Oleh : Jannerson Girsang
“Halo
bapatua. Aku hari ini baru selesai sidang tugas akhir. Nilai belum
keluar karna masih ada ujian. Nggak kerasa jg hari ini 3 tahun lewat papa
meninggal. Sedih juga sih, tapi merasa luar biasa gak kerasa waktu
berjalan semua berjalan dengan baik. Tetap semangat untuk kita semua
yah”.
Malam ini, saya menerima sms dengan kata-kata
mengharukan dari Yani Christin Girsang, putri tertua adikku almarhum Parker
Girsang yang meninggalkan kami untuk selama-lamanya 17 Juni 2010. Rasa
haru dan penuh optimis.
Sikap yang membuatku selalu bangga
dengan putriku ini. Dia pintar, mampu memaknai hidup dengan luar biasa.
Kami terakhir bertemu 8 Juni 2013 yang lalu dalam acara ulang Tahun
Junimart Girsang yang ke-50 di Jakarta. Kami jarang bertemu, sebelumnya,
enam bulan lalu Christin dan adik-adiknya hadir dalam pernikahan putri
saya Clara di Jakarta . Maklum, saya tinggal di Medan, mereka di
Jakarta.
Setiap bertemu, saya sedih melihat mereka telah
ditinggal papa dan mamanya, saat masih membutuhkan kasih sayang orang
tua. Tetapi menyaksikan pertumbuhan dan optimis mereka menghadapi
kehidupan ini, saya merasa bangga.
Memutar memori tiga
tahun lalu, 17 Juni 2010. Malam itu, ketika saya baru saja selesai
menulis seusatu dan melangkah ke kamar mandi, saya mendapat telepon dari
rumah sakit Cikini, Jakarta. Adikku Parker Girsang--ayah Christin telah
tiada.
Setelah beberapa bulan dirawat di Rumah Sakit
Cikini, dia tidak bisa bertahan dan akhirnya menghembuskan nafas
terakhirnya. Beberapa bulan menjelang usianya genap 48 tahun. Dia lahir
16 Agustus 1962.
Sedihnya luar biasa. Gelap
sekali rasanya. Christin kehilangan ayahnya beberapa saat setelah
pengumuman dirinya diterima sebagai mahasiswa di Program D3 Sekretaris
Universitas Indonesia.
Meninggalnya ayah yang sangat
dicintainya, tentu sangat memukul dirinya dan adik-adiknya, serta kami
semua. Empat tahun sebelumnya dia kehilangan ibu yang sungguh-sungguh
bijaksana. Andaikan aku Christin, pastilah frustrasi
berat. Dua adiknya Hilda Valeria dan Trisha Melani, ketika itu masih
duduk di kelas 1 SMA, dan kelas 1 SMP.
Tiga tahun
kemudian, tiga putri kami yang cantik-cantik Christin (rencanya kalau
lulus meja hijau, Christin akan diwisuda dari Universitas Indonesia,
Hilda Valeria (kini kuliah tahun pertama di Universitas Brawijaya, Malang), Trischa Melani (tahun ini memasuki SMA).
Tuhan
memelihara mereka melalui keluarga (terutama ompung, uda, namborunya),
dan mereka yang bersimpati. Junimart dan Juniver serta keluarganya
sungguh luar biasa memperhatikan mereka.Semoga kebaikan mereka menjadi
teladan bagi anak-anak ke depan, pentingnya memperhatikan orang-orang
yang lemah.
Sejak adikku meninggal, mereka dititipkan
melalui namborunya Masdalinda Girsang di Bekasi. Sekarang tinggal Trisha
Melani yang tinggal di sana, sementara Christin di Depok dan Hilda di
Malang.
Tiga tahun berlalu setelah kesedihan itu, sesuai
tekadnya, Christin akan menyelesaikan studinya. SMSnya malam mini,
membuatku percaya bahwa ketiganya suatu ketika akan menjadi orang-orang
yang luar biasa.
Terima kasih Tuhan, engkau Maha Kuasa
melalui tangan-tangan yang Engkau kasihi memelihara putri-putri kami.
Terima kasih, Tuhan telah menyentuh hati semua orang yang membantu
mereka.
Salam salut untuk putriku Christin, Ai dan Icha!. Salam sayang dari bapatua dan inang tua, abang Bernard, Ompung di Medan.
Gantungkan harapan hanya padaNya!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar