My 500 Words

Selasa, 17 Agustus 2010

Dirgahayu Republik Indonesia (17 Agustus 1945-17 Agustus 2010)

Oleh: Jannerson Girsang

17 Agustus 2010. Pagi ini saya bangun pukul 07, karena tadi malam menonton Bukan Empat Mata acara ngetop yang dibawakan oleh Tukul Arwana dan Ola. Aku kagum kreativitas Sinta dan Jojo, dua gadis yang mengunduh video terkenal lypsinc Keong Racun, mengharumkan kreativitas bangsa ke dunia internasional melalui internet.

Bersama mereka juga hadir dua bintang baru Putri Penelope (Putri Lana dan Cinta Penelope) yang kemudian menjadi penyanyi lagu Keong Racun yang diaransemen oleh Charly T12—yang malam itu hadir bersama mereka. Suara mereka memberiku inspirasi baru, ketimbang suara-suara pemimpin yang penuh retorika dan pencitraan diri. Semoga para pemimpinku menyadari bahwa pidato-pidato retorika hanya akan menjerumuskan diri mereka sendiri. Para anak muda ini adalah orang-orang yang kreatif yang bersih dari korupsi--penyakit kronis bangsa yang tak kunjung pupus, malah makin merajalela di masa reformasi ini.

Berbeda dengan mereka yang polos, Presiden kami lupa menyebut-nyebut dalam pidatonya hasil suvey PERC, Maret 2010, yang menempatkan Indonesia sebagai negara terkorup di Asia Pasifik, tetapi tidak lupa menyebut kalau lembaga survey memuji keberhasilannya. Pidato gubernur kami selalu berapi-api: rakyat tidak miskin, tidak sakit dan tidak bodoh. Tapi tidak merasakan kesedihan rakyatnya mendengar laporan ICW yang tahun ini menempatkan provinsi tercintaku Sumatera Utara di peringkat atas korupsi di negara ini.

Moga-moga para pemimpin mau mendengar suara-suara jernih yang menginspirasi dari anak-anak muda yang kreatif. Mereka mau sadar bahwa untuk mencapai sesuatu harus dengan kerja keras, ketekunan dan kejujuran. Ketidakjujuran akan memasung kreativitas, dan kalau itu berlanjut maka para pemimpin akan semakin tersesat. Setelah kuasanya selesai, maka selesailah dia. Tidak seperti Bung Karno, Bung Hatta—yang meskipun mereka tidak ada lagi, tetap dikenang sepanjang masa.

Di rumahku, Peringatan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-65 ditandai dengan pengibaran bendera merah putih di depan rumah, dan memberangkatkan anak bungsuku Devi ke sekolah untuk mengikuti Upacara di sekolahnya. Mengirim ucapan Selamat Ultah RI kepada anak-anakku Clara, Patricia dan Bernard, Christin, Hilda, Icha yang tinggal di Jakarta.

Pagi ini aku bangga dengan penampilan anakku Devi. Tuhan menganugerahinya tubuh yang tinggi, pintar dan tampak gagah dengan seragamnya. Dia menjadi anggota Paskibra di sekolahnya. Dialah satu-satunya utusan keluarga kami yang mengikuti Upacara Peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Karena kami hanyalah orang kecil yang tidak mendapat undangan dari manapun untuk merayakan Hari Ulang Tahun RI. .

Devi tampak bangga memakai seragam Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) di sekolahnya SMA Methodist I Medan, di Jalan Hang Tuah. Semua perlengkapan dimasukkan dalam ransel dan diikatkan di punggungnya. Dia pamit dan pergi mengendarai sepeda motor Revo warna merah-hitam kebanggaannya. Dia begitu senang dan bersemangat sebagai anggota Pasrkibra di Sekolahnya. Senyumnya yang lepas tandanya dia begitu menikmati Hari Ulang Tahun Indonesia ke-65, hari ini.

Devi bangga dirinya menjadi bangsa Indonesia. Berprestasi di sekolah dan memiliki harapan dan cita-cita memajukan bangsanya. Semoga cintanya kepada bangsanya, cita-citanya yang tulus tercapai dalam beberapa peringatan Hari Ulang Tahun RI ke depan. Semoga anakku menjadi generasi muda yang mampu melenyapkan korupsi dari negara ini.

Hari ini, tidak ada hal yang istimewa di rumah kami, di sebuah sudut di bagian Selatan kota Medan, Sumut. Biasanya, setiap tahun ada permintaan sumbangan untuk biaya perayaan HUT RI di lingkungan. Namun sampai hari ini tidak ada permintaan sumbangan seperti tahun-tahun sebelumnya. Kemaren Kepling hanya memeriksa apakah semua warga mengibarkan bendera merah putih di depan rumahnya. Itulah arti peringatan Hari Ulang Tahun baginya sebagai Kepling. Tidak salah juga. Masih ingat menyadarkan warga bahwa hari ini adalah 17 Agustus, Hari Kemerdekaan RI.

Tapi saya cukup berbahagia. Kami menerima undangan menghadiri acara memasuki rumah baru seorang anggota gereja. Mereka adalah keluarga yang selama ini tinggal di rumah kontrakan. Tepat di Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-65, mereka merasakan kemajuan ekonomi, mereka memiliki rumah sendiri.

Sebagai ucapan syukur, mereka mengundang kami, sebagai Pimpinan Jemaat (172 Kepala keluarga di jemaat gereja GKPS Simalingkar) dan beberapa keluarga secara terbatas. Sebuah rasa syukur di Ulang Tahun Kemerdekaan negaranya.

Andaikata semua warga Indonesia mampu mandiri seperti itu, alangkah bahagianya bangsa ini. Tidak ada lagi penduduk yang tinggal di bawah jembatan, mengemis di pinggir jalan.

Harapan kami kepada pemerintah agar terus memberikan suasana aman, dan kondusif, sehingga rakyat kecil dapat berkreasi mencari kehidupannya dengan jujur. Boleh anda sebutkan prestasi-prestasi, tetapi berbarengan dengan hal itu prestasi memberantas korupsi juga disebut, dan targetkan sampai kapan Indonesia bebas korupsi. Apapun ceritanya, kalau korupsi tidak dibasmi sampai tuntas, maka susah para pemimpin mendapat kepercayaan dari rakyat. 

Bebas korupsi akan memungkinkan seluruh  rakyat merasakan arti Kemerdekaan. Hak-hak mereka tidak "disunat". Fakir miskin dan anak-anak terlantar tidak dibiarkan keluyuran tengah malam di persimpangan, apalagi dirazia. Negara berkawajiban memelihara mereka, seperti diamanatkan UUD 45. Mereka harus dipeliharan negara. Inilah hal-hal yang dilupakan, dan dibiarkan sehingga semakin hari, jumlah orang miskin semakin banyak, gelandangan, pengamen, makin lama makin banyak jumlahnya. .

Uang korupsi dari ratusan atau (mungkin ribuan pemilik rekening gemuk) pegawai pemerintah seperti Gayus, sudah cukup untuk memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar. Katanya banyak lagi orang seperti Gayus. Kalau aparat pemerintah bebas korupsi, maka kita tidak usah lagi menerima bantuan dari luar negeri hanya untuk memelihara anak jalanan dan fakir miskin.  

Ingat, Bung Karno mengatakan: "Kita bernegara bukan sewindu, tetapi selama-lamanya". Kita akan bersama selama-lamanya. Para koruptor akan diadili oleh masyarakat, cepat atau lambat. Jadi, kalau mau jadi pahlawan, jangan bicara hanya prestasi ekonomi, tetapi bicaralah berapa uang dari "rekening gemuk" para koruptor, bisa disumbangkan untuk fakir miskin dan anak-anak terlantar.

Semoga Tuhan memberkati dan memberi arah yang benar bagi para pemimpinku, sehingga seluruh rakyat selama-lamanya merasakan bahagia menjadi bagian dari sebuah bangsa, bukan sebaliknya selama-lamanya menjadi rakyat yang diperbudak oleh bangsa sendiri. Dirgahayu Republik Indonesia ke 65.

2 komentar:

NENSA MOON mengatakan...

Dirgahayu RI yg ke-65!!
Juga selamat buat Jannerson memiliki anak yang cerdas penuh bakat. sebagai Orang tua pasti bangga telah membesarkannya.
Semoga di usia yg ke 65 ini Indonesia, bisa menjadi negara dan bangsa yang lebih bijaksana, mampu mengayomi semua lapisan masyarakat...dapat mewujudkan cita2 seluruh rakyat Indonesia, menjadi negara yg damai, aman, dan sejahtera...
Oya Jannerson, itu yg 7 orang anak kandung semua atau terhitung keponakan... hehe... penasaran aja!!
Thx ats postingnya.

nensa

JANNERSON GIRSANG: Menulis Fakta Memberi Makna mengatakan...

Thanks. Itu tiga anak yang ditinggalkan adikku yang meninggal JUni 2010 lalu. Doakan supaya mereka juga sukses ya!