My 500 Words

Minggu, 15 Agustus 2010

Menonton Ebit G. Ade di Metro TV

Terus terang, sulit menemukan pencipta lagu dan penyanyi sehebat Ebite G.Ade, ke depan. Banyak pencipta dan penyanyi hebat, tetapi mereka banyak tersandung masalah, sehingga berhenti berkarya. Menyaksikan Ebiet G. Ade, penyanyi yang saya kagumi sejak 1978, yang tampil di Metro TV 15 Agustus malam, sungguh-sungguh sebuah peristiwa yang mengesankan. Di balik prestasinya sebagai pencipta lagu dan penyanyi,  Ebiet G.Ade yang malam itu tampil dengan ciri khasnya memainkan gitar, adalah seorang yang spesial bagiku. Berbeda dengan semua penyanyi yang ada di dunia ini.

Dua tahun menjalani sekolah menengah di Jakarta, Ebiet menghiasi hidup remajaku. Filosofi-filsofi dalam lagunya benar-benar membimbing kehidupan yang saat itu dihiasi dengan glamournya ibukota Jakarta. Lagu-lagu Ebiet sangat menyentuh dan memotivasi saya hidup. Camelia, Berita Kepada Kawan, KepadaMu Aku Pasrah dan beberapa lagu yang lain sangat mengesankan dan memberi arti hidup yang mendalam.

Jujur saja, pada awalnya lagu-lagu Ebiet kuanggap “norak” dan sama sekali tidak bisa dinikmati karena gaya menyanyi dan suaranya yang aneh. Berbeda dengan Chrisye, Keenan Nasution, atau penyanyi lain seperti Eddy Silitonga, Bob Tutupoly, sebagian dari penyanyi kesayanganku.

TVRI-satu-satunya televisi di Indonesia ketika itu, Radio Kayu Manis Jakarta, serta radio-radio lainnya terus menyiarkan lagu ini, membuat telingaku menjadi akrab. Syair-syair lagunya disajikan di harian Sinar Harapan, Kompas, dan majalah-majalah. Hingga kemudian aku sadar bahwa lagu-lagu Ebiet menyuarakan pesan yang luar biasa. Ketika saya kuliah di IPB di awal 1980-an, lagu-lagu Ebiet G.Ade adalah idola para mahasiswa—seluruh mahasiswa.

Penampilan Ebiet di Metro TV malam ini--32 tahun sejak saya mengakrabi suaranya, menebus rasa rindu. Ebiet menjadi idolaku sepanjang masa. Kaset Camelia pertamanya, pernah saya beli sampai tiga kali. Hilang, beli, hilang dan beli lagi.

Makna syair lagunya tidak lekang oleh panas dan tidak lapuk oleh hujan. Setiap peristiwa mampu dijelaskan oleh lagu-lagu Ebiet. Ketika saya bekerja di wilayah gempa dan Tsunami Aceh, lagu ”Berita Kepada Kawan” yang diciptakannya 30 tahun lebih itu menjadi bahan perenungan bagiku.

Ebiet bukan hanya idola oleh lagu-lagunya, tetapi juga kehidupannya yang bersahaja. Penampilannya malam itu didampingi istrinya Nani Sugianto—adiknya Iis Sugianto adalah seorang idola, meski tak setenar Ebiet atau kakaknya Iis.

Nani adalah seorang istri yang luar biasa. Bisa mempertahankan keluarga seniman seorang Ebiet. Mempertahankan kerukunan keluarga di kalangan artis bukan hal yang mudah. Ebiet adalah teladan yang pantas ditiru oleh para artis dan kita semua.

Di akhir acara, Ebiet dengan simpati meminta waktu kepada pembawa acara di Metro TV. Dia ingin berkomunikasi menurut caranya sendiri. ”Saya mohon kepada penonton acara ini untuk mendoakan saya. Saya akan mendoakan anda juga,”ujar pria yang mengaku banyak hidup di lingkungan religi itu.

Sikap dan perilaku seperti inilah yang membedakannya dari penyanyi idolaku sesudah Ebeit. Saya sempat mengagumi Ariel-Peterpen, yang menciptakan lagu-lagu dengan gaya yang khas dan membius saya dengan lagu-lagu remaja. Membuatku terasa lebih muda lagi. Sayangnya, kemudian dia terjebak dalam perilaku yang justru menjebloskannya ke penjara.

Saya sangat kagum  padamu Ebiet. Saya berdoa juga untukmu Ariel. Semoga kedua idolaku ini hidup lebih lama dan berkarya lebih banyak lagi.


2 komentar:

NENSA MOON mengatakan...

saya jg seorang penggemar Ebiet G Ade, sayng acaranya di Metro TV saya ga nonton. Kehidupan pribadinya yang sederhana, bersih dan jauh dari gosip miring sudah selayaknya menjadi panutan buat artis2 lainnya.
Thx ats postingnya!

JANNERSON GIRSANG: Menulis Fakta Memberi Makna mengatakan...

Thanks Nensa.