Oleh: Jannerson Girsang “Saya menulis supaya menjadi terkenal dan kaya,” itu sebuah jawaban seorang penulis muda, dalam sebuah acara, ketika ditanya mengapa dia mau menjadi penulis. “Ooooooo….”, demikian suara di dalam ruangan besar dalam sebuah pelatihan penulisan di Medan, seolah mencibirnya. Tidak ada yang salah dalam hal ini. Kebanyakan di dalam ruangan itu menganggap bahwa penulis tidak boleh kaya dan harus menjadi orang yang menderita. Sementara menurut anakmuda itu, menulis bisa menjadi orang kaya. Saya tidak ingin mengarahkan Anda membahas situasi di atas, tetapi ingin mengungkapkan bahwa seorang penulis tidak pernah menghitung perolehannya saat menulis. Karena kalau demikian, dia tidak akan pernah menulis. Mereka termotivasi oleh kepedulian atas sekeliling dan ingin memberi kontribusi dalam pengembangan peradaban umat manusia. Penulis fokus pada memikirkan ide yang ditulisnya sehingga mampu mempengaruhi pola pikir pembacanya ke arah yang lebih baik, sesuai pemikirannya, bahkan rela menggunakan waktu yang tidak sedikit mulai dari menyusun ide, menulis draft, memeriksanya, membuat draft final. Kadang tidak sesuai dengan “materi”—kekayaan yang diimpikan itu. Kepedulian, Tidak Cukup Kemampuan Semakin besar kepedulian penulis atas sekelilingnya, maka semakin besar pula niatnya untuk memperbaiki lingkungannya ke arah yang lebih baik, dan mendorongnya menulis. Tidak cukup hanya luasnya pengetahuan dan kemampuan menulis!. Tidak sedikit penulis dengan kemampuan biasa-biasa saja, tetapi mampu menulis banyak buku. Sebaliknya, banyak orang yang keahliannya luar biasa tetapi tidak menulis satu bukupun. Hal lain yang perlu menjadi catatan adalah bahwa motivasi menulis muncul dari kesadaran dan kemauan untuk berkontribusi bagi negara dan dunia. Karya tulis, baik berupa artikel, puisi, buku merupakan kontribusi besar bagi bangsa dan dunia ini dalam pengembangan peradaban manusia. ”Menulislah sekarang juga. Menulislah apa saja yang bisa Anda tulis. Menulislah tanpa banyak memikirkan dampak yang akan diperoleh dari kegiatan ini. Menulis dan sebarkan sebanyak mungkin kepada orang. Menulis bisa lewat internet, melalui media massa atau buku”. (Cara mudah menulis buku, Dodi Mawardi). Meski Tangan Diikat, Tetap Menulis “Meskipun Anda mengikat tangan saya, saya tetap menulis,” ujar JK Rowling. Bagi JK Rowling, menulis merupakan panggilan jiwa, kewajiban. Kalau tidak dilakukan merasa bersalah. Bagi Mark Twain, menulis adalah mewariskan sesuatu bagi generasi berikutnya. Seratus tahun lamanya Otobiografinya tidak dipublikasikan, meski yang bersangkutan sudah selesai menulisnya sebelum dirinya meninggal pada 1910. Otobiografinya baru diterbitkan Nopember 2010. Dia menulis bukan untuk sesuatu yang bisa dinikmatinya semasa hidup. Menulis bukan hanya mengejar materi dan popularitas. Umumnya penulis sukses terikat sebuah tanggungjawab, jawaban atas pertanyaaan: kontribusi apa yang harus diberikannya sehingga, lingkungannya semakin mampu memahami keadaan sekelilingnya, mengatasi kesulitannya dan hidup manusia semakin mudah. Penulis sukses bukan orang yang diberi fasilitas, walaupun itu kadang perlu. Mereka besar dari kekurangannya. Baru-baru ini seorang teman saya kesal, karena tidak ada orang yang mau mensponsori penerbitan bukunya. Andrea Hirata (penulis novel), pernah ditolak penerbit. Mereka hanya melihat dari sisi bisnis. Karena Andrea bukan penulis terkenal, tentunya dari sisi bisnis tulisan itu kurang menguntungkan. Dengan keyakinannya, Andrea Hirata bahkan membiayai sendiri penerbitan karyanya, dan memasarkannya. Belum ada penulis besar karena menggantungkan diri pada fasilitas orang lain. Mereka bertumpu pada kemampuannya. Ujung-ujungnya Populer dan Kaya Para penulis adalah orang yang terpuaskan dengan karyanya dibaca dan dipelajari orang lain sebagai bentuk motivasi, informasi dan pengetahuan baru. Penghargaan-penghargaan seperti honor dan penjualan karya tulis, muncul belakangan. “Pembaca” dan kecintaan mereka atas sebuah karya tulis dan membuat mereka berubah ke arah yang lebih baik, inilah bentuk penghargaan yang paling riel. Penghargaan ini akan meningkatkan popularitas dan dengan sendirinya karyanya dibeli banyak orang. Dia menjadi kaya. Ini adalah dampak kerja keras dan usaha yang dilandasi motivasi tadi. Selain itu, semakin orang menulis maka pengetahuannya akan semakin luas. Dia akan menguasai masalah dari berbagai bidang kehidupan yang menyentuh banyak manusia. Tak heran, kalau semakin luas materi sebuah artikel atau buku menyentuh kehidupan masyatakat, maka semakin banyak orang yang dapat terpengaruh. Buku The Eight Habits (modifikasi dari The Seventh Habits) yang penjualannya melebihi 20 juta eksemplar di seluruh dunia, tidak pelak karena materi yang dibahas di dalam buku itu menyangkut kehidupan banyak orang di dunia ini. Hal itu tercipta dari motivasi penulisnya untuk memperbaiki kepemimpinan, bukan supaya dia terkenal atau kaya. Steven Covey penulis the Eight Habits tidak pernah menghitung, kalau dia menulis buku akan mendapat sekian juta dollar. Kalaupun itu ditanyakan kepadanya pasti jawabnya: “I have never tought of that, I have just done my best in writing”. |
"Let us not be satisfied with just giving money. Money is not enough, money can be got, but they need your hearts to love them. So, spread your love everywhere you go" (Mother Theresia). Photo: Di Pantai Barus, Tapanuli Tengah, April 2008. Saat itu, seorang anak laki-laki sedang asyik memancing bersama teman-temannya. (Dilarang keras memposting artikel-artikel dalam blog ini untuk tujuan komersial, termasuk website untuk tujuan memperoleh iklan).
Kamis, 03 November 2011
Motivasi Menulis (Harian Jurnal Medan, 3 Nopember 2011)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar