Oleh: Jannerson Girsang
Langkah Karen Agustiawan mundur sebagai Dirut Pertamina beberapa hari
yang lalu, sungguh sebuah kejutan. Di negeri dimana jabatan identik
dengan "uang" dan sudah hampir merupakan "dewa",
ternyata di mata Karen jabatan Dirut Pertamina sekalipun bukan sesuatu
yang dia perlukan. Dia orang yang langka di negeri ini. .
Karen adalah perempuan profesional dan menghargai nilai kebaikan. Karen
lebih memilih mengajar, dari pada jadi Dirut Pertamina, "lumbung uang".
Mungkin orang materialistis akan menilainya bodoh, atau tak tau
diuntung!.
Biasanya seorang Dirut manggut-manggut kepada
Menteri BUMN. Beda dengan Karen. Menteri malah membujuk dia supaya tetap
mau jadi Dirut perusahan yang memiliki laba Rp35,77 triliun tahun 2013 .
Gaji dan bonusnya berapa tuh ya!
"Saya sudah berkali-kali
membujuknya, tetapi terus saja mengajukan mundur, jadi tidak bisa saya
tahan" kata Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Beberapa koleganya
menilai Dirut Pertamina wanita pertama itu sebagai seorang profesional
yang tak tergiur dengan materi, seperti kebanyakan pejabat Indonesia
saat ini. Sikapnya konsisten sejak awal menjadi Dirut.
Selepas
mundur dari Dirut Pertamina itu adalah lulusan Teknik Fisika ITB
Bandung 1983 itu akan mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat.
Sebuah Perguruan Tinggi kelas wahid di negeri Paman Sam. Dia akan
berangkat 1 Oktober 2014 mendatang.
Menurut harian Kompas,
sebelumnya ibu dari tiga anak itu, telah bergabung dengan lembaga yang
bernaung di bawah Universitas Harvard, yakni The Belfer Center for
Science and International Affairs. Lembaga tersebut merupakan hub
penelitian, pengajaran, dan pelatihan dalam keamanan internasional dan
diplomasi, isu-isu lingkungan dan sumber daya, serta ilmu pengetahuan
dan teknologi kebijakan di Harvard Kennedy School.
Tak heran
kalau Karen--mulai menjabat sebagai Direktur Utama PT Pertamina
(Persero) pada 5 Maret 2008 itu menoreh berbagai prestasi gemilang.
Dalam catatan mediaonline Okezone, putri Dr. Sumiyatno, utusan pertama
Indonesia di World Health Organization (WHO) itu masuk dalam jajaran
pengusaha wanita paling berpengaruh di Asia. Pada tahun 2012 Forbes
menempatkannya di peringkat 53. Dia juga masuk dalam daftar wanita
paling berpengaruh di Asia, Forbes menempatkanya di peringkat 55 pada
2014. .
Selain itu istri Hermawan Agustiawan--bekerja di Dewan
Energi Nasional.itu, juga berhasil membawa Pertamina masuk dalam jajaran
perusahaan Fortune Global 500 di tahun 2013, peringkat 122. Di tahun
2014, Pertamina juga berhasil bertahan di daftar Fortune Global 500,
yakni di peringkat 123
Wanita pertama yang menjadi Dirut di
Pertamina itu juga berhasil membuat Pertamina jauh lebih untung, yakni
dengan mengalami kenaikan laba sebesar 107,6 persen dari Rp17,1 triliun
(2007) menjadi Rp 35,77 triliun (2013) .
Sebelum masuk di
lingkungan Pertamina, wanita yang memiliki nama lengkap Galaila Karen
Agustiwan ini memulai kariernya di perusahaan minyak Mobil Oil
Indonesia hingga 1996 atau ketika perusahaan tersebut diakuisisi oleh
Exxon Mobil.
Rumor selalu muncul apapun yang terjadi di
Indonesia.Sulit sekali kita membedakan orang baik dan perampok. Saya
tidak pernah langsung percaya kalau alasan Karen politis!. "Kita suka
mempolitisasi apa saja" kata Habibie.
Yang jelas para pejabat
seperti Menteri BUMN, Dahlan Iskan, Menko Ekuin, Khairul Tanjung menepis
semua rumor itu dan mengatakan alasan mundurnya Karen tidak ada alasan
politis. Kata Dahlan mundurnya Karen murni alasan pribadi: Mau Mengajar,
menebar kebaikan.
Wanita kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958
itu akan menambah perempuan Indonesia yang berkiprah di luar negeri
menyusul Sri Mulyani yang kini menjadi seorang pejabat di Bank Dunia.
Hebat kan Perempuan Indonesia!.
Karen tidak mendewakan uang dan jabatan. Jabatan adalah amanah, bukan
kekuatan untuk mendapat kekuasaan atau kekayaan pribadi. Karen berhasil
menaikkan laba Pertamina lebih dari seratus persen selama menjabat
Dirut.
Mengapa Karen mundur dari Pertamina, mengapa Sri
Mulyani mundur dari Menteri Keuangan? Mengapa mereka mendapat tempat
terhormat di negeri orang? Mereka adalah tokoh-tokoh kaliber dunia.
Mari bangsa Indonesia bertanya kepada rumput yang bergoyang. Mungkinkah
sebuah anomali tengah berlangsung di negeri gemah ripah lho jinawi
ini.
Medan, 20 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar