My 500 Words

Rabu, 05 Februari 2014

Ruliah Haloho: Perempuan Menginspirasi dari Simalungun


Desember 2013 lalu, saya menerima telepon dari Ruliah Haloho. Kaget, karena dipesan menuliskan kesan dalam buku otobiografinya. “Siapa ini,” saya bertanya, karena nomor teleponnya tidak kukenal, tetapi samar-samar ingat suaranya. 

Ternyata yang memanggil adalah Ruliah Haloho. Seorang perempuan Simalungun yang paling kukagumi. Saya sangat senang menuliskannya, walau terasa buru-buru dan saat yang sama saya menulis buku otobiografi seorang tokoh dari Jakarta. 

Usia saya dan Ruliah terpaut sekitar 27 tahun. Perkenalan pertama kami adalah sekitar 1986, saat saya menjadi dosen dan kemudian Rektor di Universitas Simalungun (USI) 1988-1990. Saat itu beliau menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Simalungun. 

Pertemuan pertama itu membuat kami seolah tiada batas usia dan senantiasa setara membicarakan apapun. Dalam setiap pertemuan dengan beliau, baik di pesta atau acara perayaan gereja, saya selalu mendapat inspirasi dan semangat baru. Beliau adalah seorang perempuan yang bersemangat dan berfikir positif, kreatif dan peduli. Pertemuan terakhir saya adalah Desember 2012, saat putri pertama saya Clara Girsang menikah di Jakarta. Bertemu dengan Ruliah adalah mendapat inspirasi dan semangat baru!. 

Beliau begitu perhatian kepada ketiga putri kami dari almarhum Parker Girsang, dan saudara-saudara saya di Bekasi, tempatnya bermukim sekarang ini. Kepedulian ini juga menular kepada putranya Chrismas Haloho dan putrinya Triana Haloho. Kami jadi seperti saudara. 

Kesan saya  yang paling mendalam adalah ketika kami mengumpulkan dana untuk sebuah perayaan Natal, keluar masuk PTP menemui para pejabat Simalungun yang ada di PTP, bersama inang Damertina Saragih (juga seorang aktivis perempuan Simalungun yang banyak terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial). Saat itu kami pulang sudah malam hari. Tetapi beliau tidak pernah kelihatan lesu. Selalu bersemangat dan membicarakan hal-hal yang bervisi jauh ke depan.

Tahun 1990, saya meninggalkan Pematangsiantar dan bermukim di Medan. Kontak hamper terputus dan saya memang kehilangan inspirasi dari seorang guru dan inspirator. Lama sekali kami tidak bertemu, dan suatu ketika saya memerlukan beliau. Ketika itu, 2004, saya menulis buku “Anugerah Tuhan yang Tak Terhingga” buku biografi Pdt Armencius Munthe, MTh (mantan Ephorus GKPS). 

Ketika diinformasikan beliau salah satu yang ditunjuk Pdt A Munthe mengisi kesan dan pesan dalam buku itu, saya makin meyakini bahwa inang ini adalah orang yang istimewa di GKPS. Saya memiliki kesan lebih mendalam tentang kiprahnya di GKPS. Seorang yang mampu belajar cepat dan memiliki kemauan maju yang luar biasa. Kesan saya, beliau mengerjakan sesuatu tuntas dan tepat waktu. Kata-katanya menginspirasi dan tidak pernah meremehkan orang lain.

Ruliah adalah contoh perempuan desa Simalungun yang dengan kegigihannya telah menempatkan dirinya unggul di zamannya. Dari seorang guru menjadi anggota DPRD, serta peduli kepada perkembangan Simalungun. 

Semoga buku ini menjadi inspirasi bagi perempuan Simalungun, dan masyarakat Simalungun pada umumnya. 

Selamat Ulang Tahun ke 79 dan semoga sehat selalu dan tetap berkiprah sebagai inspirator di tengah keluarga, gereja dan masyarakat.  

Medan, Januari 2014.
St Ir Jannerson Girsang

Tidak ada komentar: