My 500 Words

Senin, 24 Oktober 2011

Menulis Kegelisahan dan Impian (Harian Analisa Cetak, 19 Oktober 2011)


Oleh : Jannerson Girsang.

Menulis tidak sekedar menulis tanpa memikirkan kebutuhan pembacanya. Melalui sebuah tulisan, pembaca bisa mempelajari teladan untuk sebuah cara nyaman mencapai impiannya, mengatasi kegelisahan menuju impian. Itulah salah satu kunci penting yang harus diingat agar seseorang tergerak untuk membaca.

Buku produksi Mark Plus: "Anxieties and Desires: 90 Insights Marketing to Youth, Women and Nitizen to Indonesia", mengatakan bahwa di era new wave (gelombang baru) ini, seorang marketer harus bisa memahami tidak saja ekspektasi dan persepsi seperti di era transisi, tetapi dituntut bisa menangkap apa yang menjadi kegelisahan (anxiety) sekaligus impian (desire) pelanggan (customer)-nya.

Konsumen seorang penulis adalah "Pembaca". Pembaca harus merasa berdialog dengan sang guru yang mampu menangkap masalah mereka, sekaligus menawarkan cara keluar dari masalah dan menawarkan impian. Makin dalam pemahaman penulis atas kegelisahan dan tawaran impian yang konkrit, pembaca makin meminati produk tulisannya.

Impian manusia secara umum adalah memiliki pekerjaan/usaha/aktivitas mengisi waktu, merasa nyaman di dalam pekerjaan atau usahanya, berguna bagi sekelilingnya. Dalam perjalanan mencapai impian itu manusia tidak luput mengalami kegelisahan yang menurut pendapat para ahli bersumber dari empat hal yakni: gelisah terhadap dosa-dosa dan pelanggaran (yang telah dilakukan); gelisah terhadap hasil kerja (tidak memenuhi kepuasan spiritual), takut akan kehilangan milik (harta dan jabatan) dan takut menghadapi keadaan masa depan (yang tidak disukai).

Kisah-kisah yang membawa manusia merasa nyaman menjalani impiannya dan mengurangi rasa gelisah dalam hidupnya, merupakan topik-topik yang memiliki pembaca yang sangat luas dan tidak lekang waktu.

Membaca Impian dan Kegelisahan Pembaca
Banyak orang berpendapat, "Menulis itu mudah, tulis sajalah apa yang ada di benakmu!. Jangan terlalu kaku". Pernyataan ini tidak salah. Dan sangat benar bagi orang yang memulai menulis.

Tetapi tidak seluruhnya benar kalau seseorang ingin menjadi penulis yang memiliki pembaca secara luas. Puisi-puisi Chairil Anwar, Shoe Hok Gie begitu diminati masyarakat luas karena mereka mampu menangkap kegelisahan dan impian pembacanya. Tulisan bukan sekedar merangkai kata menjadi kalimat, merangkai kalimat menjadi paragraf yang kosong makna. Dia harus mengandung impian dan kegelisahan, kesenjangan antara yang seharusnya dan yang terjadi.

Coba simak kesaksian seorang pengagum Chairil Anwar: "Saya, yang sejak kecil sangat gemar membaca buku-buku filsafat dan sastra, tanpa sadar mengagumi sosok penyair yang mati muda : Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang singkat, tak punya riwayat pendidikan tinggi, Chairil Anwar bisa jadi legenda sastra Indonesia. Barangkali hidup yang tak mudah itulah yang membuatnya lebih peka terhadap sekitar. Barangkali kegelisahannya, rasa kecewanya, rasa tertekannya-lah yang kemudian menjadikan karyanya "bernyawa". (http://rosepr1ncess.blogspot.com/2010/12/yang-ku-kagumi-setengah-mati.html).

Para penulis memiliki multi-tasking: menulis, memilih topik yang dibutuhkan pembaca—memahami kategori pembacanya.

Anda tentu pernah mendengar komentar seperti ini. "Artikel anda sangat inspiratif, dan mendorong saya melakukan............ Saya menunggu artikel Anda berikutnya". Itu adalah bukti bahwa artikel yang menawarkan impian dan kegelisahan dibutuhkan setiap saat.

Tulisan seharusnya mampu menggerakkan orang lain berpindah dari suasana dirinya sebelum membaca, kepada kondisi yang ditawarkan penulisnya. Para pembacanya larut dalam pikiran penulis dan mengikuti alur pikirannya yang benar, lebih mudah dan mengerakkan tindakannya ke arah yang lebih baik.

Keluar dari Kegelisahan Menggapai Impian

Tugas seorang penulis adalah mengungkap serta menjembatani kondisi yang seharusnya dan kenyataan yang terjadi. Para penulis harus memahami fakta dan impian, mengungkap kesenjangan dari cita-cita yang ingin dicapai. Misalnya. Fakta yang terjadi seperti kemajuan ekonomi menyebabkan jalan-jalan macet, kecelakaan meningkat, kriminalitas meningkat, korupsi meningkat, makin banyak penghuni rumah sakit jiwa. Padahal, kita menginginkan dengan kemajuan ekonomi hidup menjadi lebih nyaman dan aman.

Memasuki era new wave dengan segala macam perubahan yang terjadi membuat tidak sedikit anggota masyarakat moderen mengalami perasaan gelisah dalam kehidupan sehari-hari. Perasaan gelisah yang dialami secara terus menerus akan mengakibatkan gangguan perilaku atau neurose. Konon saat ini di kota-kota besar, jumlah penderita neurose semakin meningkat.

Setiap orang memiliki impian dan cara mewujudkannya. Untuk mencapainya mereka menempuh proses dan waktu. Dalam perjalanan menuju impian, mereka memerlukan kisah-kisah atau cerita, ilmu pengetahuan untuk memahami cara melakukan sesuatu, memerlukan bacaan-bacaan yang dihasilkan seorang penulis. Mereka memerlukan cara sekaligus idola untuk menggambarkan impian itu, meski tidak selalu mencapai seperti apa yang mereka idolakan. Sebaliknya, tidak sedikit pembaca yang mampu melebihi idolanya itu.

Ada kesenjangan di dalamnya dan penulis menawarkan jalan keluar untuk mencapai impian. Bisa dari pengalaman penulisnya, bisa juga meramu pengalaman orang lain.

Life Without Limit

Soegianto Hartono, Pelatih dan Konsultan Citra Diri Sukses, Penulis Buku "Untuk Apa Hidup Susah" menawarkan empat cara menghilangkan kekhawatiran, yakni mempelajari semua data dan fakta, berfikir rasional, percaya kepada diri sendiri dan percaya kepada Tuhan.

Buku-buku atau tulisan yang membicarakan hal di atas sangat diperlukan pembaca!. Sekedar sebuah contoh. Sebuah buku best seller Life Without Limit yang ditulis oleh Nick Fujivic mengisahkan kisah sukses dirinya yang terlahir tanpa lengan dan tungkai, hingga menjadi seorang yang tidak hanya mampu mandiri, tetapi juga kaya, menjadi teladan bagi siapapun yang mencari kebahagiaan abadi.

Dia menulis kisah hidupnya sendiri atas suksesnya mengatasi kekhawatiran akibat cacat yang dimilikinya menuju impian. Nick menceritakan cacat fisik dan pertempuran emosi yang dialaminya saat berusaha mengatasi keadaannya semasa kecil, remaja, dan menjelang dewasa muda. "Untuk waktu yang terasa sangat lama dan sepi, aku bertanya-tanya apakah ada orang lain di dunia yang seperti aku, serta apakah ada tujuan lain dalam kehidupanku selain rasa sakit dan terhina."

Saat ini Nick Fujivic merupakan pembicara motivasi yang sukses secara internasional. Pesan utamanya: tujuan terpenting siapa pun adalah menemukan tujuan hidup, terlepas dari kesulitan apa pun atau rintangan apa pun yang sepertinya mustahil dilalui.

Dia mengisahkan bagaimana imannya terhadap Tuhan menjadi sumber kekuatan utamanya dan menjelaskan bahwa begitu dia menemukan tujuan kehidupan—menginspirasi orang lain untuk menjadikan kehidupan mereka serta dunia lebih baik—dia mendapatkan kepercayaan diri untuk membangun kehidupan tanpa batas yang produktif dan membawa berkah.

Kisah Nick hanya salah satu contoh. Beberapa penulis di Indonesia berhasil menggali kegelisahan dan impian para pembacanya. Coba simak, karya-karya Alberthiene Endah, Andrea Hirata, dengan buku-buku best seller mereka (Selebriti, Lasykar Pelangi) yang sarat dengan suara kegelisahan dan impian.

Menulis kegelisahan dan impian adalah kebutuhan pembaca yang besar dalam era perubahan ini! Manusia memerlukan teladan dalam perjalanan menuju impian dengan sumber kegelisahan yang makin beragam. Percaya atau tidak, silakan buktikan sendiri! ***

 Penulis Biografi, Tinggal di Medan

Tidak ada komentar: