Oleh: Jannerson Girsang
Seorang mahasiswa aktivis dan sudah menjalani semester 10 dan belum
selesai skripsi, tiba-tiba mendatangi sebuah kantor seorang profesor di
sebuah perguruan tinggi dan ingin konsultasi.
Dia adalah tokoh demo. Acapkali melakukan demo tentang apa saja yang menurut informasi yang diterimanya pantas didemo.
Tanpa basa basi, dia langsung to the point. .
"Katanya bapak Anu yang pejabat itu pernah menulis tentang paham Komunis yang diajarkan di sekolah-sekolah, Pak Profesor"
"Sudah baca tulisannya?," ujar Professor ingin konfirmasi kebenaran beritanya.
"Belum"
"Lantas, dari mana kamu tau dia menulis tentang paham Komunis mau diajarkan di sekolah-sekolah"
"Kata orang sih"
"Lalu?"
"Kita mau demo nih Pak, Itu kan subversif Pak"
"Udah baca UU Subversi?"
"Belum"
"Oh!," kata Professor, sambil melirik ke kiri mejanya ke tumpukan buku-buku bahan perkuliahannya. .
Profesornya mengangguk-angguk.
Sedih!. Dia tidak mungkin menjelaskan apapun dari referensi yang dia
ketahui. Soalnya apapun yang dibicarakannya pasti nggak nyambung. Dan
dia juga tau si mahasiswa ini bebal. Dia selalu menganggap dirinya
paling benar.
Profesor mengemasi bahan perkuliahan yang akan disajikannya kepada mahasiswa semester V, di jurusan politik.
"Maaf ya dek, saya mau mengajar," ujar Profesor bergegas meninggalkan kantornya menuju ruang kuliah.
Medan, 25 Agustus 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar