My 500 Words

Senin, 18 Juli 2011

PM Perempuan Pertama di Thailand Yingluck Shinawatra

Oleh : Jannerson Girsang

 
 Sumber foto: www.analisadaily.com


Sejak memenangkan pemilu 3 Juli 2011 lalu, sosok Yingluck Shinawatra—perempuan Thailand berusia 44 tahun itu sontak menjadi pusat perhatian dunia. Kemenangannya dalam pemilu tersebut menghantarnya menjadi perdana menteri perempuan pertama di negeri Gajah Putih itu.

Yingluck Shinawatra sebelumnya hanya dikenal dalam dunia bisnis. Kini dia berhasil menambah panjang daftar perempuan ASEAN menjabat kepala negara, dan mengisi kekosongan setelah masa jabatan presiden Arroyo, presiden pilipina berakhir 2010 lalu.

Dari Bisnis ke Politik

Hingga awal tahun ini, nama Yingluck Shinawatra tidak begitu dikenal bahkan di dunia politik Thailand sendiri. Namanya merebak ketika Partai Pheu Thailand (Pheu Thai Party) mencalonkannya menjadi Perdana Menteri Mei 2011 lalu.

Perempuan berwajah menarik ini memperoleh pendidikan di bidang Administrasi Publik yang diperolehnya di dua univeritas: gelar sarjana muda dari Chiang Mai University pada 1988 dan master dari Kentucky State University, Amerika Serikat pada 1991. Dia mengawali kariernya sebagai seorang sales dan marketing di Shinawatra Directories Co., Ltd., sebuah perusahaan direktori telepon yang didirikan AT&T International. Catatan lengkap kariernya bisnisnya bisa dilihat di http://investing.businessweek.com.

Pada 1994, Yingluck menjabat general manager Rainbow Media, anak perusahaan International Broadcasting Corporation (yang di kemudian hari menjadi TrueVisions).

Tangungjawab Yingluck lebih besar lagi dalam perusahaan keluarga setelah abangnya Thaksin terjun ke politik, setelah terpilih menjadi anggota parlemen pada 1994. Pada 2001, Thaksin terpilih menjadi perdana menteri Thailand. Yingluck meninggalkan jabatannya sebagai Deputy CEO IBC pada 2002, dan menjabat CEO Advanced Info Service (AIS), operator telepon genggam terbesar di Thailand. Sesudah penjualan Shin Corporation (induk perusahaan AIS) ke Temasek Holdings, Yingluck mengundurkan diri dari AIS, tetapi masih menjabat Managing Director SC Asset Co Ltd, perusahaan pengembangan property keluarga Shinawatra.

Pada 2006, krisis politik melanda negaranya. Abangnya Taksin Shinawatra diadili secara in absentia dengan tuduhan korupsi. Thaksin melarikan diri ke luar negeri (Kini berdiam di Abu Dhabi). Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party)—partai pendukung Taksin, dibubarkan dan dewan eksekutif dilarang dari kegiatan politik oleh Mahkamah Konstitusi, pada 2 Desember 2008.

Lantas, mantan mayoritas anggota parlemen dari Partai Kekuatan Rakyat bergabung dengan Pheu Thai Party yang didirikan pada 20 September 2008, beberapa bulan sebelum pelarangan itu dikeluarkan pemerintah yang berkuasa.
Sebelumnya, Yingluck tidak berminat terjun di politik, terutama karena kasus abangnya Thaksin. Tak heran, ketika Pheu Thai Party memintanya memimpin partai dia menolak, menyatakan bahwa ia tidak ingin menjadi Perdana Menteri dan ingin fokus pada bisnis Akhirnya Yongyuth Wichaidit, mantan anggota parlemen Thailand, memimpin partai baru itu.

Menurut situs http://www.cbc.ca/new, pada 2009, Yingluck sudah disebut-sebut sebagai pewaris politik Thaksin abangnya kandungnya itu. Namun, situs itu mencatat: "Dia menunggu sampai Mei tahun ini untuk membuat lompatan ke dalam politik, dengan sasaran jabatan perdana menteri". Gayung bersambut!. Pada bulan Mei 2011, Pheu Thai Party, partai yang dekat dengan Thaksin, mencalonkan Yingluck sebagai calon Perdana Menteri dalam pemilu 2011.

Yingluck maju bertarung dalam Pemilu negeri itu pada 3 Juli 2011 dan memenangkan 265 kursi dari 500 kursi parlemen. Sementara, Partai Demokrat yang berkuasa hanya mampu merebut 160 suara. Dengan tingkat partisipasi 65,99% (hampir 31 juta pemilih), partainya memenangkan lebih dari setengah. kursi di parlemen.

Prestasi seperti ini adalah kejadian kedua, setelah pada tahun 2005 kemenangan lebih dari separuh kursi di parlemen oleh Partai Thaksin Thai Rak Thai. Berbagai komentar muncul ke permukaan.Mulai dari kedekatannya dengan abangnya Thaksin dan juga kemampuan dirinya. "There is no doubt that Yingluck Shinawatra won this election because she is Thaksin’s sister," kata Andrew Walker, pengamat politik Thailand dari Australian National University Canberra kepada ABC News.

Faktor kedekatannya dengan abang kandungnya tanpa didukung kemampuannya sendiri kemenangan mustahil diperoleh. Yingluck menawarkan rekonsiliasi dan tema-tema kerakyatan dengan cara yang sederhana saja dan tidak muluk-muluk. Targetnya realistis dan terukur, mudah ditangkap masyarakat banyak.

Yingluck menggambarkan visi 2020 untuk pengentasan kemiskinan di negeri berpenduduk 60 juta lebih dengan GDP lebih 122 milIar dolar AS itu. Di antaranya, dia berjanji mengurangi pajak pendapatan perusahaan dari 30% menjadi 23% dan kemudian 20% pada tahun 2013 dan menaikkan upah minimum 300 baht per hari dan upah minimum untuk lulusan universitas menjadi 15.000 baht per bulan.

Kebijakan pertaniannya diantaranya meningkatkan arus kas operasi dan menyediakan pinjaman kepada petani sampai 70% dari pendapatan yang diharapkan, berdasarkan jaminan harga beras 15.000 baht/ton. Rencananya juga akan menyediakan gratis Wi-Fi dan sebuah PC tablet untuk setiap anak sekolah. (Thai Rak Thai Partai pernah merencanakan menyediakan satu laptop per anak, tetapi dibatalkan setelah kudeta militer tahun 2006).

Tema kampanye yang sederhana dan penampilan Yingluck yang menarik (good feeling), sikapnya yang santai, panggung tempat kampanye yang ditata dengan baik menjadi perpaduan yang mendekatkan pesannya dekat dengan rakyat.
"Tidak diragukan lagi dia mendapatkan sambutan kegembiraan atas gagasan Thailand memiliki seorang perdana menteri perempuan, calon dengan hal-hal yang baru, cukup muda dan menarik, dan karena Demokrat menjalankan kampanye yang loyo," kata pengamat Thailand, Michael Montesano yang dimuat dalam The Bangkok Post, 4 Juli 2011.

Sementara, Perdana Menteri sebelumnya Abhisit Vejjajiva, menurut Pattnapong Chantranontwong, Editor the Bangkok Post, seperti dikutip Harian Sidney Morning Herald, tidak berhasil mengesankan para pemilih karena kegagalan mereka menangani masalah kekurangan bahan-bahan pokok dan kesulitan yang dihadapi rakyat di tingkat grass roots. Sebuah pelajaran bagi pemerintahan yang fokus pada pencitraan!.

Good Feeling, Orientasi Visi, Kerja Keras

Ibu satu anak laki-laki bernama Supasek ini lahir Chiang Mai, Thailand, 21 Juni 1967. Dia merupakan anak bungsu dari sembilan bersaudara dalam sebuah keluarga turunan China di Chiang Mai bagian Utara. Kakeknya Seng Sae Khu berasal dari Guangdong yang tiba di Thailand pada 1860 dan kemudian bertempat tinggal di Chiang Mai sejak 1908. Salah seorang di antara saudaranya, adalah Thaksin Shinawatra, Perdana Menteri Thailand yang digulingkan lewat sebuah kudeta militer lima tahun silam.

Yingluck menggambarkan hubungannya dengan abang kandungnya itu dalam hubungan pengalaman bersama dalam mengelola perusahaan. "Kami sama dalam arti bahwa saya telah belajar dari dia dalam bisnis dan saya memahami visi, bagaimana dia memecahkan masalah dan caranya membangun semuanya dari awal," ujar Yingluck kepada AFP pada kampanye, seperti dikutip China Post.

Pengalaman politiknya yang masih seumur jagung memang masih perlu diuji. Yingluck harus mampu menepis anggapan bahwa kemenangan Yingluck karena kedekatannya dengan abang kandungnya Thaksin Shinawatra dan dia hanya sebagai boneka.

"Ms Yingluck is a new face in politics and this is her first time running in an election, but because it looks as if she will become prime minister, she will have to prove herself as a capable leader of the new government and not just a puppet with her elder brother Thaksin pulling the strings," komentar sebuah artikel berjudul Yingluck Must Keep Promises di Harian The Bangkok Post yang dipublikasikan sehari setelah pemilu digelar

Yingluck menggambarkan hubungannya dengan abang kandungnya itu dalam hubungan abang adik secara professional. "Kami sama dalam arti bahwa saya telah belajar dari dia dalam bisnis dan saya memahami visi, bagaimana dia memecahkan masalah dan caranya membangun semuanya dari awal," ujar ibu dari satu anak laki-laki ini, kepada AFP pada kampanye, seperti dikutip China Post.

Di mata Yinglick, keraguan orang atas pengalaman politiknya yang masih seumur jagung, bukan hal yang mengganggu. "Baik, kami sudah memerankan banyak politik sejak lama, sehingga saya tidak berfikir orang Thai memerlukan saya hanya bergabung dengan politik dan memainkan politik dalam kehidupan sehari-hari. Mereka memerlukan saya melaksanakan dan memecahkan persoalan negara, mencari solusi masalah,"ujarnya kepada Australian Broadcasting Coorporation, semasa kampanye.

Memiliki pengalaman manajemen dan sedikit pengalaman politik, Yingluck memiliki kecantikan dan karisma. Menurut beberapa pengamat hal ini sanggup menampilkan good feeling, memunculkan perasaan positif dalam hati rakyat Thailand. Dan ini jauh lebih penting ketimbang kepintaran intelektual atau kepandaian berdebat sang kandidat.

Selain itu, Yingluck, didampingi suaminya Anusorn Amornchat. Dia adalah adik kandung dari Yaowapa Wongsawat, istri Somchai Wongsawat, mantan Perdana Menteri Thailand. Anusorn adalah mantan President and Executive Director M-Link Asia Corp. Public Co. Ltd. M-Link Asia Corporation Public Company Limited adalah perusahaan yang berbasis di Thailand yang melakukan distribusi peralatan telekomunikasi dan telepon mobile. Yingluck dan Anusorn adalah pasangan berbahagia yang dikarunia seorang anak bernama Supasek Amornchat berusia 9 tahun. Sebuah modal besar bagi Yingluck menjalankan tugasnya sebagai Perdana Menteri.

Terpilihnya Yingluck mengisi kekosongan perempuan dalam tampuk kekuasaan tertinggi di Negara anggota ASEAN, setelah Arroyo mengakhiri masa jabatan presidennya 2010 lalu. Dia menjadi perempuan yang menjadi kepala pemerintahan ke empat di wilayah ini, setelah Presiden Filippina Corazon Aquino pada (1986), Gloria Arroyo Macapagal 20 Januari 2001, dan Megawati Soekarno dari Indonesia (20 Juli 2001). Meski fakta menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin di atas berasal dari keluarga pemimpin terkenal, bukan berarti, para perempuan dari rakyat biasa tidak punya peluang.

Semoga kemenangan Yingluck kiranya menjadi inspirasi bagi kaum perempuan di Indonesia.

Penulis Biografi, Tinggal di Medan.

Dimuat di Harian Analisa, 18 Juli 2011

Tidak ada komentar: