My 500 Words

Sabtu, 15 Februari 2014

Inspirasi Bagi Para Penulis: Kisah Andrea Hirata Sepanjang 2013 (Harian Analisa, 15 Pebruari 2014)


Oleh: Jannerson Girsang.

Andrea Hirata terus melanjutkan prestasi menulisnya di level internasional. Sepanjang tahun 2013, Andrea Hirata, penulis Tetralogi Lasykar Pelangi itu berkeliling menemui penggemarnya di Eropa, Australia dan negeri lain, serta meraih pemenang pertama di New York Book Festival 2013, AmerikaSerikat. Langkah-langkahnya menjadi inspirasi bagi para penulis, jerih payahnya membuat kebanggaan baru bangsa ini.

Dia tidak mengikuti irama para koruptor yang asyik mengelak bagaimana supaya hukumannya “bebas murni”, tidak turut kampanye memasang spnaduk dan “bagi-bagi duit” yang dilakonkan banyak caleg untuk menarik simpati menjelang Pemilu April 2014.

Andrea Hirata bekerja keras meraih prestasi. Prestasi yang meyakinkan penduduk Indonesia bahwa menulis sama seperti profesi lainnya, mampu berdiri sejajar, bahkan politikus ulung sekalipun. Andrea Hirata makin meyakinkan banyak penulis, khususnya penulis muda yang tertarik menulis untuk mengikuti jejaknya.

Laskar Pelangi: Menciptakan Kebanggaan Baru Indonesia

Andrea Hirata membuktikan bahwa Indonesia tidak hanya dikenal sebagai negeri yang menempati ranking pertama korupsi, gelar yang sangat memalukan dan merendahkan martabat bangsa. Melalui bukunya Laskar Pelangi, Andrea Hirata menciptakan kebanggaan baru Indonesia, setidaknya merehabilitasi gelar memalukan itu. Indonesia memiliki novelis kelas dunia.

Menurut harian Indonensia berbahasa Inggeris, The Jakarta Post (29 Oktober 2013), buku Laskar Pelangi sudah diterbitkan di 100 negara dan diterjemahkan ke dalam sekitar 30 bahasa selain bahasa aslinya, Indonesia. Betapa bangganya memiliki penulis Indonesia yang disambut semarak di luar negeri.

Bagi saya, setiap membaca buku Laskar Pelangi, tidak hanya menikmati buku yang sangat menginspirasi itu, tetapi memuncukkan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Jutaan penduduk dunia mencintai buku itu, tidak hanya bangsa di negeriku sendiri. Dunia terhenyak, bahwa ada orang Indonesia yang mampu menulis autobiografi yang dirindukan dunia. Kisah sederhanya yang ditulis dengan hati dan pesan yang universal.

Setidaknya Andrea Hirata menutup aib Indonesia di media-media asin dengan berita koruptor yang masuk ke Pengadilan Tipikor. Berita Indonesia menjadi berbeda. The New York Times misalnya mengisi kisah Lasykar Pelangi yang diterjemahkan The Rainbow Troop di dalam pemberitaaannya. Penjelasan tentang pulau Belitung dirilis dalam harian dengan oplah jutaan eksemplar itu dengan kisah menginspirasi.

Penulis yang hebat mampu menjelaskan cerita menginspirasi dari negeri bernama Indonesia dengan sangat apik. HarianThe New York Times menulis LasykarPelangi (Rainbow Troop) sebagai berikut, “The island of Belitong, Indonesia. Two teachers, Muslimah and Harfan, eagerly await the beginning of the new school year and the arrival of their new pupils. At least ten pupils need to attend their Islamic primary school, otherwise the educational authority will close them down. No wonder they are both nervous. Fortunately, ten students end up registering for school—most of the children being from families of poor day laborers. Muslimah decides to call the group of first graders the “rainbow troops.” Following the children over a period of five years, we observe as these disadvantaged children struggle for the right to make their dreams reality”.

Kecintaan saya, mungkin para pembaca bukuitu, bukan hanya membaca bukunya, tetapi rindu melihatapa saja yang dilakukan penulisnya. Andrea Hirata menjadiidola.Tentu lebih positif, dari pada mengidolakan para “koruptor”, sebagaimana sudah merasuk pikiran para anak muda negeri ini.

Saya sangat senang menonton dialognya di televisi. Dialog Sarah Seehan di TV Net bulan Nopember 2013 merupakan tontonan yang menginspirasi, ketimbang menonton banyak dialog korupsi yang disiarkan berjam-jam, tanpa makna bahkan makin lama makin menyebalkan.

Di sela-sela acara dialog itu ditayangkan televise swasta Indonesia beberapa kegiatan Andrea Hirata sepanjang 2013: Peluncuran buku di Italia, Jerman dan menjadi dosen tamu di Adelaide Australia.

Andrea bekeliling ke Italia untuk menghadiri peluncuran novel Laskar Pelangi edisi Italia yang berjudul La Scuola Ai Confini Del Mondo yang diterbitkan Rizzoli. Usai acara, para pembeli berebut tandatangannya.

Selain menyaksikan orang-orang Italia yang sedang membaca bukunya, saya menyaksikan reaksi pembeli buku orang Jerman dalam bahasa local di Jerman dengan cetakan yang lebih mewah dari aslinya di Indonesia. Tidak hanya orang Italia, orang Spanyol, Jepang, Bulgaria, dan berbagai Negara yang menggunakan bahasa Inggeris.

Wajah mereka menunjukkan rasa kagum. Komentar-komentar mereka sangat membanggakan.“Bagus, bagus sekali bukunya” ujar seorang pembaca dalam bahasa Italia, karena hari itu berlangsung peluncuran buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa negeri seribu kanal itu.

Bangga dengan orang yang membuat dunia bangga. Bukan bangga dengan orang yang membuat rakyat menderita.

Terbaik di New York Book Festival

Hal yang paling mengesankan adalah Lasykar Pelangi, novel yang berlatar kehidupan anak sekolah di era 60-an di pulau Belitung, penghasil timah, mendapat penghargaan di Amerika Serikat. Negeri yang dikenal sangat menghargai prestasi tanpa membedakan latar belakang suku, agama dan ras.

Novel yang dalam edisi Amerika Serikatnya berjudul The Rainbow Troops tersebut terpilih menjadi pemenang pertama untuk kategori general fiction pada festival buku yang sangat bergengsi, yaitu New York Book Festival 2013 yang berlangsung di Hotel Radisson Martinique, 21 Juni2013. Tahun lalu (2012) pemenang kategori yang sama adalah buku Amerika, Patchwork of Me yang ditulis Gregory G. Allen.

Yang lebih membanggakan lagi, karya Andrea Hirata mengungguli penulis AS Samuel Finlay yang hanya terpilih sebagai runner up, dengan karyanya Breakfast with The Dirt Cult di tempat kedua, serta 20 penulis lainnya yang mendapat penghargaan dalam kategori general fiction. Bangga dong memiliki penulis Indonesia seperti Andrea Hirata!.

Prestasi itu sekaligus membuat penulisnya melakukan instropeksi diri, bukan menyombongkan diri..

”Mimpi lamaku agar novelku dapat diterbitkan oleh penerbit-penerbit ternama kelas dunia, seperti Hanser Berlin, Rizzoli, dan Mercure de France, akhirnya tercapai. Rasanya senang melihat novelku dipajang di toko-toko buku di Eropa. Kuharap penulis-penulis muda Indonesia terinspirasi dan tertantang untuk meraih pembaca di seluruh dunia,” kata Andrea.

Hal penting dan menjadi pelajaran bagi penulis di tanah air, adalah ungkapan Andrea Hirata berikut ini. “Ini memberi saya begitu banyak dorongan,”katanya. “Saya sadar bahwa saya sekarang menghadapi audiens internasional canggih, sehingga definisi tertulis saya budaya Indonesia harus diperluas.

Salah satu tantangan adalah menciptakan karakter. Saya mencoba untuk menulis kalimat saya untuk mengungkapkan peristiwa epic terjadi pada orang-orang biasa,” seperti dikutip The Jakarta Post.

Sebuah pemaknaan yang menunjukkan kerendahan hati seorang penulis. Andrea adalah seorang yang sederhana, tidak memoles-moles profilnya seperti banyak dilakukan para caleg menuju Pemilu 2014. Tidak langsung berbusung dada ketika mencapai puncak, tetapi terus menyempurnakan diri, belajar terus menerus memperbaiki kemampuannya.

Selain itu, menurut penulisnya sendiri, sebagian royalty tulisannya akan disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan yang mencerdaskan bangsa. Mirip langkah yang dilakukan James Patterson, penulis dengan pendapatan paling tinggi di Amerika Serikat yang banyak membantu masyarakat dunia dari hasil tulisan-tulisannya.

Andrea Hirata pantas menjadi icon penulis Indonesia abad ke 21. Kisahnya menginspirasi para penulis untuk terus mengembangkan diri, belajar tidak henti. Dia telah membuktikan kemampuan penulis Indonesia. Penulis Indonesia itu hebat!. Kuncinya, bekerja keras, belajar dan jangan terus merengek dan mengeluh!. ***

Penulis adalah penulis biofrafi, berdomisili di Medan.

Tidak ada komentar: