My 500 Words

Selasa, 05 April 2011

Kisah di Balik Banjir di Simalingkar: Donny Purba: “Ingat Ulang Tahun Istri, Saya Terbangun!”

Oleh : Jannerson Girsang

Selain kisah sedih, setiap bencana menghasilkan  pelajaran bagi para korban dan mereka yang turut membantu dan membaca kisahnya. Kisah pasangan Donny dan Benna adalah salah satu diantaranya.



Sore kemaren, 4 April 2011, pasangan suami istri Donny Purba (32) dan Bennarita Sinaga (32), sedang sibuk membersihkan perabotan-perabotan di depan rumah kontrakan mereka  tipe 21 di Jalan Pala 9 Nomor 14, Perumnas Simalingkar, Medan.Sebuah buku pelajaran Sekolah Minggu yang sudah hancur terendam air dijemur di atas pagar rumahnya.

Daerah di sekitar mereka tinggal termasuk yang terparah akibat genangan banjir itu.Dari pengamatan kami di lapangan, di wilayah Jalan Pala Simalingkar, terdapat beberapa rumah yang tergenang hingga mendekati plafon rumah tipe-21 itu.

Wilayah Perumnas Simalingkar itu terbagi dua, satu wilayah masuk Kota Medan dan wilayah lainnya masuk administratif Kabupaten Deli Serdang. Berbeda dengan mereka yang masuk dalam Wilayah Kota Medan--yang sebagian sudah mendapat bantuan makanan dan air bersih, sampai hari itu Donny yang berada di wilayah Deli Serdang belum mendapat bantuan apapun dari Pemda Deli Serdang."Mungkin karena  kami masuk dalam wilayah Kabupaten Deli Serdang, jadi susah dijangkau,"ujarnya, berharap pemerintah memperhatikan mereka.

Sebuah televisi ukuran 21 inchi yang sudah diperbaiki karena sempat terendam air terpasang di teras rumahnya dan menjadi hiburan satu-satunya bagi pasangan yang setiap Minggu melayani anak Sekolah Minggu di Gereja GKPS Simalingkar.

Keduanya didampingi ibu Donny yang datang dari kampung hanya beberapa jam setelah air mulai surut, untuk membantu pasangan ini membersihkan barang-barang mereka yang terendam air selama beberapa hari. "Saya ingatkan mereka agar tetap tegar. Barang-barang yang hilang bisa diganti, tapi nyawa tidak bisa diganti,"ujar ibu yang sangat bijaksana ini.

Donny dan Benna adalah pasangan korban banjir besar di Medan 1 April 2011 lalu yang menggenangi ribuan rumah di kota yang berpenduduk lebih dari 2 juta jiwa itu.

Keduanya bersyukur, karena bisa selamat dari ancaman banjir, meski barang-barangnya banyak yang rusak terendam air yang berlumpur, karena rumah mereka terendam air sampai setinggi 2 meter.

“Lumpurnya sudah dibersihkan, dan yang bikin kesal, air sering mati,”ujar Benna, sambil melap piring yang sudah dicucinya.

Mengisahkan kembali kejadian malam itu, Donny dan pasangannya tidak menunjukkan raut wajah sedih. Mereka begitu tegar dan memaknai banjir adalah bencana dari Tuhan. “Bahkan kami berharap banjir ini memberi pengalaman berharga. Kami bersyukur Tuhan menyelamatkan kami,”ujarnya.

Memutar memori mereka beberapa waktu lalu, Donny mengisahkan, malam itu mereka yang tidak begitu peduli hujan deras sejak pukul 20.00 31 Maret 2011 itu. “Karena hujan, malah kami lebih cepat tidur,”kata Donny, yang menikah dengan Benna empat tahun lalu. Pasangan yang belum memiliki anak itu, bahkan terlelap dalam tidurnya hingga pukul 00 malam hari.

Ulang tahun istrinya Benna!. Itulah yang membangunkan keduanya. ! 1 April adalah ulang tahun Bennarita yang ke-32.  Sebagaimana biasanya, Donny memberi selamat kepada istrinya persis pukul 00.

Saat dia terbangun, Donny mengisahkan bahwa dia merasa aneh, “Saya kaget karena tempat tidur kami terasa seperti digoyang-goyang,”ujar Donny. Ternyata, air sudah menggenangi kamar mereka setinggi satu meter. “Secara refleks, saya tidak berfikir apa-apa lagi, selain mengajak istri saya keluar dari kamar dan selanjutnya menuju tempat yang lebih tinggi,”ujar Donny.

Barang-barang di rumahnya, seperti perabot,peralatan dapur, sepeda motornya ditinggal begitu saja di rumah.”Saya hanya membawa surat-surat berharga, seperti ijazah dan surat nikah,”ujarnya, sambil membantu istrinya merapikan dan membersihkan peralatan rumah tangga yang  masih kotor kena lumpur akibat banjir itu.

Mereka menembus jalan-jalan yang sudah tergenang air, melawan derasnya arus air yang menerpa mereka. “Beberapa kali istri saya terjatuh,” katanya, sambil melirik Benna istrinya yang sedang merapikan piring yang sudah dilapnya.

Donny melanjutkan kisahnya, “Kalau bukan mengingat ulang tahun istri saya, mungkin kami sudah terlelap dan tidak bisa menembus banjir yang dibeberapa tempat sudah setinggi 2 itu,”ujar Donny bersyukur, dan Benna menatap bangga suaminya.

“Bahkan di beberapa tempat, tinggi air sudah bisa menenggelamkan kami,”ujarnya.

Kenangan indah di tengah bencana selalu saja terjadi. Di tengah perjuangan menembus arus air Donny mengecup kening istrinya. ”Dia mengucapkan, Selamat Ulang Tahun, Sayang. Lantas mengecup kening saya,”ujar Benna bangga mengisahkan kasih sayang suaminya Donny di tengah perjuangan mereka melawan arus air di tengah malam yang gelap gulita itu.

Keduanya  berjuang melintasi arus air yang deras untuk mencapai tempat yang lebih tinggi. Tetangganya ada yang naik keatap rumah dan tinggal di sana satu malam, menunggu air surut di pagi hari.

Menurut kesaksian Donny, air baru  benar-benar surut pada pagi hari sekitar pukul 10.00. Meski air surut, saat kembali melihat keadaan rumahnya, pasangan ini kecewa luar biasa.  “Listrik mati dan air tidak jalan, Hp low bat, karena tidak bisa dicharge, Kami seperti terisolasi. Hanya bisa pasrah kepada Tuhan,”ujarnya.

Memang, meski tidak semua warga di Simalingkar terkena banjir, mereka yang berada di daerah amanpun tidak bisa menolong di malam yang gelap gulita itu, karena jembatan-jembatan juga terendam air hinga 1,5 meter.Semuanya terisolasi satu sama lain.

Hari pertama banjir mereka benar-benar susah. Mereka hanya bisa menyaksikan lantai berlumpur, barang-barang berserakan dan kotor. “Besoknya kami baru memulai membersihkan lantai,”sambungnya.

Syukur bagi Donny, berbagai pihak datang memberi simpati dengan mengunjung mereka. Ibunya sendiri datang dari kampung membantu mereka membersihkan rumahnya, perabotannya, serta menjemur buku-buku dan pakaian yang basah terendam air selama beberapa hari ini. "Kami justru sedih karena ada beberapa tetangga yang tidak mendapat perhatian,"ujarnya.

Saat ini Donny dan Benna sedang memikirkan rumah kontrakan baru. "Seharusnya kontrakan berakhir 1 April 2011, dan kami diizinkan pemilik rumah menempati rumah ini sampai akhir bulan ini,"ujar Donny. Tentunya, mereka akan memilih rumah yang bebas banjir!

Kunjungan Ephorus GKPS Pendeta Dr Jaharianson Saragih MSc, PhD, GKPS Simalingkar 2 April lalu, yang mengajak mereka berdoa bersama di GKPS Simalingkar bersama teman gereja mereka yang korban banjir,membuat pasangan ini makin tegar.  “Kami merasa kuat menghadapi musibah itu,”ujarnya.

Bencana itu membuat perubahan pandangan  Donny dan Benna,terhadap korban banjir.

“Bila ada bencana banjir melanda warga, kami akan  membantu sebisa mungkin. Korban banjir itu benar-benar menderita. Semoga banjir tahun ini memberi berkat bagi kami, termasuk kerinduan kami memiliki anak,”ujar Benna, menutup pembicaraan sore kemaren.

Semoga mereka mampu mewujudkan tekadnya dan Tuhan memberkati pasangan ini.

Tidak ada komentar: