My 500 Words

Senin, 25 Agustus 2014

Rendah Hati dan Sabar

Oleh: Jannerson Girsang

Rendah hati dan sabar, itulah senjata seorang janda menghadapi gelombang kehidupan setelah ditinggal suaminya. Mereka berjuang mempertahankan keluarga yang ditinggal suami.

"Hanya dengan kerendahan hati, sabar menghadapi masalah kami mampu hidup sendirian tanpa suami," demikian kesaksian Ny Purba br Saragih dalam acara Kebaktian Minggu Namabalu (janda/duda), Lansia, dan Na Tading Maetek (anak yatim) di GKPS Simalingkar, Minggu 24 Agustus 2014.

Beliau adalah seorang janda berusia 76 tahun dan ditinggal suaminya seorang mantan Pengantar Jemaat di Raya Humala, Simalungun, beberapa tahun lalu.

Tentu persekutuan dengan Tuhan tidak juga ditinggalkan dan merupakan kekuatan besar mereka memperoleh pengiburan dan kekuatan.

Di gereja GKPS Simalingkar yang beranggotakan 178 KK itu terdapat 25 janda/duda, 7 orang lansia (berusia 70 tahun ke atas) dan 3 anak yatim (sampai SD).

Acara ini diselenggarakan setiap tahun. Beberapa waktu yang lalu, mereka juga diberikan pelayanan khusus berupa pemutaran film, serta ceramah pencerahan, sehingga mereka tetap bersemangat dalam kesendirian menghadapi permasalah hidup di tengah-tengah keluarga mereka.

Khusus Minggu Namabalu, Lansia dan Na Tading Maetek, kebaktian menggunakan tata ibadah yang dipersiapkan kantor Pusat GKPS yang dipimpin PW Masnarena br Purba.

Sebuah refleksi firman Tuhan Mazmur 1:2-6 (Namabalu), Amsal 3:1-12 (Lansia), Mazmur 23: 1-6 (Natading maetek). Refleksi dibacakan secara berurutan dari Na Mabalu, Lansia dan Na tading Maetek.

Acara diisi Vokal Group dari Namabalu dan Lansia. Sebuah lagu yang menyentuh perasaan berjudul "Anggo Hupingkiri Goluh On". Pembacaan Puisi oleh Pia br Sinaga, seorang Pemuda GKPS yang baru lulus UMPTN 2014.

Khotbah yang disampaikan PW Masnarena br Purba dari nas Roma 12:1-8 mengingatkan mereka agar dalam status bagaimanapun, kita mampu bersyukur dan tidak bersungut-sungut.

"Nikmatilah keberadaan saudara-saudara sebagai Lansia, sebagai janda, sebagai anak na tading maetek bersama Tuhan dengan rasa syukur, dan tidak bersungut-sungut," tandasnya.

Pada kesempatan itu, jemaat memberikan bingkisan berupa sejumlah uang sebagai tanda atau simbol kepedulian seluruh jemaat.

"Bukan nilai yang diberikan tapi bagaimana kami masih di perhatikan dan di perhitungkan, yang menjadi penguatan sekaligus penyemangat kami," ujar Ester br Lubis, janda Pdt Lihardo Purba, STh, seorang pendeta yang meninggal beberapa tahun lalu.

Ester br Lubis, lulusan STT Abdi Sabda itu, kini mengasuh dua putranya yang masih duduk di SD, dan sendirian melanjutkan perjalanan keluarganya, membesarkan kedua putranya yang masih kecil-kecil. Dia aktif mengajar Sekolah Minggu sekaligus membawa dan membimbing keduanya.

Pesan Pimpinan Pusat GKPS dalam Minggu Namabalu, Lansia dan Na tading Maetek menekankan agar jemaat peduli kepada mereka yang menyandang status janda. lansia dan anak yatim. Mereka adalah anggota jemaat yang memerlukan dukungan dan dorongan semangat.

SELAMAT MINGGU NAMABALU, LANSIA DAN NA TADING MAETEK.


Medan, 24 Agustus 2014 
 Photo: Pada Hari ini tata ibadah kebaktian di GKPS Simalingkar adlh Tata Ibadah Pelayanan kepada "Namabalu", Lansia,dan "Natading Maetek". Refleksi firman Tuhan Mazmur 1:2-6 (Namabalu), Amsal 3:1-12 (Lansia), Mazmur 23: 1-6 (Natading maetek). Acara diisi Vokal Group, Puisi dan pemberian tanda kasih dari jemaat GKPS Simalingkar bagi Namabalu, Lansia dan Tading maetek. Kasih Tuhan tetap abadi bagi orang yang percaya pd Tuhan.
 Para Janda, Lansia dan anak Yatim bernyanyi bersama.

Tidak ada komentar: