan menulis (writer’s block). Pengalaman saya dan banyak penulis mengatakan demikian. Ada masanya kita merasa jenuh, sulit menangkap ide, apalagi merumuskannya.

****

Beberapa bulan yang lalu saya menemukan artikel yang ditulis oleh Richard Norquist http://grammar.about.com/od/yourwriting/a/wblockquotes.htm. Richard Nordquist, Ph.D. dalam bahasa Inggeris, seorang professor emeritus retorik dan Bahasa Inggeris di Armstrong Atlantic State University.

Dia mengumpulkan pengalaman-pengalaman penulis besar dan menyusunnya dalam tahapan-tahapan dimana kemungkinan menghadapi kesulitan menulis. Mulai dari tahapan memulai, menangkap ide, mengatasi hal-hal buruk, membangun sesuatu yang rutin, dan terakhir, menulislah!.  Melalu pengalaman-pengalaman mereka Anda akan dibekali semangat dan kekuatan untuk memulai menulis.

Tips ini menginspirasi saya saat menghadapi jenuh menulis. Setelah berbulan-bulan tidak menulis, Desember 2012, enam artikel dapat saya tulis dalam waktu hanya satu minggu dan dimuat secara bertahap di dua media lokal terkemuka di Medan.

****

Manakah bagian tersulit dalam menulis? Atau, dengan kata lain, tahap manakah dari proses menulis yang paling sulit? Apakah membuat draft (drafting)?.  Revisi?.  Mengedit?. Pemeriksaan akhir (proofreading)?.

Bagi banyak orang, dan bagi saya sendiri bagian tersulit dari semuanya adalah memulai. Duduk di depan layar komputer hanya menghasilkan  kertas kosong, menggulung lengan baju, dan tak menghasilkan apapun.

Saya  ingin menulis, mungkin menghadapi tenggat waktu yang harus memaksa saya  menulis. Tapi bukannya termotivasi atau terinspirasi, saya makin cemas dan frustrasi. Dan perasaan negatif dapat membuat keadaan lebih sulit  memulainya. Itulah yang disebut  writer’s block (hambatan penulis). 

Tapi, tidak perlu bersedih kalau suasananya demikian. Kita tidak sendirian, kata Richard. Banyak penulis profesional - fiksi dan nonfiksi, puisi dan prosa-pernah mengalami frustasi yang hanya menghasilkan halaman kosong.

Ketika muncul pertanyaan tentang hal yang paling menakutkan, novelis Ernest Hemingway berkata, "Selembar kertas kosong." Dan tidak kurang dari  Master of Terror sendiri, Stephen King, mengatakan bahwa "saat paling menakutkan adalah  sebelum Anda mulai (menulis).  Setelah itu, segalanya akan lebih baik."

Jangan frustrasi. Temukan cara untuk mengatasi hambatan menulis, berikut ini tips dari para penulis yang disarikan Richard Nordquis dari pengalaman-pengalaman penulis besar.

1. Memulai

"Hal termudah dilakukan di dunia ini bukanlah menulis.". (William Goldman)

"Menulis merupakan  90 persen prokrastinasi:.  Membaca majalah, makan sereal dengan cara yang tidak biasa, menonton infomersial. Soalnya  melakukan apa saja menghindari menulis, sampai sekitar jam empat pagi dan Anda mencapai titik di mana Anda harus. menulis"(Paul Rudnick)

"Seni menulis adalah seni menempatkan celana duduk di kursi". (Mary Heaton Vorse)

"Salah satu hal paling sulit adalah menulis paragraf pertama. Saya berbulan-bulan membuat paragraf pertama, dan sekali saya memperolehnya, sisanya datang dengan sangat mudah.". (Gabriel Garcia Marquez)

"Rahasia memperoleh lebih dahulu adalah memulainya lebih dahulu. Rahasia memulai adalah keluar dari  tugas-tugas kompleks Anda ke dalam tugas kecil yang bisa dikelola, dan mulai dari awal,”. (Mark Twain)

2. Menangkap Ide

"Saya selalu membawa notebook kemanapun saya pergi. Tetapi itu hanya langkah pertama. Ide begitu mudah. Ide adalah pelaksanaan ide-ide yang sungguh-sungguh memisahkan domba dari kambing". (Sue Grafton)

"Menulis, terdiri dari tahapan mencipta—saat anda mencari ide, anda menjelajah, Anda melempar sekitar (cast around) tentang apa yang ingin anda katakan. Seperti fase pertama sebuah bangunan, fase penciptaan adalah penuh dengan kemungkinan.". (Ralph Waldo Emerson)

"Sebenarnya ide ada dimana-mana. Dia adalah kertas kerja, yakni, duduk dan memikirkan ke dalam kisah yang koheren, mencoba menemukan kata-kata yang tepat" (Fred Saberhagen)

"Jangan pernah berhenti menulis sebab anda akan meninggalkan ide-ide. Isi kekosongan inspirasi dengan menyalin dengan rapi apa yang sudah ditulis”. (Walter Benjamin)

"Saya sudah sering mengatakan bahwa tidak ada hambatan penulis,. Masalahnya adalah ide yang terhambat.  Ketika saya sedang bête atau pikiran beku - apakah saya sedang bekerja pada sebuah bagian kecil dalam sebuah novel atau brainstorming tentang seluruh buku - itu biasanya karena aku mencoba ide menjadi bagian atau cerita di mana tidak ada tempat ". (Jeffery Deaver)

3. Mengatasi Hal-hal Buruk

"Kita tidak bisa sebaik apa yang kita inginkan, dengan demikian pertanyaannya, bagaimana kita mengatasi keburukan atau kejahatan kita?" (Nick Hornby)

"Anda jangan mulai menulis hal-hal yang baik. Anda mulai menulis omong kosong dan berpikir hal-hal yang baik itu,. Dan kemudian secara bertahap Anda mendapatkan lebih baik. Itulah sebabnya saya mengatakan salah satu ciri yang paling berharga adalah ketekunan." (Octavia Butler)"

"Orang-orang mengalami writer’s block bukan karena mereka tidak bisa menulis, tetapi karena mereka putus asa menulis dengan fasih (eloquent)." (Anna Quindlen)Butler)"

"Kalau saya menunggu sempurna, maka saya tidak akan pernah menulis sebuah katapun". (Margaret Atwood)

"Jangan inginkan benar, tetapi buatlah tertulis" (James Thurber)

"Apa yang ingin saya lakukan adalah menulis. Saya bisa menulis dua minggu ‘the cat sat on the mat, that is that, not a rat.’ Dan itu bisa saja paling membosankan dan mengerikan. Tapi saya mencoba. Ketika saya menulis, saya menulis. Dan kemudian seolah-olah muse tersebut yakin bahwa aku serius dan berkata, 'Oke. Oke. Aku akan datang”. Maya Angelou.

"Saya kira “writer's block” adalah hanya ketakutan bahwa Anda akan menulis sesuatu yang mengerikan. Tapi sebagai seorang penulis, saya percaya bahwa jika Anda duduk di tombol cukup lama, sesuatu yang cepat atau lambat akan keluar. "  (Roy Blount, Jr.)

"Turunkan standar anda dan teruslah menulis". (William Stafford)

4. Bangun Sesuatu yang Rutin 

"Saya hanya menulis ketika saya terinspirasi. Untungnya, saya terisnpirasi jam 9 setiap pagi". (William Faulkner)

 "Saya adalah seorang penulis yang lambat: bisa menulis lima, enam ratus kata adalah hari baik.  Itu sebabnya saya memerlukan waktu 20 tahun menulis satu setengah juta kata tentang Perang Civil (Civil War)." (Shelby Foote)

 "Aku menetapkan diri menulis 600 kata per hari sebagai output minimal, terlepas dari cuaca, keadaan pikiran saya atau jika saya sakit atau sehat." (Arthur Hailey)

 "Sepanjang karir saya, saya telah menulis 1.000 kata per hari -. Bahkan jika saya pusing. Anda harus mendisiplinkan diri jika Anda profesional Tidak ada cara lain.."(J.G. Ballard)"

"Saya menulis 2.000 kata per hari ketika saya menulis Kadang-kadang membutuhkan waktu tiga jam, kadang-kadang membutuhkan lima.." (Nicholas Sparks)

"Aku harus masuk ke dalam semacam zona. Ini ada hubungannya dengan ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, yang merupakan bottom line mutlak menulis.." (Stephen Fry)

"Tutup pintu. Tulislah tanpa ada orang yang melihat dari atas bahu Anda. Jangan mencoba mencari tahu apa yang orang lain ingin dengar dari Anda,.. Mencari tahu apa yang harus Anda katakan. Ini adalah satu hal dan hanya Anda tawarkan.. " (Barbara Kingsolver)

5. Tulis!

"Kalau Anda ingin menulis, tulislah. Itu aturan pertama"(Robert Parker)

"Hambatan  saya adalah karena dua faktor yang tumpang tindih:. Kemalasan dan kurangnya disiplin" (Mary Garden)"

 "Merencanakan menulis bukanlah menulis. Membuay garis besar atau outline -. Meneliti - berbicara dengan orang tentang apa yang Anda lakukan, bukanlah menulis. Menulis adalah menulis.." (E. L. Doctorow)

"Jika Anda adalah seorang jenius, Anda akan membuat aturan sendiri, tetapi jika tidak - dan kemungkinan besar terhadap hal itu - pergi ke meja Anda, tidak peduli apa suasana hati Anda, menghadapi tantangan es kertas (icy challenge)- tulis .". (J. B. Priestly).

"Untuk menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis adalah menulis.".  (Gertrude Stein)

"Kewajiban penulis adalah terus menulis.". (William Styron)

"Membaca banyak. Menulis banyak.  Bersenang-senanglah". (Daniel Pinkwater)

Semoga menginspirasi Anda dan lebih bersemangat menulis di 2013!.




[1] Kolumnis dan Tinggal di Medan