Oleh: Jannerson Girsang
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang memberikan kebebasan berbicara kepada rakyatnya. Mengritik, mengoreksi kesalahan boleh-boleh saja.
Tetapi "menghina" orang, siapapun dia, termasuk menghina agama, suku, adalah pekerjaan yang tidak diizinkan dalam demokrasi, dimanapun di dunia ini.
Barangkali banyak yang belum mengerti apa artinya menghina, sehingga terus melakukannya!.
Di alam demokrasi Indonesia sekarang ini, kita menyaksikan begitu bebasnya orang melontarkan komentar-komentar atau pernyataan yang kebablasan, bernada menghina, tetapi tidak terjerat oleh hukum.
Tak peduli apakah yang diungkapkannya sudah berada pada tahap menghina. Tanpa pernah memikirkan kalau hal yang sama terjadi pada dirinya. "Seenak udelnya aja," kata orang Jawa.
Dalam kamus KBBI, menghina artinya merendahkan; memandang rendah (hina, tidak penting), memburukkan nama baik orang; menyinggung perasaan orang (spt memaki-maki, menistakan)
"Menghina" adalah perbuatan melanggar hukum.
Orang yang menghina jelas tidak berniat baik, tidak memiliki peri kemanusiaan, menganggab manusia sebagai mahluk yang lebih rendah dari dirinya.
Kata orang sih, umumnya, orang yang suka menghina adalah orang yang tidak benar kerjanya, tidak beres dengan dirinya sendiri, kurang kreatif, orang yang sering tersakiti, dan tidak memiliki pertemanan yang baik, berkarakter buruk. .
Kalau dia menghargai manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan, maka dia tidak sampai hati menghina, mempermalukan orang lain di depan publik atau orang banyak.
Dia akan mengajak bicara empat mata dan mengutarakan solusi.
Orang yang menempuh jalan menghina orang lain untuk menyatakan eksistensinya adalah pengecut. Seringkali menaikkan statusnya melebihi atasannya, menjadikan kelasnya di atas orang yang dihinanya.
Parahnya, orang yang suka menghina, biasanya mencari pengikutnya yang tidak tau permasalahan, jadi ikut bersalah. Pengikut orang yang suka menghina orang lain adalah para "pesakitan" yang tidak berfikir rasional.
Belakangan ini penghinaan bawahan terhadap Pimpinan tak jarang terjadi. Bahkan isu hangat saat ini adalah Menteri yang menghina Presiden.
"Ada menteri yang menghina Presiden. Pembantu Presiden malah menghina," kata Tjahjo Kumolo, mendagri, di Jalan Denpasar Raya, akhir Juni lalu.
Inilah jawaban Iwan Falls, seorang musisi terkenal di negeri ini, soal hina menghina ini. Iwan Falls, musisi yang selalu melakukan sindiran-sindiran sosial lewat lirik lagunya itu pun mengingatkan bahwa siapa-pun yang menghina Presiden berarti menghina rakyat.
"Presiden ..............dipilih rakyat, berarti kalau ada yang hina presiden ya menghina rakyat dong," tulis Iwan Fals di akun Twitternya @Iwanfals, seperti dikutip Rimanews..
Jangankan Presiden, manusia biasapun tidak boleh dihina!
Iwan Falls mengingatkan, seorang Menteri harusnya membantu atasannya, bukan malah menghina presiden. Sebab, menghina Presiden sama saja dengan menghina rakyat.
Apalagi menghina rakyat biasa, lebih berat lagi!. Menghina sang pencipta, menghina Tuhan!
"Yakinlah,bahwa si tukang menghina sedang bermasalah dengan dirinya sendiri,si tukang menghina hidupnya tidak bahagia dan akan terus mendapat masalah," ujar seorang motivator.
Benar sekali. Yang dihina belum tentu merasa terhina, tetapi orang yang suka menghina sudah pasti orang-orang yang terhina!
Ayat emas memangatakan: "Sebagaimana kamu menginginkan orang lain berbuat kepadamu, perbuatlah demikan kepada mereka.....".
Anda mau jadi orang terhina, hinalah orang lain!
Medan, 6 Juli 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar