My 500 Words

Rabu, 20 Agustus 2014

Aksi dan Suka Cita

Oleh: Jannerson Girsang

Analisa situasi (contextual analysis) yang lemah akan menghasilkan perencanaan AKSI yang tidak membumi, memberikan dampak yang tidak diharapkan, tidak dirasakan positif baik oleh pelaksananya maupun sekitarnya.

Para ahli menasehatkan merencanakan sesuatu adalah merancang sebuah aksi untuk kebutuhan manusia, baik yang melaksanakannya, maupun orang yang terkena langsung atau tidak langsung dampak aksi tersebut.

Tidak ada aksi di ruang hampa yang hanya aksi an sich.

Setiap aksi akan menghasilkan reaksi selalu mendapat respon positif maupun negatif. Tidak ada aksi yang sempurna. Yang ada adalah bahwa setiap proses aksi akan menjadi pembelajaran baru bagi semua yang terlibat.

Libatkanlah mereka semua, mereka yang terkena dampaknya, dalam semua tahapan hingga sebuah program selesai, agar perencanaan tersebut berjalan secara berkesinambungan.

Libatkan juga mereka memaknai sebuah aksi, agar mereka menikmatinya dan mampu mengucapkan syukur.

Itulah hakekat sebuah aksi, meski kecil, tapi bermanfaat dan mampu menghadirkan suka cita.

Mari terus menerus belajar bersama, aksi yang menghasilkan sukacita. Bukan aksi yang mendatangkan kesombongan di satu pihak, duka cita di pihak lain karena merasa terlecehkan atau terabaikan.

Berikan motivasi kepada mereka yang sedang melaksanakan sebuah aksi, jangan menghakimi. Menghakimi tidak baik bagi yang menghakimi dan juga yang dihakimi, tidak berguna bagi semua.

Kesalahan melaksanakan sebuah aksi adalah pembelajaran! Manusia belajar dari kesalahan, tetapi "jangan ulangi kesalahan yang sama".

Lakukan analisa situasi secara berkesinambungan, sehingga mampu menyempurnakan setiap kesalahan menjadi pembelajaran.

Medan 15 Agustus 2014

Tidak ada komentar: