My 500 Words

Selasa, 28 April 2015

Mencari Bupati Ideal di Kabupaten Simalungun (2015-2020)



Oleh: Jannerson Girsang

Bahan: Mengenang Rajamin Purba (Biografi)

Membaca kisah Rajamin bagi saya ibarat memimpikan pemimpin ideal bagi daerah kelahiranku, Kabupaten Simalungun.

Andai ada seorang berusia 32 tahun, seusia Rajamin jadi bupati, kemudian mengubah Kabupaten Simalungun seperti yang dilakukannya di era dimana banyak mendapat tantangan, serta, situasi politik, keterbatasan keuangan dan teknologi saat itu.

Meski usianya hanya mentok di angka 49 tahun, tetapi meninggalkan karya yang spektakuler.
Memang,usia 32 tahun menjadi bupati, mungkin sulit dicapai seseorang pada saat sekarang ini. Bupati yang tulus membangun rakyatnya tanpa dicekcoki dengan kepentingan pribadi sudah langka di era hedonisme ini.

Tapi tidak ada salahnya bermimpi. Itulah daya tarik membaca buku ini. .

Buku Mengenang Rajamin Purba, yang ditulis Ir MT Purba pada 2006 ini mengisahkan kiprah pria Simalungun, kelahiran Bangun Purba, Haranggaol, 22 Desember 1928.

Mantan Bupati Simalungun (1960-1973) ini dikenal sebagai bupati yang ideal bagi kabupaten Simalungun dari segi pemikiran, konsep maupun implementasinya di lapangan yang berorientasi kepada aspirasi masyarakat.

Rajamin menjadi Bupati Simalungun saat usianya baru 32 tahun. Masih sangat muda untuk ukuran calon-calon bupati yang muncul sekarang ini. Bukan karena usia, maka seseorang menjadi matang. Sebuah pelajaran bagi para calon bupati. Dulu, yang muda yang berkarya.

Hai, generasi muda, beranikah seperti Rajamin?

Di bidang pemerintahan dia mengukir karya-karya spektakuler, mulai dari merombak struktur desa, pangan, penyelesaian tanah garapan, pembangunan sarana jalan, Sarana Kantor dan Rumah, turis, pembangunan sosial, keagamaan, pendidikan dan budaya.

Di bidang budaya misalnya beliau turut membidani Partuha Maujana Simalungun (PMS), Museum Simalungun. Aktualisasi Motto Habonaron do Bona, muncul di saat pemerintahan beliau dan ditulis pada lambang Kabupaten Simalungun. . .

Dalam usia muda (37 tahun), beliau begitu banyak melahirkan konsep-konsep budaya, keagamaan dan pendidikan jangka panjang bagi kabupaten ini. .

Di bidang pendidikan Rajamin adalah pendiri Universitas Simalungun (18 September 1965), dalam pembangunan masyarakat desa oleh gereja beliau turut membidani pendirian Pelayanan dan Pembangunan (Pelpem) GKPS (15 Januari 1965).

Kita masih bisa saksikan sekarang ini. Penyediaan tanah dan konsep implementasi bagi pendidikan dan rumah ibadah dilakukannya tanpa sedikitpun itu menjadi miliknya.

Penyediaan 33 hektar tanah untuk GKPS di Jalan J Wismar Saragih, 38 hektar tanah untuk Universitas Simalungun (USI) di Pematangsiantar adalah usaha-usaha beliau semasa menjabat Bupati Simalungun untuk fasilitas keagamaan dan pendidikan. Tidak ada satu meterpun aset pribadinya terdapat di sana, atau di sekeliling lokasi itu.

Beliau berjuang untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya--tidak hanya berfikir jangka pendek, apalagi untuk pribadinya. Tak ada peninggalan harta pribadinya yang menonjol di Simalungun, meski dia menjabat bupati selama 13 tahun.

Kini, karya-karyanya semuanya menjadi asset yang bisa dinikmati banyak orang.
Walau usianya hanya 49 tahun (meninggal 1977) Rajamin telah mengukir sebuah teladan yang dapat dibanggakan dan perlu dipelajari generasi sekarang ini.

Dia meninggalkan kader-kader pemimpin yang berjaya di kemudian hari, meninggalkan nilai-nilai baik yang jadi panutan.

Mudah-mudahan para pejabat selanjutnya meniru beliau, janganlah mencampur adukkan kepentingan pribadi dalam strategi pembangunan daerah.

Beliau juga mendidik ke enam putra puterinya dengan baik, meski anak-anaknya harus kehilangan ayahnya, saat mereka masih kuliah dan ada yang masih Sekolah Dasar.

Ketika Rajamin meninggal, anak tertuanya Budi Raja Manggala Putra baru masuk kuliah di teknik Sipil ITB, Darmayanti br Purba (Kelas II SMA), Pandu Purba (Kelas I SMA), Suhaerani Purba (Kelas I SMP), Kurniaty (Kelas V SD) dan Adi Rajadiningrat (Kelas II SD).

Rajamin meninggalkan seorang istri, ibu Kencana. MT Purba (penulis buku ini) menyebutnya putri bangsawan dari Jawa Barat. (Ibu Kencana meninggal tahun 2013).

Ibu cantik, sangat ramah dan mampu bertutur lancar dalam bahasa Simalungun ini konon sempat mengeluh, karena ditinggalkan suami tercintanya saat anak-anaknya masih kecil-kecil.
"Bagaimana membimbing dan membesarkan anak-anak yang enam orang ini tanpa Bapak?. Saya merasa tidak berdaya,"ungkapnya seperti dikutip penulis buku ini.

Tuhan Maha Besar. Kini, anak-anaknya berkiprah di berbagai bidang profesi. Putranya Budi Raja Manggala Putra, kini berpangkat Kolonel, serta putrinya Suhaerani Purba adalah penyanyi yang dikenal dengan Rani Purba, dan menikah dengan Martin Hutabarat (Angggota DPR-RI dari Partai Gerindra), serta putra puterinya yang lain dan berkiprah sesuai dengan profesi mereka masing-masing.

Adakah karakter bupati Rajamin akan muncul pada 2015-2020? Mari kita tunggu!

19 April 2015


Tidak ada komentar: