My 500 Words

Selasa, 28 April 2015

Kualitas Hidup

Oleh: Jannerson Girsang

Kualitas hidup kita adalah seberapa kita mampu menilai manusia dari ketulusan mempersembahkan hal-hal yang dimilikinya, berbuat kebaikan bagi banyak orang.

Yesus menilai manusia dari ketulusan, suka cita seseorang mempersembahkan sesuatu yang dimilikinya.

Di masa Perjanjian Baru, seorang janda mempersembahkan sesuatu yang tak bernilai untuk ukuran dunia, tetapi menjadi besar di mata Yesus karena ketulusannya memberi.

"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu" (Lukas 21:3).

Bukan berarti seseorang dibenarkan mempersembahkan "apa adanya", apalagi hanya "sisa-sisa", tetapi dituntut memberikan "yang terbaik" bagi Tuhan dan melakukan yang terbaik juga kepada sesama manusia.

Dalam praktek kehidupan, manusia tidak jarang melakukan penilaian dari besarnya sesuatu yang terlihat, bukan dari "hati" dan "motivasi" orang itu.

"Hal paling indah di dunia tak dapat dilihat dan bahkan tak bisa disentuh, hal tersebut hanya bisa dirasakan dengan hati. (Helen Keller). Perbuatan yang tulus akan menggerakkan hati, menginspirasi, memberi dampak yang luar biasa bagi dunia. Helen masuk dalam 18 orang paling berpengaruh di dunia.

Helen Keller adalah tokoh besar. Ia seorang penulis, aktivis, dan juga dosen. Helen Keller dilahirkan tepat 135 tahun lalu di Tuscumbia, Alabama pada 27 Juni 1880.

Ketika ia menginjak usia 19 bulan, Keller terkena penyakit yang membuatnya menjadi buta dan tuli.

Hellen Keller yang mendapat pengasuhan dengan kasih yang tulus dari seorang guru Anne Sullivan membuahkan seorang tokoh yang luar biasa dalam kehidupannya.

Hellen Keller yang buta dan tuli: di mata dunia adalah seorang cacat dan "tidak mampu mempersembahkan apa-apa", tetapi besar karena mampu mempersembahkan "Hatinya"

Dampak sebuah ketulusan melakukan kebaikan adalah kebahagiaan. Tindakan-tindakan mereka memberi suka cita, tidak mengundang iri hati, tetapi memberi inspirasi, tidak membuat kegaduhan hati, tetapi kedamaian hati.

Medan, 29 Maret 2015

Tidak ada komentar: