My 500 Words

Sabtu, 01 Agustus 2015

Hati-hati dan Bijaklah Berkomentar Menyangkut Sara

Oleh: Jannerson Girsang

Kalau ada peristiwa yang menyangkut SARA, jangan terus repons dengan menyalahkan A membela B. Hati-hati dan bijaklah.

Kalau ada konflik dengan latar belakang agama, suku, sebaiknya kita menahan diri. Percayakan penyelesaiannya kepada yang berwenang.

Apalagi kita jauh dari lokasi terjadinya kasus itu. Informasi yang kita terima bukan dengan pandangan mata atau orang pertama, hanya baca koran atau nonton di televisi, bahkan sering hanya menerima informasi sepihak, tanpa konfirmasi informasi dari pihak lain yang berkonflik.

Informasi sering tidak akurat dan analisisnya juga tidak akurat, .

Kalau kita tidak tau persis, dan bukan orang yang berwenang menanggapi sesuatu dalam konflik agama, sikap yang baik adalah berdoa agar bangsa Indonesia makin memahami agama masing-masing.

Agama itu mengajarkan damai, agama itu mengajarkan kasih, Permusuhan tidak pernah diajarkan agama manapun, tetapi datang dari oknum-oknum pemeluknya yang salah memahami ajaran agamanya.

Agama itu tercipta karena Tuhan mau tercipta seperti itu, beragam. Keragaman adalah kekayaan. Para pendiri bangsa Indonesia mengakuinya dan menuangkannya dalam UUD 1945 dan Pancasila.

Selama kita hidup di Indonesia dengan empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara: UUD 1945, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI, kita harus mau dan mampu hidup berdampingan dan berdamai dengan orang yang beragam itu.

Kalau tidak yah, bertobatlah. Karena para pendiri bangsa ini sudah memerintahkannya demikan.

Tugas kita: anutlah satu agama, jalankan ajarannya dengan benar, hormati agama teman, jangan sekalipun melecehkan agama teman.

Jadi nggak usah membela agama masing-masing, dan sebaliknya menganggap agama yang lain salah, apalagi mengungkapkannya di depan umum,

Coba rasakan kalau Anda sendiri diperlakukan demikan. Agama Anda dipersalahkan dan dihina orang lain. Tidak senang kan?.

Tapi ingat. Tugas kita bukan bela membela, tetapi menabur kebaikan. Biarlah Tuhan yang kita sembah membela agama kita masing-masing. Tak perlu sampai mengangkat pedang, atau mengatur Perda atau UU untuk membela agama tertentu.

Membela agama, adalah berbuat baik kepada semua orang. "Kalau Anda berbuat baik kepada semua orang, orang lain tidak akan mempersoalkan apa agama Anda" kata Gus Dur.

Kita hanya diminta taat menjalankan ajaran agama masing-masing, menjaga hubungan yang baik dengan penganut agama yang berbeda.

Orang yang taat beragama adalah orang yang sopan tutur katanya, baik budinya, dan menghormati manusia apapun agamanya, apapun sukunya, apapun status sosialnya.

“When I do good, I feel good. When I do bad, I feel bad. That's my religion.” (Abraham Lincoln).

Sebagaimana Anda menginginkan agama Anda diperlakukan orang yang beragama lain, perlakukanlah demikian kepada mereka.

Hanya dengan bersikap demikian bangsa ini akan damai dan kuat. .

Medan, 23 Juli 2015

Tidak ada komentar: