My 500 Words

Senin, 20 September 2010

Jangan Takut Menghadapi Pelajaran Apapun!

Oleh : Jannerson Girsang

Artikel ini, saya tujukan untuk anak saya yang memulai pekerjaannya sebagai seorang Junior Legal di salah satu perusahaan di Jakarta September tahun 2010. ”Jangan Takut Menghadapi Pelajaran Apapun”, adalah salah satu modal  sebagai wartawan, maupun menulis biografi atau otobiografi.

Tentunya hal ini berlaku juga bagi profesi-profesi yang lain. Jangan anggap remeh pada bidang pengetahuan yang Anda belum pelajari, sebab semuanya berguna, ibarat tubuh yang terdiri dari mata hidung, telinga, kulit, serta lain-lainnya. 

Mungkin kisah ini bisa bermanfaat bagi anda dalam menumbuhkan semangat belajar tentang sesuatu bidang yang belum pernah anda pelajari sebelumnya, memberi pemahaman agar kita jangan sampai terjebak dalam pengultusan ilmu yang kita kuasai, pengkotak-kotakan, apalagi sampai mengabaikan ilmu yang dikuasai orang lain!. Yang lebih parah lagi, merasa diri lebih benar dan lebih hebat dari orang lain.

Semakin kita mengetahui pengetahuan teman, semakin mudah kita mengidentifikasi diri, dan semakin mudah kita berkomunikasi. Hanya dengan demikian kita mampu menghargai mereka, membina kehidupan yang harmonis dan damai, yakni bila kita saling menghargai.   

Pengalaman berpetualang dengan berbagai bidang ilmu kami peroleh ketika menulis otobiografi dan biografi memberi  kesempatan bagi saya berhadapan dengan berbagai ragam kehidupan manusia secara mendalam di Sumatera Utara. Berbicara dengan banyak orang yang berbeda pengetahuan, keyakinan, mengunjungi banyak tempat yang sama sekali baru, serta hal-hal lain yang sama sekali belum pernah kuketahui. Mencari kemudahan dengan menelusuri pengetahuan baru di internet, memahami kesulitan orang lain yang pertama kali melakukannya. Sehingga saya mampu menghargai betapa sulitnya seseorang menulis biografi dan otobiografi.

Mulai dari kisah kehidupan seorang kakek, nenek pendidikan rendah di zaman Belanda, ahli teologia, dokter, ahli hukum, ahli keuangan dan lain-lain, termasuk di dalamnya soal peristiwa, sekolahnya, lingkungan tempat tumbuhnya karakter dan lain-lain. Menelusuri jejak kehidupan seorang nenek sampai ke pedalaman Onan Ganjang  di Tapanuli Utara sana. Menyusuri Pakkat sampai ke tempat bersejarah di kota Barus, Tapanuli Tengah, menembus hutan dan jalan mendaki. Menelusuri Sipahutar-Pangaribuan hanya untuk mengetahui kisah kehidupan di masa lalu.

Jika menulis biografi seorang dokter, maka sebelum menulis, saya sedikitnya harus belajar seluk beluk ilmu kedokteran secara umum, kegiatan dokter, dan lain-lain. Keterangan tentang lokasi dimana dia lahir, dibesarkan, bekerja, dan serterusnya. Pengaruh lingkungan terhadap cara berfikir dan bertindaknya. harus belajar lingkungan sosial dan politik dimana dia dibesarkan, kuliah, maupun bekerja. Kalau sang tokoh terlibat dalam gerakan mahasiswa dan politik, maka diperlukan pengetahuan politik dan sejarah perpolitikan tanah air pada masa itu.

Kesempatan itu menuntut penguasaan berbagai macam bidang ilmu. Untuk menuliskannya dengan pemahaman yang benar, saya dituntut belajar memahaminya dengan membaca pelajaran berbagai berbagai bidang pekerjaan tokoh yang saya tulis. Capek juga!.

Itulah mungkin penyebab mengapa tidak banyak orang yang tertarik menulis jenis buku ini. Itulah sebabnya pula tidak banyak dokumen tentang tokoh di daerah ini yang sempat didokumentasikan, sebelum mereka pergi meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. .

Mengapa bisa?.

Kecintaan menggeluti berbagai bidang ilmu mungkin didorong oleh variasi bidang yang kami geluti selama ini, yakni berbagai bidang ilmu yang kami pelajari di tempat pekerjaan. Sama seperti air mengalir petulangan memahami hal-hal baru berjalan bertahun-tahun. Hingga kami berkesimpulan bahwa sampai tingkat tertentu semua pengetahuan bisa dipelajari sendiri. Apa, bagaimana, siapa, dan dampaknya bagi kehidupan.


Sebelum terjun menulis, saya pernah bekerja dan mempelajari berbagai bidang ilmu, mulai dari Pertanian dengan Ilmu Tanah sebagai ilmu minornya. Mengaplikasikan ilmu itu selama dua tahun dalam pemetaan dan survey tanah, mengajar dan sebagai dosen. Pengetahuan tentang manajemen harus saya geluti ketika memimpin Universitas, kemudian menjadi Program Manajer di sebuah LSM. .

Pelajaran yang lebih ekstrim saya peroleh ketika saya beralih dari dosen dan memimpin perguruan tinggi, langsung terjun menjadi wartawan. Belajar 5W + 1 H. Belajar jurnalistik terapan. Kemudian dalam pekerjan itu saya berhubungan dengan segala lapisan masyarakat, mulai dari tukang tahu di pinggir jalan, serta menghadiri konferensi pers atau mewawancarai pejabat penting. Pekerjaan sebagai wartawan sangat dinamis, karena berhadapan dengan berbagai level manusia, berbagai bidang ilmu, serta berbagai suasana. Sebuah bidang yang menuntun kami berfikir secara interdisiplin ilmu.

Selain itu saya pernah belajar politik dan ekonomi, saat menjalani tugas saya sebagai asisten ekonomi di kantor konsulat asing. Kantor dengan bahasa pengantar Bahasa Inggeris menuntut saya harus memperlengkapi kemampuan itu.

Sesudah itu, selama enam tahun, kami memasuki pekerjaan di bidang telekomunikasi yang banyak ditangani orang asing. Beberapa kali memperoleh pelajaran telekomunikasi bagi non-engineer, baik di dalam maupun di luar negeri. Saya sempat menulis empat buku hasil suvey industrial demand di Sumatra, walau hanya untuk kepentingan internal.

Pengalaman kami menunjukkan bahwa tidak ada ilmu yang sulit dipelajari, atau mudah dipelajari.All depends on your faith. Semuanya tergantung pada keyakinan, yakni keyakinan untuk bisa menguasai ilmu tersebut serta manfaatnya bagi diri kita sendiri. Dalam hal ini, saya memperoleh manfaat memperkaya isi sebuah buku biografi dan otobiografi, serta memperkaya wawasan kami menulis berbagai artikel.

Setidaknya bermanfaat bagi memuluskan pekerjaan yang kami lakukan. Membuat kemampuan mengidentifikai diri lebih baik.  


Hal sepele saja!. Untuk membuat blog http://www.harangan-sitora.blogspot.com--tempat saya mencurahkan pikiran,  saya harus belajar tentang bagaimana membuat blog, memposting sebuah artikel, mengedit, sekaligus mempublikasikannya sendiri.

Di era global ini saya harus berhubungan dengan email, jejaring sosial, memahami beberapa website sebagai sumber pelajaran dan informasi bagi pekerjaan menulis.

Jadi jangan katakan lagi, ”Itu bukan jurusanku”. Khususnya di era global ini semua orang dituntut belajar hal-hal yang baru. Ada banyak hal yang anda perlukan untuk bisa bekerja sama dengan orang lain. Banyak hal baru yang dinamis dan harus dipelajari. ”Jangan takut menghadapi pelajaran apapun, termasuk menghadapi kehidupan, sebab semua ada ilmu yang menyinarinya. Belajar dan belajarlah seumur hidupmu".

Kisah ini bermaksud memberi pelajaran bagi kita semua bahwa "Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua", seperti pernah dikatakan Pramoedya Ananta Toer. Pramoedya AR adalah penulis terkenal Indonesia, yang salah satu karyanya diterjemahkan ke dalam 47 bahasa.

Medan, September 2010

2 komentar:

NENSA MOON mengatakan...

Postingan yg sangat bagus, Jannerson!
sungguh beruntung anak2 anda memiliki ayah sepertimu...
memang kita tidak seharusnya takut untuk menghadapi pelajaran apapun.
Thx sdh memberi bnyk inspirasi!

sending my warmest regards to you and your loved family,
nensa

JANNERSON GIRSANG: Menulis Fakta Memberi Makna mengatakan...

Sorry ya Nensa, telat bangat balasnya. Thanks atas semua apreasiasinya kepada artikel-artikel saya.