My 500 Words

Kamis, 14 Maret 2013

Indonesia Bebas Narkoba 2015 (Medan Bisnis, 31 Januari 2013)



Oleh: Jannerson Girsang

DI tengah-tengah bangsa ini berjuang menuju Indonesia bebas narkoba, Bangsa Indonesia dikejutkan oleh peristiwa penggrebekan rumah seorang presenter terkenal, Rafi Ahmad, karena diduga mengadakan pesta narkoba.

Sebanyak 17 orang digelandang ke Kantor BNN. Dua di antaranya adalah idola saya, Rafi dan Wanda Hamid. Saya sering menyaksikan pria ganteng ini  sebagai presenter di salah satu televisi swasta, dan Wanda Hamid wanita berparas menarik yang selama ini saya kenal vokal menyuarakan keadilan. Saya turut sedih dan prihatin.

Kok idolaku punya teman-teman yang terlibat narkoba ya? Tak nyangka sedikitpun! Tapi, apapun status mereka, nantinya di depan hukum, peristiwa ini perlu saya dan bangsa ini jadikan sebagai pelajaran. Peristiwa ini setidaknya memberi sinyal bagi seluruh bangsa ini dalam dua hal.
Pertama, publik figur (artis dan politisi) yang memiliki banyak penggemar adalah idola masyarakat. Terlepas dari nantinya terbukti atau tidak bagi kedua idola saya ini, seluruh bangsa ini sepakat bahwa artis dan politisi harus bebas narkoba dan menjadi model anti narkoba. Bahkan ketika memiliki teman pengguna dan pengedar narkobapun, mereka harus  melaporkannya ke pihak kepolisian.

Kedua, peristiwa ini terjadi di tengah-tengah usaha seluruh bangsa untuk mencapai target nasional: Bebas Narkoba 2015. Saat bangsa ini sedang memperbaiki citra atas pemberitaan media-media nasional yang banyak melaporkan Indonesia masih menjadi "surga" bagi peredaran narkoba.

Artis dan Politisi: Model Anti Narkoba
Penggerebekan rumah Rafi Ahmat di Jakarta,  Minggu (26/1) pagi, sontak membuat banyak kalangan kaget. Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahok sendiri tidak percaya, kalau Wandah terlibat narkoba. Dalam benaknya, seorang politisi tak pernah membayangkan punya kaitan dengan penyalahgunaan narkoba.

Apa yang saya interpretasi dari benak  A Hok, tentu sama dengan harapan seluruh bangsa ini. Artis dan politisi adalah anti narkoba. Mereka tidak boleh menjadi pengguna, pengedar, atau tindakan apapun yang berkaitan dengan maraknya narkoba. Mereka adalah orang-orang sempurna: cantik atau ganteng, pintar, menjadi teladan. Tentu, tidak pernah menggunakan narkoba.

Rafi selama ini dikenal sebagai presenter kondang. Wanda Hamidah seorang aktivis perempuan yang kemudian menjadi anggota DPRD DKI, dikenal sebagai politisi bersih, pekerja keras dan vokal menyuarakan suara rakyat. Semua penggemarnya akan marah dan rating popularitasnya akan turun, kalau berurusan dengan narkoba.

Menurut Sanusi, Ketua Fraksi Gerindera DPRD DKI, harusnya anggota dewan tak boleh berurusan dengan narkoba. Berpesta sampai larut malam saja sudah bertentangan dengan kode etik dewan. "Terlepas dari itu (narkoba) semua harus sadar, walaupun anggota dewan menurut undang-undang bukan pejabat negara, tapi pejabat publik. Jadi harus menjaga etika. Kejadian seperti ini sangat mencoreng nama dewan. Dan menurut saya, dewan wajib memanggil dia (Wanda). Terlepas dia menggunakan atau tidak, BK wajib memanggil dia, meminta kejelasan," katanya. Tak mudah menjadi publik figur!

Sayangnya, para tokoh di atas tidak belajar dari pendahulunya. Sudah banyak rekan-rekan mereka yang mendapat hukuman berat akibat keterlibatannya tersangkut barang haram ini. Sebut saja beberapa nama seperti Roy Martin, Pedangdut Putri Vinata, Alba Fuad, Iyut Bing Slamet, Revaldo (pemain sinetron Ada Apa Dengan Cinta), Ibra Azhari,  Andhika Kangen Band, drummer grup band P@di, Yoyo dan lain-lain. 

Wanda Hamidah (yang masih dalam pemeriksaan hingga artikel ini ditulis) bukan politisi pertama berurusan dengan narkoba. Sebelumnya beberapa politisi sempat menghiasi media karena keterlibatannya dalam kasus narkoba, seperti Ate Dunggara (Tasikmalaya), Asep Oki Thakik (Karawang).

Kita pantas bersyukur, partai-partai mendukung tindakan kepolisian, serta memberikan sanksi tegas. Mendengar peristiwa penggerebekan itu, Wakil Ketua DPP Partai PAN, Wibowo Drajat mengingatkan akan memberikan sanksi tegas dan berat bagi kader yang terlibat narkoba. "Kalau hasilnya positif, dia langsung dicopot dari DPRD DKI Jakarta," kata Dradjad. Artinya partai PAN sangat anti narkoba.

Sebelumnya politisi yang terlibat narkoba sudah dihukum keras. Ate Dunggara, seorang kader PDIP Tasikmalaya dipecat sebagai anggota DPRD karena positif terlibat narkoba. (Kompas, 4 Januari 2013). Seorang kader Partai Demokrat (PD), Asep Oki Thakik yang duduk sebagai anggota Komisi A DPRD Karawang dipecat dari keanggotaan partai akhir Maret 2012. Pemecatan itu terkait kasus penggunaan narkoba oleh AOT beberapa bulan ssebelumnya. (Pikiran Rakyat, 9 April 2012). 

Mari kita jadikan peristiwa penggerebekan Minggu lalu  sebagai momen mengingatkan kembali seluruh bangsa ini bahwa 2015 adalah Indonesia Bebas Narkoba. Bebas Narkoba tentu bukan berarti tidak ada satupun masyarakat yang menyalahgunakan narkoba.

"Artinya bukan berarti nol. Free itu adalah untuk mencapai jadi ada suatu indikator keberhasilan. Kalau indikator berarti ada angka-angka capaian yang ingin dicapai di masing-masing bidang," jelas Goris Mere, mantan Kepala BNN dalam situs http://dedihumas.bnn.go.id. Saat ini BNN memiliki tiga bidang yakni, pencegahan, rehabilitasi dan bidang pemberantasan.

Seluruh bangsa ini wajib mendukung target bangsa ini: Indonesia Bebas Narkoba 2015. Serta mencatat bahwa :"…., pemberantasan narkoba bukan hanya tugas Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Polri saja, namun seluruh masyarakat juga ikut bertanggung jawab untuk memberantas narkoba. Mari seluruh masyarakat Indonesia mendukung tugas mulia ini. Jangan beri ruang kepada peredaran narkoba. Semoga!  Penulis adalah seorang kolumnis

Dimuat di Rubrik Wacana Harian Medan Bisnis, Kamis, 31 Jan 2013.

Tidak ada komentar: