My 500 Words

Sabtu, 01 Agustus 2015

Berdoa dan Mencerahkan

Oleh: Jannerson Girsang


Menjelang Pilkada Bupati/Walikota serentak di tanah air, pemimpin agama itu hendaknya tidak ikut dukung mendukung calon Bupati atau Wakil Bupati.

Para pemimpin agama adalah pemimpin umat, dimana umatnya memiliki pilihan sendiri-sendiri, menurut nuraninya.

Umat sebenarnya tidak tega menyaksikan pemimpinnya dipanggang panas matahari, berdoa dan diphoto di media bersama calon tertentu, mencitrakan calon yang didukungnya.

Apalagi hanya mendukung seseorang dan tidak mendukung yang lain. Itu bukan pekerjaan mereka.

Pemimpin agama tidak sama dengan pemimpin politik. Mereka adalah perwakilan Tuhan untuk mengayomi umatnya.

Para pemimpin agama adalah orang-orang yang mengabdikan seluruh hidupnya untuk mendengar dari Tuhan dan menyampaikan pesan-Nya kepada umat-Nya.

Mereka tidak pernah memihak, kecuali memihak orang yang menderita atau tertindas. Tidak pernah disuruh Tuhan memihak orang :"berduit", apalagi calon Bupati/Wakil Bupati, karena mereka sudah cukup kuat membela dirinya sendiri.

Tidak ada memang UU yang melarang para pemimpin agama mendukung seseorang menjadi Cabup, Cawabub, tetapi nurani Anda mesti berbicara. Ingat, PNS aja dilarang mendukung para calon Bupati dan Wakil Bupati. Lihat tuh edaran Men PAN-RB.

Apalagi pemimpin agama yang punya umat yang beragam pilihan dan kepentingan. Pemimpin agama sebaiknya netral aja, sama dengan PNS. Biarkanlah umat beragam pilihan.

Sikap netral pemimpin agama adalah berdoa dan mencerahkan umatnya. Memberikan penjelasan kriteria seorang pemimpin yang baik, sehingga rakyatnya tau memilih pemimpin yang baik untuk semua umat manusia, bukan memimpin segolongan orang atau kelompok. Mereka bebas dari korupsi atau suap.

Pemimpin agama seharusnya membebaskan umatnya dari suap para calon.

Itu jauh lebih mulia dan membawa damai bagi umatnya. Khususnya nanti ketika muncul konflik diantara yang kalah dan menang.

Jangan justru sebaliknya. Dirinya yang kena suap, dan terpaksa membela si pemberi suap.. .

Kalau pemimpin agama sudah partisan, kemana lagi umat akan mengadu, kemana lagi mereka mencari perdamaian?

Umat sedih merasa ditinggal, kalau melihat pemimpinnya sampai mendukung seseorang, padahal umatnya memiliki pilihan lain.

Apa pula kata Tuhan, nanti kalau pilihan pemimpin agama kalah?

Dalam situasi negeri ini seperti ini, hanya pemimpin agamalah yang mampu berdiri di atas segala golongan, disamping PNS (TNI dan Polri klear sudah) jelas memang sudah dilarang.

Berilah teladan, pencerahan, dan berdirilah di atas umat. Jangan tergiur dengan rayuan apapun dari para calon.

Apalagi cuma karena janji calon,entah berapapun besarnya, Tuhan jauh lebih banyak memberikan berkat. Percayalah!.

Semoga tidak ada lagi pemimpin agama yang membuat statemen di koran atau media lain yang mendukung satu pasangan, agar umat tidak merasa bersalah dan tidak menambah konflik di kalangan umatnya.

Umat sangat menghormati pemimpin agamanya, tapi jangan gunakan kehormatan itu untuk mengatas namakan pilihan mereka.

Semoga yang bertelinga mendengar!

Medan, 29 Juli 2015

Tidak ada komentar: