Oleh: Jannerson Girsang
Rendah hati dan sabar, itulah senjata seorang janda menghadapi
gelombang kehidupan setelah ditinggal suaminya. Mereka berjuang
mempertahankan keluarga yang ditinggal suami.
"Hanya dengan
kerendahan hati, sabar menghadapi masalah kami mampu hidup sendirian
tanpa suami," demikian kesaksian Ny Purba br Saragih dalam acara
Kebaktian Minggu Namabalu (janda/duda), Lansia, dan Na Tading Maetek (anak yatim) di GKPS Simalingkar, Minggu 24 Agustus 2014.
Beliau adalah seorang janda berusia 76 tahun dan ditinggal suaminya
seorang mantan Pengantar Jemaat di Raya Humala, Simalungun, beberapa
tahun lalu.
Tentu persekutuan dengan Tuhan tidak juga
ditinggalkan dan merupakan kekuatan besar mereka memperoleh pengiburan
dan kekuatan.
Di gereja GKPS Simalingkar yang beranggotakan
178 KK itu terdapat 25 janda/duda, 7 orang lansia (berusia 70 tahun ke
atas) dan 3 anak yatim (sampai SD).
Acara ini diselenggarakan
setiap tahun. Beberapa waktu yang lalu, mereka juga diberikan pelayanan
khusus berupa pemutaran film, serta ceramah pencerahan, sehingga mereka
tetap bersemangat dalam kesendirian menghadapi permasalah hidup di
tengah-tengah keluarga mereka.
Khusus Minggu Namabalu, Lansia
dan Na Tading Maetek, kebaktian menggunakan tata ibadah yang
dipersiapkan kantor Pusat GKPS yang dipimpin PW Masnarena br Purba.
Sebuah refleksi firman Tuhan Mazmur 1:2-6 (Namabalu), Amsal 3:1-12
(Lansia), Mazmur 23: 1-6 (Natading maetek). Refleksi dibacakan secara
berurutan dari Na Mabalu, Lansia dan Na tading Maetek.
Acara
diisi Vokal Group dari Namabalu dan Lansia. Sebuah lagu yang menyentuh
perasaan berjudul "Anggo Hupingkiri Goluh On". Pembacaan Puisi oleh Pia
br Sinaga, seorang Pemuda GKPS yang baru lulus UMPTN 2014.
Khotbah yang disampaikan PW Masnarena br Purba dari nas Roma 12:1-8
mengingatkan mereka agar dalam status bagaimanapun, kita mampu bersyukur
dan tidak bersungut-sungut.
"Nikmatilah keberadaan
saudara-saudara sebagai Lansia, sebagai janda, sebagai anak na tading
maetek bersama Tuhan dengan rasa syukur, dan tidak bersungut-sungut,"
tandasnya.
Pada kesempatan itu, jemaat memberikan bingkisan berupa sejumlah uang sebagai tanda atau simbol kepedulian seluruh jemaat.
"Bukan nilai yang diberikan tapi bagaimana kami masih di perhatikan dan
di perhitungkan, yang menjadi penguatan sekaligus penyemangat kami,"
ujar Ester br Lubis, janda Pdt Lihardo Purba, STh, seorang pendeta yang
meninggal beberapa tahun lalu.
Ester br Lubis, lulusan STT
Abdi Sabda itu, kini mengasuh dua putranya yang masih duduk di SD, dan
sendirian melanjutkan perjalanan keluarganya, membesarkan kedua
putranya yang masih kecil-kecil. Dia aktif mengajar Sekolah Minggu
sekaligus membawa dan membimbing keduanya.
Pesan Pimpinan
Pusat GKPS dalam Minggu Namabalu, Lansia dan Na tading Maetek menekankan
agar jemaat peduli kepada mereka yang menyandang status janda. lansia
dan anak yatim. Mereka adalah anggota jemaat yang memerlukan dukungan
dan dorongan semangat.
SELAMAT MINGGU NAMABALU, LANSIA DAN NA TADING MAETEK.
Medan, 24 Agustus 2014
Para Janda, Lansia dan anak Yatim bernyanyi bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar