My 500 Words

Sabtu, 01 Agustus 2015

Mahar Tersembunyi: Menawarkan Rakyat Memilih Pemimpin Buta Nurani

Oleh: Jannerson Girsang

Partai-partai asyik mengumumkan tidak ada mahar untuk partai dari calon eksekutif (cabub/cawabub) di pilkada.

Tapi, secara tersembunyi nama-nama pungutannya cukup banyak, meski bukan disebut MAHAR.

Penyakit MUNAFIK, masih mendera partai-partai kita.

Turunan Gulo, mantan anggota KPU Sumut mengatakan, meski tidak ada mahar yang dibebankan partai kepada calon, tetapi ada Biaya Survey (ratusan juta), Biaya Operasional Pemenangan (ratusan juta juga), Partisipasi Pembangunan Parpol (ratusan juta juga), Biaya Tim Monitoring Pengurus DPP/DPD (ratusan juta juga), untuk ini dan untuk itu.

Benar seperti yang dikatakan Mochtar Lubis dalam buku" "Manusia Indonesia". Partai-partai turut memelihara sifat pertama orang Indonesia yang disebut Mochtar Lubis: MUNAFIK.

Partai-partai memang munafik.

Dengan sikap munafik seperti itu, Turunan B Gulo.mempertanyakan dan meragukan kemajuan kepemimpinan bersih ke depan.

"Apakah lahir pemimpin yang bersih?. Jawabnya: Jauh PANGGANG dari API"

Kemajuan yang kita capai belum mampu merubah cara berfikir partai-partai kita menyeleksi calon pemimpin yang akan dipilih rakyat.

Sepuluh tahun terakhir ini, menjadi penduduk Medan cukup menyedihkan.

Dua walikota Medan (periode sebelumnya) masuk penjara. Dua gubernur Sumut (yang satu di dalam penjara), yang satu lagi, KPK sudah menetapkannya sebagai tersangka, calon masuk penjara.

Partai-partai kita memang buta. Mereka menawarkan, bahkan setengah "memaksa" rakyat memilih pemimpin yang "buta nurani".

Jadi, kita siap lima tahun ke depan tidak akan banyak perubahan.Mudah-mudahan tidak seburuk dua periode sebelumnya.

Medan, 31 Juli 2015

Tidak ada komentar: