Setiap tahun ribuan bahkan ratusan ribu judul buku otobiografi ditulis di seluruh dunia. Mengapa orang menulis otobiografi?
Answer.com menjawab, karena orang (pemilik otobiografi) mampu menjawab: Pekerjaannya yang berhasil (baik), dia sangat terkenal, mengajarkan orang lain tentang hal-hal baik dari masa lalunya, hanya memenuhi gairah, menjelaskan kepada orang lain mengapa dia terkenal, memiliki catatan orang-orang terkenal di masanya.
Berikut adalah pendapat William Tapscott tentang tiga alasan orang menulis otobiografi yang dimuat di http://voices.yahoo.com/three-reasons-why-people-decide-write-autobiography-6427698.html.
"Semua
orang mempertimbangkan menulis otobiografi berdasarkan beberapa alasan, tapi
kebanyakan orang gagal melakukannya meskipun banyak alasan kuat
untuk menulis otobiografi . Saya
kira itu adalah seperti menulis buku lain dan bahwa semua orang ingin
menulis sebuah buku yang tampaknya tidak menemukan waktu. Biografi yang khusus meskipun membutuhkan pertimbangan khusus . Untuk alasan-alasan berikut, banyak orang memutuskan untuk menulis otobiografi .
Pertama , otobiografi adalah hadiah berharga untuk anak-anak mereka dan keturunan selanjutnya . Siapa
yang tidak senang untuk memiliki 300 halaman otobiografi yang
ditulis oleh orang tua kakek-nenek mereka atau leluhur lainnya? Kita pada dasarnya tertarik pada leluhur kita, dan alasannya untuk alasan keturunan. Untuk
alasan ini , banyak orang menulis otobiografi berupa sejarah pribadi yang menempatkan anak-anak mereka dalam pikirannya. Ayah mertua saya baru-baru ini menulis otobiografinya dan memberikan salinan kepada anak-anaknya . Setiap orang mencintai hadiah itu dengan tulus, dan rasa syukur.
Kedua, otobiografi adalah cara untuk menganalisis diri sendiri . Banyak
orang menulis otobiografi mereka untuk mengeksplorasi masa
lalu mereka sendiri dan menemukan kebenaran baru tentang diri mereka
sendiri . Saya
menemukan makna yang muncul dalam kehidupan kita sebagian besar atas
refleksi, dan menulis sebuah buku kerja yang panjang tentang diri sendiri
tentu membutuhkan banyak refleksi . Apa wawasan baru tentang diri Anda perkasa menemukan saat menulis otobiografi ? Anda tidak akan pernah tahu sampai Anda melakukannya .
Ketiga, beberapa orang menulis otobiografi dengan harapan
membuat banyak uang, dari buku terlaris dan menghasilkan uang dari penjualan otobiografi. Tampaknya alasan seperti ini ada di kalangan selebriti, pengakuan nama
mereka secara otomatis mengarah pada penjualan . Tapi
kadang-kadang saya jumpai dalam otobiografi yang telah menjadi best
seller hanya karena buku itu menarik , meskipun penulis tidak dikenal
sebelum penerbitan buku. Orang-orang
biasa dengan cerita luar biasa memberitahu dan berpotensi
menjual banyak salinan dari autobiography.
Banyak memutuskan untuk
menulis sebuah otobiografi , dan tiga alasan di atas memberikan
gambaran yang cukup lengkap tentang mengapa mereka melakukannya . Saya
yakin ada banyak alasan lain untuk menulis otobiografi , tetapi
alasan-alasan ini harus membuat Anda berpikir tentang hal itu".
Yang mana alasan Anda membuat otobiografi? Tidak ada yang salah meski anda memilih salah satunya.
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Jumat, 21 Februari 2014
MENGAPA KITA MENDENGAR MUSIK?
Ada orang yang berjam-jam sehari mendengar musik. Bahkan ada orang yang kemanapun selalu membawa MP3 dengan head set dan mendengar musik sambil bekerja. Sia-siakah pekerjaan mereka?
Musik itu tidak nyata. Kita tidak bisa memakannya, tidak bisa minumnya, atau menikah dengan musik.
Musik tidak melindungi kita dari hujan, angin atau cuaca dingin . Musik tidak mampu mengalahkan predator atau memperbaiki patah tulang .
Namun manusia selalu menghargai musik. Bahkan lebih dari itu manusia mencintai musik.
Di era modern manusia menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk menghadiri konser , download file musik , memainkan instrumen, dan mendengarkan artis favorit kita, dimana saja kita berada.
Bahkan dalam zaman Paleolitik, orang menginvestasikan waktu dan tenaga untuk membuat musik, seperti penemuan seruling yang diukir dari tulang hewan.
Menurut Robert J. Jatore dan Valori, ternyata, setiap tindakan mendengarkan musik dapat dianggap sebagai menghitung kembali masa lalu dan memprediksi masa depan . Ketika kita mendengarkan musik , jaringan otak ini aktif menciptakan harapan berdasarkan pengetahuan kita.
Mari, jangan lupakan mendengar musik! Ikuti artikel Robert J. Zatorre dan Valori N. Salimpoor yang dimuat di The New York Times 7 Juni 2013.
Baca lebih lanjut di http://www.nytimes.com/2013/06/09/opinion/sunday/why-music-makes-our-brain-sing.html?_r=0
Musik itu tidak nyata. Kita tidak bisa memakannya, tidak bisa minumnya, atau menikah dengan musik.
Musik tidak melindungi kita dari hujan, angin atau cuaca dingin . Musik tidak mampu mengalahkan predator atau memperbaiki patah tulang .
Namun manusia selalu menghargai musik. Bahkan lebih dari itu manusia mencintai musik.
Di era modern manusia menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk menghadiri konser , download file musik , memainkan instrumen, dan mendengarkan artis favorit kita, dimana saja kita berada.
Bahkan dalam zaman Paleolitik, orang menginvestasikan waktu dan tenaga untuk membuat musik, seperti penemuan seruling yang diukir dari tulang hewan.
Menurut Robert J. Jatore dan Valori, ternyata, setiap tindakan mendengarkan musik dapat dianggap sebagai menghitung kembali masa lalu dan memprediksi masa depan . Ketika kita mendengarkan musik , jaringan otak ini aktif menciptakan harapan berdasarkan pengetahuan kita.
Mari, jangan lupakan mendengar musik! Ikuti artikel Robert J. Zatorre dan Valori N. Salimpoor yang dimuat di The New York Times 7 Juni 2013.
Baca lebih lanjut di http://www.nytimes.com/2013/06/09/opinion/sunday/why-music-makes-our-brain-sing.html?_r=0
Selasa, 18 Februari 2014
Mencari Informasi Pendidikan di Indonesia
Untuk mengetahui secara umum tentang pendidikan di Indonesia Anda bisa membuka website http://www.dikti.go.id.
Website ini berguna untuk para mahasiswa (informasi beasiswa dll),
pengambil kebijakan dan pengelola sekolah/perguruan Tinggi, khususnya
peraturan-peraturan tentang pendidikan, akreditas dll.
Sebagai pemandu Website ini juga mencantumkan tautan pilihan website lain seperti:
Layanan-layanan
Tautan Unit Utama Kemdikbud
Tautan Badan Akreditasi Pendidikan
Tentang Kemdikbud
Semoga Bermanfaat!
Sebagai pemandu Website ini juga mencantumkan tautan pilihan website lain seperti:
Layanan-layanan
- Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
- Bidikmisi
- Garuda, Referensi Ilmiah Indonesia
- Darmasiswa
- Beasiswa Unggulan
- Penyaluran Siswa
- Penyetaraan Ijazah
- Perijinan Belajar WNI
- Perijinan Belajar WNA
- Buku Sekolah Elektronik
- Layanan Produk Hukum
- Rumah Belajar
- LPSE
- TV Edukasi
Tautan Unit Utama Kemdikbud
- Sekretariat Jenderal
- Inspektorat Jenderal
- Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal
- Pendidikan Dasar
- Pendidikan Menengah
- Badan Penelitian dan Pengembangan
- Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
- Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan
- Kebudayaan
Tautan Badan Akreditasi Pendidikan
- Akreditasi Sekolah / Madrasah
- Akreditasi Perguruan Tinggi
Tentang Kemdikbud
- Visi dan Misi
- Daftar Menteri Pendidikan
- Daftar Pejabat
- RKAKL dan DIPA
- Ringkasan Laporan Keuangan
- Rencana Strategis (Renstra)
- Rekapitulasi Program Kegiatan
Semoga Bermanfaat!
Minggu, 16 Februari 2014
Raih Gelar Doktor di atas Usia 90.
Hermain
Tjiknang (91) mengikuti prosesi wisuda menggunakan kursi roda di Graha
Sanusi Unpad, Jalan Dipati Ukur, Bandung, Selasa (4/2/2014). Peraih
gelar doktor Ilmu Hukum kelahiran Muntok, Bangka, 26 Juni 1922 ini
tercatat sebagai wisudawan tertua. (
http://www.tribunnews.com/regional/2014/02/05/wisudawan-tertua-tetap-semangat-belajar-di-usia-91-tahun-7-bulan).
Seorang kakek yang ikut bertempur di Perang Dunia II akhirnya meraih gelar doktor ketika usianya menginjak 90 tahun. Eric Woolf, pria yang dulunya bekerja sebagai guru ini, kembali kuliah dan meraih gelar doktor di bidang pendidikan dari Lancaster University, Inggris, nyaris setelah 74 tahun meninggalkan bangku sekolah.(http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/12/131214_pendidikan_kakek_lulus.shtml.)
Selamat Hari Minggu.
Luar biasa semangatnya. Mari, mari belajar, belajar tentang kehidupan. Tidak semua bisa meraih doktor, tapi tidak perlu gelar doktor untuk mampu menghargai sesama dan mencerdaskan sesama!.
16 Pebruari 2014.
Sebelumnya, orang tertua di Indonesia yang meraih gelar doktor adalah Hj. BRA. Mooryati Soedibyo, S.S., M. Hum, pendiri PT Mustika Ratu Tbk
yang meraih gelar doktor pada usia 87 tahun di 2013. Mooryati Soedibyo
sekaligus berhasil meraih rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai
peraih gelar doktor tertua di Indonesia. (http://www.rahardiansya.com/2013/12/inilah-manusia-tertua-peraih-gelar.html).
Seorang kakek yang ikut bertempur di Perang Dunia II akhirnya meraih gelar doktor ketika usianya menginjak 90 tahun. Eric Woolf, pria yang dulunya bekerja sebagai guru ini, kembali kuliah dan meraih gelar doktor di bidang pendidikan dari Lancaster University, Inggris, nyaris setelah 74 tahun meninggalkan bangku sekolah.(http://www.bbc.co.uk/indonesia/majalah/2013/12/131214_pendidikan_kakek_lulus.shtml.)
Selamat Hari Minggu.
Luar biasa semangatnya. Mari, mari belajar, belajar tentang kehidupan. Tidak semua bisa meraih doktor, tapi tidak perlu gelar doktor untuk mampu menghargai sesama dan mencerdaskan sesama!.
16 Pebruari 2014.
Sabtu, 15 Februari 2014
SBY Terburu-buru Bilang Tidak Ada Korban Tewas di Kelud
TVOne (21.25) malam ini memberitakan korban meninggal akibat letusan Gunung Kelud berjumlah enam orang.
Hingga pukul 19.00 hari ini BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) masih mengklaim empat orang meninggal. Padahal, sehari sebelumnya, SBY dengan bangganya mengatakan tidak ada yang tewas.
Para staf Presiden SBY sangat lambat mengumpul informasi. Media malah lebih dahulu mengetahui apa yang terjadi. Kasihan Presiden SBY.
Menuruti Arahan Pemerintah, Nihil Korban Jiwa?
Orang nomor satu di Indonesia ini terlalu terburu-buru menyampaikan informasi bencana yang masih mentah ke media.
Inilah sebagian statemen SBY kemaren.
"....satu hal yang kita syukuri......bahwa tidak ada korban jiwa dari letusan yang berskala besar ini. Ini pelajaran berharga yang kita petik. Kalau saudara-saudara kita masyarakat lokal sungguh mematuhi apa yang disampaikan oleh pemerintah, maka sesungguhnya kita bisa mencegah jatuhya korban jiwa yang tidak perlu," kata SBY kemaren, dengan nada datar dan wajah serius di televisi.
Kalau saya Humas Presiden tidak akan membiarkan SBY terlalu cepat memberikan statemen "tidak ada yang meninggal". Kalau saya Presiden akan saya katakan: "Hingga saat ini belum diketahui jumlah korban tewas. Masih dalam penelitian di lapangan".
Maksudnya mungkin supaya dibilang hebat!. Memang hebat, kalau seandainya tidak ada korban jiwa di Kelud. Sinabung saja hanya skala jauh lebih kecil, jatuh korban 14-16 orang.
Tapi benarkan pernyataan itu hari ini?. Kalau ada rasa malu, harusnya hari ini Presiden membuat siaran pers lagi dan mengatakan:
"Kami salah dan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban, karena terlanjur kemaren mengatakan tidak ada korban jiwa".
Tapi mungkin juga SBY yang terlalu bersemangat. Setelah merasa dirinya diobok-obok di Sinabung, kali ini mau menunjukkan kehebatannya.
Ini terlihat dari sikapnya yang bersykur dan mengatakan tidak ada yang tewas, dan memuji kinerja anak buahnya dalam bencana ini. Lihat pidatonya di video ini. http://www.youtube.com/watch?v=AGxpTNQBXXg.
Pernyataan yang fatal adalah bagian terakhir dari kutipan di atas .
Orang bisa menafsirkan kalau beliau secara tidak langsung menyindir penduduk Sinabung yang meninggal 14 orang, seolah karena tidak mematuhi arahan pemerintah. Mudah-mudahan penduduk Sinabung tidak protes!.
Pernyataan SBY Mentah Kurang dari 24 Jam
Pernyataannya seorang Presiden mentah hari ini!. Kasihan pak SBY. Jadi salah melulu.
Hari ini, menurut Sutopo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, informasi yang menyebut ada 7 korban tewas akibat letusan Gunung Kelud tidak benar. BNPB telah melakukan pengecekan ke lapangan dan memastikan korban tewas hanya 4 orang. Tidak benar kalau erupsi Gunung Kelud tidak menelan korban jiwa.
"Ada beberapa korban yang dihitung 2 kali dengan nama sebutan yang berbeda," ujar dia. 4 Korban tewas itu adalah Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60) perempuan warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Pontini mengalami sesak napas akibat abu vulkanik." kata Sutopo hari ini.
Sementara Republika.co.id memberitakan enam orang tewas. "The information board in Pujon Disaster Post of Malang District, East Java Province noted that six deaths have been reported in a number of villages in Ngantang Sub-district," (Posted, Saturday, 15 February 2014, 13:53 WIB)
Juru bicara dan pengumpul informasi harus jelas Pak Presiden. Jangan ngomong dulu sebelum validasi di lapangan.
Malu kan?. Mudah-mudahan masih ada rasa malu, supaya berubah. Semoga!
Medan, 15 Pebruari 2014
Hingga pukul 19.00 hari ini BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) masih mengklaim empat orang meninggal. Padahal, sehari sebelumnya, SBY dengan bangganya mengatakan tidak ada yang tewas.
Para staf Presiden SBY sangat lambat mengumpul informasi. Media malah lebih dahulu mengetahui apa yang terjadi. Kasihan Presiden SBY.
Menuruti Arahan Pemerintah, Nihil Korban Jiwa?
Orang nomor satu di Indonesia ini terlalu terburu-buru menyampaikan informasi bencana yang masih mentah ke media.
Inilah sebagian statemen SBY kemaren.
"....satu hal yang kita syukuri......bahwa tidak ada korban jiwa dari letusan yang berskala besar ini. Ini pelajaran berharga yang kita petik. Kalau saudara-saudara kita masyarakat lokal sungguh mematuhi apa yang disampaikan oleh pemerintah, maka sesungguhnya kita bisa mencegah jatuhya korban jiwa yang tidak perlu," kata SBY kemaren, dengan nada datar dan wajah serius di televisi.
Kalau saya Humas Presiden tidak akan membiarkan SBY terlalu cepat memberikan statemen "tidak ada yang meninggal". Kalau saya Presiden akan saya katakan: "Hingga saat ini belum diketahui jumlah korban tewas. Masih dalam penelitian di lapangan".
Maksudnya mungkin supaya dibilang hebat!. Memang hebat, kalau seandainya tidak ada korban jiwa di Kelud. Sinabung saja hanya skala jauh lebih kecil, jatuh korban 14-16 orang.
Tapi benarkan pernyataan itu hari ini?. Kalau ada rasa malu, harusnya hari ini Presiden membuat siaran pers lagi dan mengatakan:
"Kami salah dan meminta maaf yang sebesar-besarnya kepada keluarga korban, karena terlanjur kemaren mengatakan tidak ada korban jiwa".
Tapi mungkin juga SBY yang terlalu bersemangat. Setelah merasa dirinya diobok-obok di Sinabung, kali ini mau menunjukkan kehebatannya.
Ini terlihat dari sikapnya yang bersykur dan mengatakan tidak ada yang tewas, dan memuji kinerja anak buahnya dalam bencana ini. Lihat pidatonya di video ini. http://www.youtube.com/watch?v=AGxpTNQBXXg.
Pernyataan yang fatal adalah bagian terakhir dari kutipan di atas .
Orang bisa menafsirkan kalau beliau secara tidak langsung menyindir penduduk Sinabung yang meninggal 14 orang, seolah karena tidak mematuhi arahan pemerintah. Mudah-mudahan penduduk Sinabung tidak protes!.
Pernyataan SBY Mentah Kurang dari 24 Jam
Pernyataannya seorang Presiden mentah hari ini!. Kasihan pak SBY. Jadi salah melulu.
Hari ini, menurut Sutopo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, informasi yang menyebut ada 7 korban tewas akibat letusan Gunung Kelud tidak benar. BNPB telah melakukan pengecekan ke lapangan dan memastikan korban tewas hanya 4 orang. Tidak benar kalau erupsi Gunung Kelud tidak menelan korban jiwa.
"Ada beberapa korban yang dihitung 2 kali dengan nama sebutan yang berbeda," ujar dia. 4 Korban tewas itu adalah Pontini atau dipanggil Mbok Nya (60) perempuan warga Dusun Plumbang, Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang. Pontini mengalami sesak napas akibat abu vulkanik." kata Sutopo hari ini.
Sementara Republika.co.id memberitakan enam orang tewas. "The information board in Pujon Disaster Post of Malang District, East Java Province noted that six deaths have been reported in a number of villages in Ngantang Sub-district," (Posted, Saturday, 15 February 2014, 13:53 WIB)
Juru bicara dan pengumpul informasi harus jelas Pak Presiden. Jangan ngomong dulu sebelum validasi di lapangan.
Malu kan?. Mudah-mudahan masih ada rasa malu, supaya berubah. Semoga!
Medan, 15 Pebruari 2014
Kelud Meletus!
22.50, tanggal 13 Pebruari 2014, bencana yang jauh lebih besar dari erupsi Gunung Sinabung terjadi di Gunung Kelud, Jawa Timur, Indonesia, dengan ketinggian muntahan 17 kilometer ke udara.
Menurut seorang ahli geologi, lebih dari 150 juta meter kubik abu vulkanik, kerikil dimuntahkan ke udara, menutupi sebagian wilayah Jawa Timur,Jawa Tengah dan Jawa Barat. 60 ribu orang mengungsi, 271 penerbangan ke berbagai bandara di Jawa ditutup.
Kita masih beruntung. Hingga malam ini, bencana besar ini tidak menimbulkan korban jiwa. (Sesuai dengan siaran pers Presiden SBY). Pelajaran berharga bagi bangsa ini, betapa pentingnya menuruti arahan pemerintah.
Seluruh masyarakat Indonesia turut bersimpati dan prihatin atas musibah yang menimpa sesama bangsa. Presiden mengajak agar mereka yang berlebih bantu korban bencana.
"Bantulah saudara-saudara kita yang memerlukan bantuan," kata Presiden SBY saat menghadiri Perayaan Cap Go Meh Bersama ke-7 di JI Expo, Jakarta seperti dikutip dari situs Presiden, Jumat (14/2/2014) malam, kepada kompas.com.
Benar Pak SBY. Kaum berpunya khususnya caleg-caleg dan capres supaya memotong sebagian dana kampanyenya untuk membantu korban.
Para anggota DPR yang pernah bersumpah memotong "gaji"nya untuk Sinabung (saya tidak tau apakah sudah direalisasikan), juga melakukan hal yang sama kepada korban Kelud, Manado, Banjir Jakarta dan seluruh wilayah bencana. (http://www.tempo.co/read/news/
Tugas anggota DPR jangan dilupakan, membuat legislasi, bukan memberi bantuan. Mereka tidak sanggup melakukan itu. Perhatian kepada korban bencana tidak boleh diskriminatif.
Jadi, para anggota DPR-RI jangan anggar dengan uang pribadinya, hanya karena musim kampanye.
Duka Indonesia.
Tentu bukan orang yang "berpunya saja", tetapi semua masyarakat Indonesia dihimbau untuk mendoakan mereka, dan mengumpulkan bantuan apa saja yang diperlukan pengungsi, sesuai kemampuan masing-masing. Mereka tidak hanya butuh makanan fisik, tetapi juga rasa simpati dan penghiburan.
Bangsa ini memang sedang dirundung malang. Belum lagi korban Sinabung terselesaikan, muncul banjir bandang di Manado, banjir Jakarta dan wilayah lainnya di Jawa, tadi malam muncul lagi bencana baru yang lebih dahsyat.
Kita tidak perlu saling menyalahkan, apalagi menghujat. Bencana seperti ini tidak mudah mengelolanya. Kalau tidak bisa membantu secara fisik, kita mendoakan mereka dari tempat masing-masing.
Pemerintah harus belajar dari pengalaman bencana Aceh, Nias, Yogya, Sinabung, Banjir Jakarta, Manado. Semoga Tuhan memberkati pemerintah kita serta semua yang berkompeten dalam mengatasi kesulitan bangsa kita yang sedang menderita!
Medan, menjelang tengah malam, 14 Pebruari 2014.
Inspirasi Bagi Para Penulis: Kisah Andrea Hirata Sepanjang 2013 (Harian Analisa, 15 Pebruari 2014)
Oleh: Jannerson Girsang.
Andrea Hirata terus melanjutkan prestasi menulisnya
di level internasional. Sepanjang tahun 2013, Andrea Hirata, penulis Tetralogi
Lasykar Pelangi itu berkeliling menemui penggemarnya di Eropa, Australia dan
negeri lain, serta meraih pemenang pertama di New York Book Festival 2013,
AmerikaSerikat. Langkah-langkahnya menjadi inspirasi bagi para penulis, jerih
payahnya membuat kebanggaan baru bangsa ini.
Dia tidak mengikuti irama para koruptor yang asyik
mengelak bagaimana supaya hukumannya “bebas murni”, tidak turut kampanye
memasang spnaduk dan “bagi-bagi duit” yang dilakonkan banyak caleg untuk
menarik simpati menjelang Pemilu April 2014.
Andrea Hirata bekerja keras meraih prestasi.
Prestasi yang meyakinkan penduduk Indonesia bahwa menulis sama seperti profesi
lainnya, mampu berdiri sejajar, bahkan politikus ulung sekalipun. Andrea Hirata
makin meyakinkan banyak penulis, khususnya penulis muda yang tertarik menulis
untuk mengikuti jejaknya.
Laskar Pelangi: Menciptakan Kebanggaan Baru
Indonesia
Andrea Hirata membuktikan bahwa Indonesia tidak
hanya dikenal sebagai negeri yang menempati ranking pertama korupsi, gelar yang
sangat memalukan dan merendahkan martabat bangsa. Melalui bukunya Laskar
Pelangi, Andrea Hirata menciptakan kebanggaan baru Indonesia, setidaknya
merehabilitasi gelar memalukan itu. Indonesia memiliki novelis kelas dunia.
Menurut harian Indonensia berbahasa Inggeris, The
Jakarta Post (29 Oktober 2013), buku Laskar Pelangi sudah diterbitkan di 100
negara dan diterjemahkan ke dalam sekitar 30 bahasa selain bahasa aslinya,
Indonesia. Betapa bangganya memiliki penulis Indonesia yang disambut semarak di
luar negeri.
Bagi saya, setiap membaca buku Laskar Pelangi,
tidak hanya menikmati buku yang sangat menginspirasi itu, tetapi memuncukkan
rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Jutaan penduduk dunia mencintai buku itu,
tidak hanya bangsa di negeriku sendiri. Dunia terhenyak, bahwa ada orang
Indonesia yang mampu menulis autobiografi yang dirindukan dunia. Kisah
sederhanya yang ditulis dengan hati dan pesan yang universal.
Setidaknya Andrea Hirata menutup aib Indonesia di
media-media asin dengan berita koruptor yang masuk ke Pengadilan Tipikor.
Berita Indonesia menjadi berbeda. The New York Times misalnya mengisi kisah
Lasykar Pelangi yang diterjemahkan The Rainbow Troop di dalam pemberitaaannya.
Penjelasan tentang pulau Belitung dirilis dalam harian dengan oplah jutaan
eksemplar itu dengan kisah menginspirasi.
Penulis yang hebat mampu menjelaskan cerita
menginspirasi dari negeri bernama Indonesia dengan sangat apik. HarianThe New
York Times menulis LasykarPelangi (Rainbow Troop) sebagai berikut, “The island
of Belitong, Indonesia. Two teachers, Muslimah and Harfan, eagerly await the
beginning of the new school year and the arrival of their new pupils. At least
ten pupils need to attend their Islamic primary school, otherwise the
educational authority will close them down. No wonder they are both nervous.
Fortunately, ten students end up registering for school—most of the children
being from families of poor day laborers. Muslimah decides to call the group of
first graders the “rainbow troops.” Following the children over a period of
five years, we observe as these disadvantaged children struggle for the right
to make their dreams reality”.
Kecintaan saya, mungkin para pembaca bukuitu, bukan
hanya membaca bukunya, tetapi rindu melihatapa saja yang dilakukan penulisnya.
Andrea Hirata menjadiidola.Tentu lebih positif, dari pada mengidolakan para
“koruptor”, sebagaimana sudah merasuk pikiran para anak muda negeri ini.
Saya sangat senang menonton dialognya di televisi.
Dialog Sarah Seehan di TV Net bulan Nopember 2013 merupakan tontonan yang
menginspirasi, ketimbang menonton banyak dialog korupsi yang disiarkan
berjam-jam, tanpa makna bahkan makin lama makin menyebalkan.
Di sela-sela acara dialog itu ditayangkan televise
swasta Indonesia beberapa kegiatan Andrea Hirata sepanjang 2013: Peluncuran
buku di Italia, Jerman dan menjadi dosen tamu di Adelaide Australia.
Andrea bekeliling ke Italia untuk menghadiri
peluncuran novel Laskar Pelangi edisi Italia yang berjudul La Scuola Ai Confini
Del Mondo yang diterbitkan Rizzoli. Usai acara, para pembeli berebut
tandatangannya.
Selain menyaksikan orang-orang Italia yang sedang
membaca bukunya, saya menyaksikan reaksi pembeli buku orang Jerman dalam bahasa
local di Jerman dengan cetakan yang lebih mewah dari aslinya di Indonesia.
Tidak hanya orang Italia, orang Spanyol, Jepang, Bulgaria, dan berbagai Negara
yang menggunakan bahasa Inggeris.
Wajah mereka menunjukkan rasa kagum.
Komentar-komentar mereka sangat membanggakan.“Bagus, bagus sekali bukunya” ujar
seorang pembaca dalam bahasa Italia, karena hari itu berlangsung peluncuran buku
yang diterjemahkan ke dalam bahasa negeri seribu kanal itu.
Bangga dengan orang yang membuat dunia bangga.
Bukan bangga dengan orang yang membuat rakyat menderita.
Terbaik di New York Book Festival
Hal yang paling mengesankan adalah Lasykar Pelangi,
novel yang berlatar kehidupan anak sekolah di era 60-an di pulau Belitung,
penghasil timah, mendapat penghargaan di Amerika Serikat. Negeri yang dikenal
sangat menghargai prestasi tanpa membedakan latar belakang suku, agama dan ras.
Novel yang dalam edisi Amerika Serikatnya berjudul
The Rainbow Troops tersebut terpilih menjadi pemenang pertama untuk kategori
general fiction pada festival buku yang sangat bergengsi, yaitu New York Book
Festival 2013 yang berlangsung di Hotel Radisson Martinique, 21 Juni2013. Tahun
lalu (2012) pemenang kategori yang sama adalah buku Amerika, Patchwork of Me
yang ditulis Gregory G. Allen.
Yang lebih membanggakan lagi, karya Andrea Hirata
mengungguli penulis AS Samuel Finlay yang hanya terpilih sebagai runner up,
dengan karyanya Breakfast with The Dirt Cult di tempat kedua, serta 20 penulis
lainnya yang mendapat penghargaan dalam kategori general fiction. Bangga dong
memiliki penulis Indonesia seperti Andrea Hirata!.
Prestasi itu sekaligus membuat penulisnya melakukan
instropeksi diri, bukan menyombongkan diri..
”Mimpi lamaku agar novelku dapat diterbitkan oleh
penerbit-penerbit ternama kelas dunia, seperti Hanser Berlin, Rizzoli, dan
Mercure de France, akhirnya tercapai. Rasanya senang melihat novelku dipajang
di toko-toko buku di Eropa. Kuharap penulis-penulis muda Indonesia terinspirasi
dan tertantang untuk meraih pembaca di seluruh dunia,” kata Andrea.
Hal penting dan menjadi pelajaran bagi penulis di
tanah air, adalah ungkapan Andrea Hirata berikut ini. “Ini memberi saya begitu
banyak dorongan,”katanya. “Saya sadar bahwa saya sekarang menghadapi audiens
internasional canggih, sehingga definisi tertulis saya budaya Indonesia harus
diperluas.
Salah satu tantangan adalah menciptakan karakter.
Saya mencoba untuk menulis kalimat saya untuk mengungkapkan peristiwa epic
terjadi pada orang-orang biasa,” seperti dikutip The Jakarta Post.
Sebuah pemaknaan yang menunjukkan kerendahan hati
seorang penulis. Andrea adalah seorang yang sederhana, tidak memoles-moles
profilnya seperti banyak dilakukan para caleg menuju Pemilu 2014. Tidak
langsung berbusung dada ketika mencapai puncak, tetapi terus menyempurnakan
diri, belajar terus menerus memperbaiki kemampuannya.
Selain itu, menurut penulisnya sendiri, sebagian
royalty tulisannya akan disumbangkan untuk kegiatan-kegiatan yang mencerdaskan
bangsa. Mirip langkah yang dilakukan James Patterson, penulis dengan pendapatan
paling tinggi di Amerika Serikat yang banyak membantu masyarakat dunia dari
hasil tulisan-tulisannya.
Andrea Hirata pantas menjadi icon penulis Indonesia
abad ke 21. Kisahnya menginspirasi para penulis untuk terus mengembangkan diri,
belajar tidak henti. Dia telah membuktikan kemampuan penulis Indonesia. Penulis
Indonesia itu hebat!. Kuncinya, bekerja keras, belajar dan jangan terus
merengek dan mengeluh!. ***
Penulis adalah penulis biofrafi, berdomisili di
Medan.
Jumat, 14 Februari 2014
Bertemu Setelah Sekian Tahun Bersahabat di FB
Oleh Jannerson Girsang
Bertemu muka dengan sahabat FB setelah sekian lama bercengkerama di dunia maya membawa kebahagiaan tersendiri. Itulah yang kualami hari ini. Ibarat pacaran dan sudah lama surat-suratan, tanpa diduga bersua di Pelabuhan Belawan.
Hari ini (13 Pebruari 2014) saya bertemu dengan sahabatku di FB Prof Dr Posman Sibuea dan Dr Tiur Gultom dalam sebuah acara seminar proposal penelitiannya Dr Sabam Malau, di gedung Justin, Universitas HKBP Nommensen Medan. Padahal kami sudah sekian tahun akrab di FB.
Setelah lama berbincang-bincang sebelum acara, tiba acara martarombo. Saya sebut marga saya Girsang. Dr Tiur Gultom langsung menyebut nama lengkap saya, : "Pak Jannerson Girsang ya,", katanya.
Ternyata ibu doktor pemuliaan tanaman dari UGM ini pernah menasehati saya jalan keluar saat FB saya dihack orang usil dua tahun lalu. Seperti orang Samaria yang menolong orang yang luka-luka karena kena rampok, padahal belum dikenalnya. Pertolongan yang tulus di dunia maya.
Sementara, dalam waktu berbeda,saat acara berlangsung, saya duduk berhadapan dengan Prof Dr Posman--salah seorang guru besar Sumut paling produktif menulis di berbagai media nasional, berjarak kira-kira 10 meter dan di batasi dua meja dan ruang yang agak luas. Artikel-artikel beliaulah salah satu yang turut mengiinspirasi terus menulis.
Suatu saat kami beradu pandang. "Pak Jannerson ya", katanya dengan mengacungkan tangan.
Saya mengangguk-angguk, sambil tersenyum. "Prof Posman," kata saya dan kami tertawa dalam hati masing-masing. Sukacita!
Itulah luar biasanya alat komunikasi FB. Jadi, peliharalah dan manfaatkanlah teknologi ini untuk kebaikan.
Saya kira itulah salah satu pemikiran Zuckerberg--pendiri Facebook sepuluh tahun lalu, yang brilian!.
Menjalin persahabatan dengan sebanyak mungkin orang dengan kata-kata yang menginspirasi, kebaikan. Siapa saja bisa melanggengkan persahabatan seolah kita sudah menjadi sebuah keluarga. Dunia akan semakin damai dan penuh cuka cita.
Coba bayangkan kalau FB tidak ada!.
Selamat ber FB ria!.
Terima kasih Dr Ir Sabam Malau yang telah mengundang orang-orang cerdas dan menularkan kecerdasan dan sukacita hari ini. Karyamu akan memberi sukacita dan menyinari banyak orang. Semoga cepat-cepat menjadi professor!
Bertemu muka dengan sahabat FB setelah sekian lama bercengkerama di dunia maya membawa kebahagiaan tersendiri. Itulah yang kualami hari ini. Ibarat pacaran dan sudah lama surat-suratan, tanpa diduga bersua di Pelabuhan Belawan.
Hari ini (13 Pebruari 2014) saya bertemu dengan sahabatku di FB Prof Dr Posman Sibuea dan Dr Tiur Gultom dalam sebuah acara seminar proposal penelitiannya Dr Sabam Malau, di gedung Justin, Universitas HKBP Nommensen Medan. Padahal kami sudah sekian tahun akrab di FB.
Setelah lama berbincang-bincang sebelum acara, tiba acara martarombo. Saya sebut marga saya Girsang. Dr Tiur Gultom langsung menyebut nama lengkap saya, : "Pak Jannerson Girsang ya,", katanya.
Ternyata ibu doktor pemuliaan tanaman dari UGM ini pernah menasehati saya jalan keluar saat FB saya dihack orang usil dua tahun lalu. Seperti orang Samaria yang menolong orang yang luka-luka karena kena rampok, padahal belum dikenalnya. Pertolongan yang tulus di dunia maya.
Sementara, dalam waktu berbeda,saat acara berlangsung, saya duduk berhadapan dengan Prof Dr Posman--salah seorang guru besar Sumut paling produktif menulis di berbagai media nasional, berjarak kira-kira 10 meter dan di batasi dua meja dan ruang yang agak luas. Artikel-artikel beliaulah salah satu yang turut mengiinspirasi terus menulis.
Suatu saat kami beradu pandang. "Pak Jannerson ya", katanya dengan mengacungkan tangan.
Saya mengangguk-angguk, sambil tersenyum. "Prof Posman," kata saya dan kami tertawa dalam hati masing-masing. Sukacita!
Itulah luar biasanya alat komunikasi FB. Jadi, peliharalah dan manfaatkanlah teknologi ini untuk kebaikan.
Saya kira itulah salah satu pemikiran Zuckerberg--pendiri Facebook sepuluh tahun lalu, yang brilian!.
Menjalin persahabatan dengan sebanyak mungkin orang dengan kata-kata yang menginspirasi, kebaikan. Siapa saja bisa melanggengkan persahabatan seolah kita sudah menjadi sebuah keluarga. Dunia akan semakin damai dan penuh cuka cita.
Coba bayangkan kalau FB tidak ada!.
Selamat ber FB ria!.
Terima kasih Dr Ir Sabam Malau yang telah mengundang orang-orang cerdas dan menularkan kecerdasan dan sukacita hari ini. Karyamu akan memberi sukacita dan menyinari banyak orang. Semoga cepat-cepat menjadi professor!
Senin, 10 Februari 2014
Karya-karya Penulis Sumut: LIm Rosni
Arsip Judul-judul Cerpen, Artikel, Puisi, dan Cerbung yang Telah Dimuat di Koran/Majalah.
1. Salamah (Analisa, 27-07-1990).
2. Pak Bun (Analisa, 12-10-1990).
3. Menggapai Prestrasi (Analisa, 27-11-1990).
4. Mama (Analisa, 25-01-1991).
5. Sahabat Tujuh Jam (Analisa, 15-02-1991).
6. Buku Harian Rindi (Analisa, 02-04-1991).
7. Tia (Analisa, 14-05-1991).
8. Kembali Teguh (Analisa, 11-06-1991).
9. Di Antara Dua (Analisa, 16-07-1991).
10. Putusan (Analisa, 12-08-1991).
11. Lukisan Terakhir (Analisa, 30-09-1991).
12. Krisis Telah Berlalu (Analisa, 11-10-1991).
13. Nyontek (Analisa, 18-10-1991).
14. Kontra si Bengal (Analisa, 25-10-1991).
15. Fiorentina dan Sepakbola (Analisa, 25-11-1991).
16. Gelang (Analisa, 03-12-1991).
17. Cinta yang Dalam (Analisa, 06-12-1991).
18. Kompensasi Diriku (Analisa, 24-12-1991).
19. Kebersamaan Ini (Analisa, 30-12-1991).
20. Sebuah Langkah Awal (Analisa, 13-01-1992).
21. Gagal (Analisa, 04-02-1992).
22. Jangan Ucapkan Selamat Tinggal (Analisa, 07-02-1992).
23. Elegi November (Analisa, 11-02-1992).
24. Dalam Kegersangan Jiwa (Analisa, 09-03-1992).
25. Suatu Hari Antara Aku dan Sam (Analisa, 01-05-1992).
26. Resah Hari Ini (Analisa, 29-05-1992).
27. Kompetisi (Analisa, 02-06-1992).
28. Biarkan Seseorang Tahu (Analisa, 19-06-1992).
29. Memori dan Lakon (Analisa, 07-07-1992).
30. Seindah Persahabatan Kita (Analisa, 21-07-1992).
31. Sandiwara Satu Babak (Analisa, 07-08-1992).
32. Lagu Pilu (Analisa, 02-10-1992).
33. Disibak Debur-debur Ombak (Analisa, 20-10-1992).
34. Hari Ini Kukenal Dian (Analisa, 01-12-1992).
35. Menunggu Sang Elang (Analisa, 05-01-1993).
36. Nopember Membawa Kisah (Analisa, 12-01-1993).
37. Percakapan (Analisa, 29-01-1993).
38. Suatu Malam di Kampus (Analisa, 09-03-1993).
39. Keluarga (Analisa, 30-03-1993).
40. Rick, Tentang Kemarin... (Analisa, 04-06-1993).
41. Jangan Pergi Kasih (Analisa, 08-06-1993).
42. Menanti Bayangan Semu (Analisa, 13-07-1993).
43. Akhir Sebuah Kisah (Analisa, 31-08-1993).
44. Wajah Lugu Bermata Polos (Analisa, 28-09-1993).
45. Gara-gara si Poni Panjang (Analisa, 26-10-1993).
46. Jurang Pemisah (Analisa, 26-04-1994).
47. Janji untuk Lungka (Analisa, 17-05-1994).
48. Mimpi Buruk Telah Berlalu (Analisa, 05-08-1994).
49. Al (Analisa, 09-08-1994).
50. Sebuah Rumah di Tepi Pantai (Analisa, 16-08-1994).
51. Kisah Agustus (Analisa, 20-09-1994).
52. Kembalinya si Anak Hilang (Analisa, 20-12-1994).
53. Pada Malam Bulan Purnama (Analisa, 17-01-1995).
54. Pulang (Analisa, 24-01-1995).
55. Wajah dalam Bingkai (Analisa, 09-1995)
56. Kenangan yang Tertinggal (Analisa, 28-05-1997).
57. Sesuatu yang Hilang (Analisa, 28-02-2002).
58. Ayah (Analisa, 11-04-2002)
59. Kisah di Pulau Pinang (Analisa, 07-11-2002).
60. Penantian Panjang (Analisa, 13-05-2004).
61. Kepergian Sahabatku (Analisa, 15-11-2006).
62. Cheng Beng Tahun Ini (Analisa, 25-04-2007).
63. Mimpi (Analisa, 06-06-2012).
64. Janji di Masa Depan (Analisa, 31-10-2012).
65. Deringan Itu (Analisa, 27-02-2013).
66. Dia yang Hilang (Analisa, 19-06-2013).
67. Tengah Bulan Ketujuh (Analisa, 21-08-2013).
68. Genset (Analisa,16-10-2013).
69. THR (Analisa, 15-01-2014).
70. Cintaku Belum Dikembalikan (WKR Analisa, 09-09-1990).
71. Enam Kosong untuk Arca (WKR Analisa, 21-09-1991).
72. Tina (WKR Analisa, 19-10-1991).
73. Tamu Tahun Baru (TRP Analisa, 15-03-2000).
74. Pecundang (TRP Analisa, 15-12-2001).
75. Ini Angpau atau... (TRP Analisa, 09-06-2002).
76. Cerita si Minah (TRP Analisa, 08-09-2002).
77. Api (TRP Analisa, 21-10-2012).
78. Tiga Puluh Menit (TRP Analisa, 31-03-2013).
79. Siasat Tiga Sekawan (Taman Riang Analisa, 30-08-1992).
80. Tiga Putra Petani (Taman Riang Analisa, 17-11-2013).
81. Anak yang Menyesal (Taman Riang Analisa, 15-12-2013).
82. Warisan (Cerpen Minggu/Rebana Analisa, 28-07-1991).
83. Akhir dari Sebuah Kesetiaan (Cerpen Minggu/Rebana Analisa, 15-01-1995).
84. Kesempatan Kedua (Cerpen Rebana, 24-03-2013).
85. Ironis (Cerpen Rebana, 20-10-2013).
86. Kabut Menjelang Kepergian (Majalah Ria Film, 22/28-08-1990).
87. Gadis Kecil Ridwan (Majalah Ria Film, 06/12-02-1991).
88. Susani (Majalah Ria Film, 03/09-07-1991).
89. Sahabat Kecil (Majalah Ria Film, 25-09/01-10-1991).
90. Sepotong Cinta untuk Rick (Majalah Ria Film, 24/30-06-1992).
91. Masih Seperti Dulukah? (Majalah Ria Film, 15/21-07-1992).
92. Titip Rindu Buat yang Terkasih (Majalah Ria Film, 16/22-09-1992).
93. Lagu Sendu untuk Sam (Majalah Ria Film, 14/20-10-1992).
94. Hujan di Kota Sepi (Majalah Ria Film, 28-04/04-05-1993).
ARTIKEL/OPINI/RESENSI/PROFIL:
1. Resensi Cerpen "Tembang Tanpa Nada" karya Kwa Tjen Siung (Analisa, 09-11-1991).
2. Bagaimana Cara Belajar yang Tepat? (Analisa, 29-02-1992).
3. SMAK Budi Murni-1 Mengadakan Perpisahan (WKR Analisa, 06-06-1992).
4. Buku Harianku, Buku Harianmu (Analisa, 26-09-1992).
5. Profil Erni Suriana (WKR Analisa, 07-11-1992).
6. Profil Tanita Liasna, Mutiara dari Binjai (TRP Analisa, 16-12-2012).
7. Biarkan Anak Anda Mandiri (Analisa, 03-05-2013).
8. Profil David Tandri, Penyair dengan Sejuta Isyarat Cinta (TRP Analisa, 9-06-2013).
9. Mengupas Watak Tokoh Cerpen "Kafe Oriental" (Rebana Analisa, 21-07- 2013).
10. Dimensi Lain (TRP Analisa, 25-08-2013).
11. Waspadai Modus Penipuan (Opini Analisa, 13-11-2013).
12. Kelembutan nan Memukau dalam Shine on Me (Rebana Analisa, 17-11-2013).
13. Guru, Pahlawan dalam Hatiku (TRP Analisa, 24-11-2013).
14. Ada Apa dengan Pengobatan Dalam Negeri? (Opini Analisa, 23-12-2013).
15. Mengenal Hari-hari Besar dalam Budaya Tionghoa (TRP Analisa, 12-01-2014).
16. Legenda Hakim Bao dan Kisah si Kembar dalam Pedang Bao Zheng (Rebana Analisa, 02-02-2014).
PUISI:
1. Hidup (Analisa, 17-06-1990).
2. Ballada Anak Gelandangan (Analisa, 05-08-1990).
3. Pesta Bernoda (Analisa, 07-09-1991).
4. Chris (TRP Analisa, 08-10-2006).
5. Seseorang (TRP Analisa, 08-10-2006).
6. Sayang (TRP Analisa, 15-04-2007).
7. Kau (TRP Analisa, 22-04-2007).
8. Bohong (TRP Analisa, 22-04-2007).
9. Adam dari Kesepian (Medan Bisnis, 27-10-2013).
10. Luka (Medan Bisnis, 27-10-2013).
CERBUNG:
1. Liku-liku Aline Kecilku (10 episode, TRP Analisa, Nopember 2004 s/d Februari 2005).
2. Pisau Hati (25 episode, TRP Analisa, Februari 2009 s/d Agustus 2009).
3. Sebuah Kisah Memori (12 episode, TRP Analisa, September 2011 s/d Januari 2012).
NOVEL:
1. Sebuah Pembalasan (267 halaman, Penerbit Leutika Prio, terbit Oktober 2011).
Sumber: https://www.facebook.com/notes/lim-rosni/arsip-judul-judul-cerpen-artikel-puisi-dan-cerbung-yang-telah-dimuat-di-koranmaj/379104348835873?comment_id=65986695&offset=0&total_comments=48¬if_t=note_reply.
Rabu, 05 Februari 2014
Ruliah Haloho: Perempuan Menginspirasi dari Simalungun
Desember 2013 lalu, saya menerima
telepon dari Ruliah Haloho. Kaget, karena dipesan menuliskan kesan dalam buku otobiografinya.
“Siapa ini,” saya bertanya, karena nomor teleponnya tidak kukenal, tetapi
samar-samar ingat suaranya.
Ternyata yang memanggil adalah Ruliah Haloho.
Seorang perempuan Simalungun yang paling kukagumi. Saya sangat senang
menuliskannya, walau terasa buru-buru dan saat yang sama saya menulis buku
otobiografi seorang tokoh dari Jakarta.
Usia saya dan Ruliah terpaut
sekitar 27 tahun. Perkenalan pertama kami adalah sekitar 1986, saat saya
menjadi dosen dan kemudian Rektor di Universitas Simalungun (USI) 1988-1990.
Saat itu beliau menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Simalungun.
Pertemuan pertama itu membuat
kami seolah tiada batas usia dan senantiasa setara membicarakan apapun. Dalam
setiap pertemuan dengan beliau, baik di pesta atau acara perayaan gereja, saya
selalu mendapat inspirasi dan semangat baru. Beliau adalah seorang perempuan
yang bersemangat dan berfikir positif, kreatif dan peduli. Pertemuan terakhir
saya adalah Desember 2012, saat putri pertama saya Clara Girsang menikah di
Jakarta. Bertemu dengan Ruliah adalah mendapat inspirasi dan semangat baru!.
Beliau begitu perhatian kepada
ketiga putri kami dari almarhum Parker Girsang, dan saudara-saudara saya di
Bekasi, tempatnya bermukim sekarang ini. Kepedulian ini juga menular kepada
putranya Chrismas Haloho dan putrinya Triana Haloho. Kami jadi seperti saudara.
Kesan saya yang paling mendalam
adalah ketika kami mengumpulkan dana untuk sebuah perayaan Natal, keluar masuk
PTP menemui para pejabat Simalungun yang ada di PTP, bersama inang Damertina
Saragih (juga seorang aktivis perempuan Simalungun yang banyak terlibat dalam
kegiatan-kegiatan sosial). Saat itu kami pulang sudah malam hari. Tetapi beliau
tidak pernah kelihatan lesu. Selalu bersemangat dan membicarakan hal-hal yang
bervisi jauh ke depan.
Tahun 1990, saya meninggalkan
Pematangsiantar dan bermukim di Medan. Kontak hamper terputus dan saya memang
kehilangan inspirasi dari seorang guru dan inspirator. Lama sekali kami tidak
bertemu, dan suatu ketika saya memerlukan beliau. Ketika itu, 2004, saya
menulis buku “Anugerah Tuhan yang Tak Terhingga” buku biografi Pdt Armencius
Munthe, MTh (mantan Ephorus GKPS).
Ketika diinformasikan beliau salah satu yang ditunjuk Pdt A Munthe mengisi kesan dan pesan dalam buku
itu, saya makin meyakini bahwa inang ini adalah orang yang istimewa di GKPS. Saya
memiliki kesan lebih mendalam tentang kiprahnya di GKPS. Seorang yang mampu
belajar cepat dan memiliki kemauan maju yang luar biasa. Kesan saya, beliau
mengerjakan sesuatu tuntas dan tepat waktu. Kata-katanya menginspirasi dan
tidak pernah meremehkan orang lain.
Ruliah adalah contoh perempuan
desa Simalungun yang dengan kegigihannya telah menempatkan dirinya unggul di
zamannya. Dari seorang guru menjadi anggota DPRD, serta peduli kepada
perkembangan Simalungun.
Semoga buku ini menjadi inspirasi
bagi perempuan Simalungun, dan masyarakat Simalungun pada umumnya.
Selamat Ulang Tahun ke 79 dan
semoga sehat selalu dan tetap berkiprah sebagai inspirator di tengah keluarga,
gereja dan masyarakat.
Medan, Januari 2014.
St Ir Jannerson Girsang
Selasa, 04 Februari 2014
Syamas Inah Br Sembiring: Empat Belas Tahun Merawat Suami dan Menjadi Tiang Ekonomi Keluarga
Oleh: Jannerson Girsang
Bagi seorang ibu muda, empat belas tahun merawat suami yang sakit, dan menjadi tiang ekonomi keluarga beranak dua, bukan hal yang mudah. Membutuhkan kesabaran, ketekunan, pengharapan dan pemaknaan hidup yang positif.
Kisah dibalik meninggalnya Daulat Sitopu—salah seorang jemaat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Simalingkar, Medan, menjadi teladan berharga bagi para jemaat yang menghadiri acara pangapohon (penghiburan) malam ini (27 Mei 2013).
Rumahnya tipe 21 di Jalan Jahe, Perumnas Simalingkar malam ini (27 Mei 2013) menjadi saksi betapa Tuhan senantiasa menguatkan dan memberkati umatNya yang setia di jalanNya dan mengerjakan pekerjaan secara benar.
Disaksikan kedua putra putrinya, serta sekitar 30-an jemaat, Inah berkisah dengan bersemangat, walau sesekali tak dapat menahan harunya dengan meneteskan air mata.
Begitu memilukan bagi Inah, pagi 15 Mei 2013. “Saya ketika itu pergi ke pajak membeli sarapan suami saya . Tetapi, setibanya di rumah, saya menemukan suami saya tidak bernyawa lagi. Saya menangis sejadi-jadinya dan kemudian memanggil teman-teman saya,” ujarnya.
Setelah sakit sekian lama, suami Inah br Sembiring, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir, di usia 49 tahun, tanpa disaksikan anak-anaknya. Beberapa tahun terakhir kedua anaknya tinggal terpisah dengan keluarga karena mengikut suami dan putranya yang tinggal dan bekerja di Jakarta.
Dua hari, suasana duka melingkupi seluruh keluarga dan jemaat Simalingkar hingga suaminya dikebumikan 17 Mei 2013 lalu. Dua hari, ratusan jemaat GKPS Simalingkar, keluarga dan tetangga memenuhi halaman beberapa rumah didepan dan disamping rumah duka.
Pengalaman pahit Inang selama empat belas tahun begitu menyentuh dan mengharukan. “Saya menerima keadaan suami saya apa adanya. Kesulitan saya hadapi dengan tetap berdoa, meminta pertolongan Tuhan dan bekerja dengan benar”
Suaminya mulai sakit di usia 35 tahun, dan bahkan terkena stroke pada 2006. Dulunya, suaminya adalah seorang supir angkot milik sendiri. Selama empat belas tahun itu, Inah br Sembiring menghadapi pergumulan yang berat. Mulai dari kesulitan ekonomi—karena harus mencari nafkah, merawat suami, serta membelanjai anak-anaknya yang sekolah dan kuliah.
Berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai dari berdagang sayuran yang dibelinya di gunung dan dijual di Sambu, menjual buah di Simpang Simalingkar, bekerja sebagai juru masak di sebuah perusahaan catering. Dalam keadaan suaminya sakit, bahkan Inah br Sembiring, bersama seorang temannya membuka catering sendiri.
“Praktis, sejak 2006, aku yang harus mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak dan biaya perawatan suamiku. Tuhan begitu baik,” katanya.
Kesulitan keuangan memang bisa diatasinya dan mampu memberinya kebutuhan keluarga. Tetapi bukan itu saja masalah terberat yang dihadapinya.
“Saat suami saya mulai sakit, usia saya masih muda. Setiap pagi saya selalu meminta pertolongan dari Tuhan agar terhindar dari godaan yang bisa merusak rumah tanggaku, anak-anakku Aku selalu berdoa agar Tuhan, jangan sampai karena kemiskinan keluargaku aku jatuh ke dalam dosa,” ujar lulusan D3 Pendidikan dari salah sebuah perguruan tinggi di Medan ini mantap,.
Nama baik keluarga, masa depan anak-anaknya menjadi motivasi baginya untuk selalu hidup di jalan yang benar. “Sebagai seorang ibu bagi anak-anakku, aku tidak mau mereka malu. Aku tidak mau anakku tidak laku, karena kelakuan mamanya tidak baik,” ujarnya mengungkap energi yang memberinya semangat.
Dia berbaur dengan jemaat. Inah tidak lupa mar ari Selasa (kebaktian ibu-ibu) dan menghadiri pesta-pesta atau ke tempat orang yang kemalangan. "Saya sangat berterima kasih atas dukungan dan bantuan gereja GKPS Simalingkar. Beban berat,terasa ringan, kalau kita bersatu."ujarnya.
Dalam penderitaan yang demikian berat, Inah justru mampu menikahkan Putrinya Melda. Menantunya adalah seorang polisi yang kini bertugas di Tarutung, dan sudah dikaruniai seorang cucu. Sementara anaknya laki-laki kini bekerja dan tinggal di Jakarta.
Tiga hari sebelum suaminya meninggal, Inah br Sembiring, terpilih sebagai Syamas di gereja GKPS Simalingkar. Syamas dipilih oleh anggota jemaat, yang berarti dia dikenal betul oleh jemaat GKPS Simalingkar yang berjumlah 180 KK tersebut.
“Pada periode sebelumnya, saya sudah mengajukan inang boru Sembiring, sebagai syamas, tetapi dia menolak dengan alasan masih mengurus suami yang sakit dan anak-anak. Tetapi, inilah mungkin saatnya. Ketika saya calonkan, dia menerima,”ujar St Weldy Saragih, SP Ketua Sektor III GKPS Simalingkar.
Para jemaat yang hadir malam ini menghiburnya, “Kalau dulu inang boru Sembiring hanya melayani suami dan anak-anak, sekarang harus melayani banyak orang. Semoga inang sehat dan tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan senantiasa melindungi dan menguatkan inang”.
Khotbah Wakil Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih, SE yang diambil dari Jeremia 31:13b: ".. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka," menguatkan keluarga dan menutup acara malam ini.
Kami semua berdoa, kiranya Tuhan menjadikanmu sebagai teladan seorang ibu di gereja dan di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang banyak kawin cerai, bahkan hanya karena masalah sepele.
Inah br Sembiring telah membuktikan dirinya setia sampai akhir. Yang dipertemukan Tuhan hanya dapat dipisahkan kematian!.
"Just do what must be done. This may not be happiness, but it is greatness". George Bernard Shaw
Bagi seorang ibu muda, empat belas tahun merawat suami yang sakit, dan menjadi tiang ekonomi keluarga beranak dua, bukan hal yang mudah. Membutuhkan kesabaran, ketekunan, pengharapan dan pemaknaan hidup yang positif.
Kisah dibalik meninggalnya Daulat Sitopu—salah seorang jemaat Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) Simalingkar, Medan, menjadi teladan berharga bagi para jemaat yang menghadiri acara pangapohon (penghiburan) malam ini (27 Mei 2013).
Rumahnya tipe 21 di Jalan Jahe, Perumnas Simalingkar malam ini (27 Mei 2013) menjadi saksi betapa Tuhan senantiasa menguatkan dan memberkati umatNya yang setia di jalanNya dan mengerjakan pekerjaan secara benar.
Disaksikan kedua putra putrinya, serta sekitar 30-an jemaat, Inah berkisah dengan bersemangat, walau sesekali tak dapat menahan harunya dengan meneteskan air mata.
Begitu memilukan bagi Inah, pagi 15 Mei 2013. “Saya ketika itu pergi ke pajak membeli sarapan suami saya . Tetapi, setibanya di rumah, saya menemukan suami saya tidak bernyawa lagi. Saya menangis sejadi-jadinya dan kemudian memanggil teman-teman saya,” ujarnya.
Setelah sakit sekian lama, suami Inah br Sembiring, akhirnya menghembuskan nafasnya yang terakhir, di usia 49 tahun, tanpa disaksikan anak-anaknya. Beberapa tahun terakhir kedua anaknya tinggal terpisah dengan keluarga karena mengikut suami dan putranya yang tinggal dan bekerja di Jakarta.
Dua hari, suasana duka melingkupi seluruh keluarga dan jemaat Simalingkar hingga suaminya dikebumikan 17 Mei 2013 lalu. Dua hari, ratusan jemaat GKPS Simalingkar, keluarga dan tetangga memenuhi halaman beberapa rumah didepan dan disamping rumah duka.
Pengalaman pahit Inang selama empat belas tahun begitu menyentuh dan mengharukan. “Saya menerima keadaan suami saya apa adanya. Kesulitan saya hadapi dengan tetap berdoa, meminta pertolongan Tuhan dan bekerja dengan benar”
Suaminya mulai sakit di usia 35 tahun, dan bahkan terkena stroke pada 2006. Dulunya, suaminya adalah seorang supir angkot milik sendiri. Selama empat belas tahun itu, Inah br Sembiring menghadapi pergumulan yang berat. Mulai dari kesulitan ekonomi—karena harus mencari nafkah, merawat suami, serta membelanjai anak-anaknya yang sekolah dan kuliah.
Berbagai pekerjaan dilakoninya, mulai dari berdagang sayuran yang dibelinya di gunung dan dijual di Sambu, menjual buah di Simpang Simalingkar, bekerja sebagai juru masak di sebuah perusahaan catering. Dalam keadaan suaminya sakit, bahkan Inah br Sembiring, bersama seorang temannya membuka catering sendiri.
“Praktis, sejak 2006, aku yang harus mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak-anak dan biaya perawatan suamiku. Tuhan begitu baik,” katanya.
Kesulitan keuangan memang bisa diatasinya dan mampu memberinya kebutuhan keluarga. Tetapi bukan itu saja masalah terberat yang dihadapinya.
“Saat suami saya mulai sakit, usia saya masih muda. Setiap pagi saya selalu meminta pertolongan dari Tuhan agar terhindar dari godaan yang bisa merusak rumah tanggaku, anak-anakku Aku selalu berdoa agar Tuhan, jangan sampai karena kemiskinan keluargaku aku jatuh ke dalam dosa,” ujar lulusan D3 Pendidikan dari salah sebuah perguruan tinggi di Medan ini mantap,.
Nama baik keluarga, masa depan anak-anaknya menjadi motivasi baginya untuk selalu hidup di jalan yang benar. “Sebagai seorang ibu bagi anak-anakku, aku tidak mau mereka malu. Aku tidak mau anakku tidak laku, karena kelakuan mamanya tidak baik,” ujarnya mengungkap energi yang memberinya semangat.
Dia berbaur dengan jemaat. Inah tidak lupa mar ari Selasa (kebaktian ibu-ibu) dan menghadiri pesta-pesta atau ke tempat orang yang kemalangan. "Saya sangat berterima kasih atas dukungan dan bantuan gereja GKPS Simalingkar. Beban berat,terasa ringan, kalau kita bersatu."ujarnya.
Dalam penderitaan yang demikian berat, Inah justru mampu menikahkan Putrinya Melda. Menantunya adalah seorang polisi yang kini bertugas di Tarutung, dan sudah dikaruniai seorang cucu. Sementara anaknya laki-laki kini bekerja dan tinggal di Jakarta.
Tiga hari sebelum suaminya meninggal, Inah br Sembiring, terpilih sebagai Syamas di gereja GKPS Simalingkar. Syamas dipilih oleh anggota jemaat, yang berarti dia dikenal betul oleh jemaat GKPS Simalingkar yang berjumlah 180 KK tersebut.
“Pada periode sebelumnya, saya sudah mengajukan inang boru Sembiring, sebagai syamas, tetapi dia menolak dengan alasan masih mengurus suami yang sakit dan anak-anak. Tetapi, inilah mungkin saatnya. Ketika saya calonkan, dia menerima,”ujar St Weldy Saragih, SP Ketua Sektor III GKPS Simalingkar.
Para jemaat yang hadir malam ini menghiburnya, “Kalau dulu inang boru Sembiring hanya melayani suami dan anak-anak, sekarang harus melayani banyak orang. Semoga inang sehat dan tetap berpegang teguh pada keyakinan bahwa Tuhan senantiasa melindungi dan menguatkan inang”.
Khotbah Wakil Pengantar Jemaat GKPS Simalingkar, St Japorman Saragih, SE yang diambil dari Jeremia 31:13b: ".. Aku akan mengubah perkabungan mereka menjadi kegirangan, akan menghibur mereka dan menyukakan mereka sesudah kedukaan mereka," menguatkan keluarga dan menutup acara malam ini.
Kami semua berdoa, kiranya Tuhan menjadikanmu sebagai teladan seorang ibu di gereja dan di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang banyak kawin cerai, bahkan hanya karena masalah sepele.
Inah br Sembiring telah membuktikan dirinya setia sampai akhir. Yang dipertemukan Tuhan hanya dapat dipisahkan kematian!.
"Just do what must be done. This may not be happiness, but it is greatness". George Bernard Shaw
Langganan:
Postingan (Atom)