My 500 Words

Jumat, 03 Juli 2009

TOKOH WARTAWAN DI INDONESIA


RESENSI JAGAT WARTAWAN INDONESIA

Membuat profil 111 orang wartawan yang berusia 60 tahun pada suatu masa dengan rata-rata 6-7 halaman setiap profil bukan hal yang mudah. Sebuah hasil kerja keras yang menuntut ketekunan dan kesabaran. Hasil karya ini kemudian dibukukan dalam “Jagat Wartawan Indonesia” setebal 633 halaman dan diterbitkan pada 1980.

Mengenai jumlah 111 orang wartawan ini, menurut penulisnya bukan jumlah yang tepat, karena berbagai alasan. ”Barang tentu jumlah kaum wartawan yang kini (1980) berusia lebih dari 60 tahun atau yang telah wafat, bukan hanya mereka yang namanya tertera di dalam buku ini saja. Ada kalanya mereka itu alamatnya memang tidak diketahui penulis; adapula yang meskipun namanya dikenal, tetapi biodata yang ada pada penyusun sangat minim sekali, ..semisal Amir Hassan Bondan, Mohammad Horman, Housman Babu, A. Acil, A.A Hamidhan dan masih sederetan nama lagi”.

Sekedar mengingatkan, buku ini mungkin sudah tidak ada di toko buku lagi. Kami sendiri memperolehnya di toko buku loak di Titigantung Medan beberapa tahun lalu.  Menurut pendapat saya, buku ini adalah karya seorang wartawan yang pantas diacungi jempol dan seharusnya diterbitkan ulang atau dilengkapi dengan tokoh-tokoh wartawan generasi berikutnya. Sebagaimana pesan penulisnya : ”Kepada rekan-rekanku kaum wartawan generasi penerus”, maka adalah tanggungjawab wartawan lain untuk melengkapi dan melanjutkan tugas yang telah dirintis IN Soebagio ini.

Tidak mungkin menyebut ringkasan prodil satu per satu nama-nama dalam buku ini. Sekedar memberitahukan nama-nama yang ditulis, kami menyanjikan nama-nama wartawan yang diurut sesuai dengan urutan abjad dalam daftar isi buku. Ke-111 nama wartawan tersebut adalah: Abdul Hakim, Abdul Hamid, Abdul Muis, Abdul Rivai, Abdurrachman Baswedan, Abdulwahab Djojowirono, Abisin Abbas (Andjar Asmara), Adam Malik, Ahmad Sumadi Bratakuntjara, Ahmad Zainuddin Palindih, Ajat Djajaningrat, Albert Manumpak Sipahutar, Amarullah Ombak Lubis, Anwar Tjokroaminoto, Arif Lubis,
Arsyad Manan, Asa Bafagih, Asmara Hadi, Atje Bastaman, Bakrie Soeraatmaja, Bambang Sindhu, Bintarti, Bramono, Brotokesowo, Burhanuddin Muhammad Diah,
Drajat Harjakusumah, Darmawijaya, Darmosoegito, Didid Soekardi, Djamaluddin Adinegoro, Djawoto, Douwes Dekker Danudirja Setiabudhi, Elon Muhammad Dahlan, Enggak Bahau’ddin, Firdaus Harun al Rasyid, Goh Tjing Hok, Gusti Majur, SH, Hasbullah Parinduri, Horas Siregar, Husein Sutan Muhammad Noor, Ibnu Muhammad Arifin, Imam Supardi, Inyo Beng Goat, Joenoes Dirk Syaranamual, Joesoef Sou’yb, Karkono Partokusumo, Kasoema, Madikin Wonohito, Mangaraja Hezekiel Manullang, Mashoed Harjakoesuma, Marbangun Harjowirogo, Marco Kertodikromo, Mintardjo Tirtohatmojo, Mohammad Ali, Mohammad Ali Kamah, Mohammad Djamil Gelar Maharadja Ihutan, Mohammad Isnaeni, Mohammad Koerdie, Muhammad Radjab Soetan Maradjo, Mohammad Said, Mohammad Sofwan Hadi, Muhammad Yunan Nasution, Mohammed Basri, M. Tabrani, Muhammad Dimyati, Oemar Dachlan, Ot Pattimaipau, Pancratius Wardoyo, Pandu Kartawiguna, Parada Harahap, Petrus Kanisius Ojong, Rasuna Said, Rivai Marlaut, Ronggo Danukusumo, Sadono Dibyowirojo, Saeroen, Sajuti Melik, Sam Ratulangi, Samawi, Saruhum Hasibuan, Sjamsuddin Sutan Makmur, Sjarif Sulaiman, Soebekti, Soedarjo Tjokrosisworo, Soemantoro, Soemarto Dojodihardjo, Soemarto Frans Mendur, Soenarjo Prawiro Hadinoto, Soendoro Tirto Siwojo, Soepeno Hadisiswojo, Soerono Wirohardjono, Soetomo (mBah Tom), Soetomo Satiman, Soetopowonobojo, Sosrokartono, Suardhy Suryaningrat, Sumanang, Surastri Karma Trimurti, Sutan Mangaradja Sajuthi Lubis, Tadjib Ermadi, Taher Tjindarboemi, Telogomadigondo (Tm Gondo), Tengku Sjahril, Tirtoadisoerjo, Usmar Ismail, Wage Rudolf Soepratman, Wali al-Fatah, Winarno Hendronoto, Wongsokusumo Misralani, Yusuf Abdullah Puar, Zainal Abidin Ahmad.

Ketekunan dan kegigihan seorang IN Soebagio mendokumentasikan rekan-rekannya sendiri sesama wartawan adalah pekerjaan langka, yang mungkin sampai sekarang belum ada tandingannya. Soebagio In sendiri adalah seorang yang setia menekuni pekerjaannya sebagai wartawan hingga akhir khayatnya. Pria kelahiran Blitar 5 Juli 1924 ini adalah seorang penulis sejak jaman Jepang dan kemudian menjadi wartawan di berbagai surat kabar dan majalah. Diantaranya Pandji Poestaka, majalah Api Merdeka, Djiwa Islam, Menara Merdeka, Djajabaja, Pantja Raja, Suara Muda, Sedar, Minggu Pagi, Wakil Pemimpin Redaksi Penyebar Semangat, Antara, Kedaulatan Rakyat, Harian Umum, Surabaya Post, Liberal, Nasional dan lain-lain. Sejak 1958, dia kemudian menjadi Kepala Perpustakaan dan Dokumentasi Antara. (Buku ini pernah diresensi Atmakusumah di Majalah Tempo pada era 80-an).


Tidak ada komentar: