Oleh: Jannerson Girsang
Sumber foto: http://www.antarafoto.com/sea-games/v1321967737/penutupan-sea-games
Pesta Olah Raga Asia Tenggara (SEA Games ke-26) telah usai. Indonesia merebut 182 emas, 151 perak dan 143 perunggu. Perolehan ini mengukuhkan kita sebagai tuan rumah sebagai JUARA UMUM SEA GAMES ke 26. Penutupan dilakukan Wakil Presiden Prof Dr Boediono, di Stadion Jakabaring, Palembang, 22 Nopember 2011 malam.
Acungan jempol pantas kita acungkan jempol atas pelaksanaan dan prestasi Indonesia pada SEA Games kali ini. Sebagai pembaca yang semula ragu atas ketidaksiapan yang sering diungkap di media sebelum pelaksanaaan SEA Games, pupus sudah.
Mengikuti acara penutupan yang konon menelan biaya Rp 150 miliar itu melalui televisi, menginspirasi kita semua, bahwa “Indonesia itu bisa”.
Tanpa bermaksud mengurangi nilai prestasi yang dicapai, kegagalan tim sepak bola nasional kita merebut emas hendaknya tidak dianggap sepele. Tantangan SEA GAMES 2012, Indonesia harus merebut emas dari sepakbola.
Dua alasan mengapa perhatian terhadap sepakbola penting, yakni, cabang olah raga ini meraup peminat yang terbesar dari seluruh cabang olah raga lainnya di tanah air, kedua, sepanjang sejarah SEA Games selama 26 tahun, Indonesia baru dua kali meraih gelar juara di cabang ini.
Sepakbola: Paling Banyak Penonton!
Sepakbola adalah tontotan yang paling banyak menyedot perhatian masayarakat dari seluruh cabang olah raga yang dipertandingkan. Jutaan orang pendukung Indonesia, tanpa membedakan suku, ras dan agama bersatu padu mendukung tim kesayangannya.
21 Nopember 2011 malam. Semua mata tertuju mendukung Timnas Indonesia dalam pertandingan akbar SEA Games Malaysia-Indonesia. Pendukung sepakbola Indonesia menikmati pertandingan dengan berbagai cara. Jutaan penduduk Indonesia berpuas diri menonton siaran langsung melalui stasion televisi. Bagi mereka yang mampu membeli tiket berharga puluhan ribu hingga jutaan dan membayar ongkos ke tempat pertandingan, bisa menonton langsung dari Stadion Gelora Bung Karno (SGBK) di Jakarta.
Selain itu, pertandingan sepakbola Indonesia Malaysia malam itu menarik setelah pertandingan beberapa hari sebelumnya Indonesia kalah 0-1. Penonton benar-benar ingin menyaksikan kesebelasannya menebus kekalahannya.
Di Medan misalnya. Pukul 19.00 kami menelusuri jalan Setia Budi, Medan menuju sebuah restoran berlantai dua tidak jauh dari pertigaan Perumahan elit itu. Sepanjang jalan, kami menyaksikan di beberapa tempat berlangsung acara nonton bareng. Restoran, keda-kedai kopi, kafe dan restoran-restoran penuh dengan penonton. Mobil, sepeda motor parkir di pinggiran jalan. Kompleks Resto Desa-desa, di wilayah itu, ramai oleh penonton
Penudukung dan Penggemar Sepakbola fanatik Indonesia.
Tukang-tukang becak, supir taksi memarkir kenderaannya di pinggir jalan dekat kedai-kedai kopi dan warung. Melupakan setoran, hanya untuk menonton tim kesayangannya.
Sepanjang jalan Setia Budi, para pendukung Indonesia begitu bersemangat meneriakkan: ”Indonesia menang, Indonesia menang!”. Saat kami lewat, kesebelasan Indonesia sudah unggul 1-0, melalui tandukan Gunawan Dwi Cahyo meneruskan sepak pojok Octo Maniani di menit ke lima babak pertama.
Sesampainya di restoran yang kami tuju, ruangan depan penuh dengan kenderaan. Lantai satu dipenuhi ratusan ”nonton bareng”. Mereka hanya punya satu agenda: mendukung Indonesia dan berharap Indonesia menang. Sementara dari lantai dua, dimana kami sedang melangsungkan sebuah acara resepsi, kami mengikuti pertandingan melalui teriakan-teriakan penonton, karena tidak tersedia televisi.
Meski kami duduk dalam acara, tetapi pikiran, hati kami tertuju pada pertandingan sepakbola!. Sekali-sekali kami keluar dan mengamati sebagian jalannya pertandingan. Beberapa teman juga melakukan hal yang sama.
Kalau menit-menit pertama penonton begitu bersemangat, waktu berjalan...., keceriaan berubah. Menit ke-34, gol bagi Malaysia tercipta melalui Asrarudin!. Malaysia berhasil menyamakan kedudukan 1-1. Gol Malaysia ini tak menimbulkan sorak sorai seperti gol kemenangan terjadi beberapa menit sebelumnya.
”A.a..a..a..ah,” demikian suara kekecewaan terdengar dari lantai dua restoran tempat kami mengadakan acara. Tanpa sorak sorai!. Dengung suara pendukung Indonesia makin melemah dalam menit-menit berikutnya.
Harapan terakhir di adu penalti, masih menyisakan semangat pendukung. ”Ayo- ayo, masih ada harapan,”. Sayup-sayup, suara itu terdengar dari lantai dua. Dua kali perpanjangan waktu, tak terhindari, penentuan dilakukan melalui adu penalti.
Akhirnya, puncak kekecewaan tiba, saat Malaysia memukul Indonesia dalam adu penalti. Tendangan Ferdinand Sinaga yang gagal pada penentuan, yang berhasil di blok kiper Malaysia membuyarkan harapan, setelah tembakan berikut yang dieksekusi pemain Malaysia Baddrol. Tembakannya sempat mengenai Meiga sebelum masuk ke gawang. 4-3
Melalui Facebook menjelang tengah malam, kami menyaksikan diskusi soal kekalahan Indonesia oleh para Facebooker. Tak pernah kami menemukan diskusi sebanyak itu di jejaring sosial soal kekalahan atau kemenangan sebuah cabang olag raga, kecuali sepakbola.
”Biar nggak usah juara umum asal sepakbola menang!” ujar seorang Facebooker. Jutaaan pendukung Indonesia berduka. Mereka seolah lupa bahwa negeri ini sudah
meraih Juara Umum. Kekalahan ini begitu menyakitkan!. Sebuah berita berjudul ”Timnas Kalah, Kekasih Andik Menangis Sejadi-jadinya” ( www.bangkapos.com).
Tiara Darmawanti, kekasih Andik Vermansyah, gelandang sayap Timnas U-23 berujar: "Luka hati saya semakin mendalam saat melihat pemain Malaysia berpesta. Ya Tuhan, inikah perjuangan teman-teman, anak-anak selama ini. Mengapa berakhir seperti ini. Mengapa tidak anak-anak Indonesia yang berpesta," kata Tiara.
Tangisan Tiara adalah tangisan kita bersama. Sama seperti Tiara, emosi para pendukung kesebelasan Indonesia yang mencintai mereka sepenuh hati, terungkap dengan berbagai ekspresi kesedihan dalam bentuk lain, selain tangisan.
Kecintaan para pendukung sepakbola juga terlihat di lapangan. Penggemar sepakbola atas Tim Indonesia kadang tak memperdulikan keselamatan jiwanya. Peristiwa tewasnya dua
orang pendukung Indonesia di pintu masuk VIII GBK. , dan puluhan luka-luka adalah buktinya.
Semangat para pendukung kesebelasan Indonesia malam itu benar-benar membangkitkan rasa persatuan dan kesatuan yang luar biasa, tanpa memperdulikan latar belakang, hanya peduli hal besar yang ingin dicapai: Timnas Juara Sepakbola SEA Games ke-26.
Untuk siapa?. Untuk Bangsaku bangsa Indonesia!. Bukan untuk kelompok ini atau itu.
Tak berlebihan kalau situs pendukung Garuda Kebanggaanku mengungkapkan: “…sepakbola adalah pengharapan.. dan pengharapan tak pernah mati…. dan hanya sepakbola yang bisa membangkitkan nasionalisme dan persatuan dan kesatuan yang tak terhingga untuk bangsa kita….”. (http://suporter.info/garuda- kebanggaanku-kuyakin-hari-ini-pasti-menang)
Kerinduan 20 Tahun Belum Terobati
Kerinduan menjadi juara SEA Games, bagi pencinta olah raga sepakbola di Indonesia selama dua puluh tahun terakhir, tentu tidak cukup ditanggapi dengan mengatakan sepakbola kita sudah lebih baik, seperti diungkapkan Menpora Andi Mallarangeng kepada berbagai media nasional sesaat setelah kekalahan Indonesia melawan Malaysia..
Sejak 1991, Indonesia tidak pernah meraih medali emas. Sepanjang SEA Games yang sudah dilaksanakan selama dua puluh enam tahun, Indonesia baru dua kali menjadi juara SEA Games yakni pertama pada 1989 di Jakarta dan Tim Merah Putih kali terakhir menjadi juara SEA Games pada 1991 di Manila, Filipina, setelah Tim Merah Putih mengalahkan Thailand lewat adu penalti.
Dua tahun menunggu sebuah kemenangan yang sudah diimpikan selama 20 tahun rasanya terlalu lama. ”Indonesia pun harus menunggu minimal 2 tahun lagi untuk merebut emas paling bergengsi di SEA Games ini. Dahaga selama 20 tahun belum terobati,” demikian ungkapan yang mengandung harapan dan rasa kecewa yang ditulis mediaonline vivanews.com.
Tak ada jalan lain selain langkah all out para pengelola sepakbola mempersiapkan Tim Sepakbola SEA Games 2013 yang tangguh dan meraih emas. Kita jangan mengulang lagi kekecewaan yang sama pada SEA Games 2013 di Myanmar.
Indonesia menjadi Juara Umum SEA Games 2011 pantas diacungi jempol. Tapi, SEA Games 2013 mendatang: Tanpa Emas Sepakbola, rasanya akan hambar!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar