My 500 Words

Kamis, 18 Juni 2015

Ayub: Saat Menderita, Tetap Bersyukur dan Merasa Dibela Tuhan

Oleh: Jannerson Girsang

Secara umum, orang yang sakit dan dirawat bertahun-tahun adakalanya muncul keluhan dan semangat semakin menurun, dan ragu-ragu, sehingga bisa kehilangan keyakinan, mencari pertolongan yang menyesatkan.

Beda dengan Ayub. Itulah sebabnya, Ayub menjadi satu teladan bagi kita menghadapi penderitaan. Setelah kehilangan semua harta dan anak-anak, dan menderita sakit parah, Ayub masihmampu mengatakan:

"Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu".

Orang sakit adalah orang yang sedang lemah fisiknya dan perlu dukungan dari teman-teman dan keluarga.

Baru kembali menjenguk namboru, Morianna br Girsang yang menjalani kemoterapi di Rumah Sakit Adam Malik, Medan. Morianna adalah istri alm Pendeta BNKP, Pdt Harefa, adiknya PW (pens) Lermianna Girsang . Beliau seorang pensiunan guru di Gunungsitoli, Nias.

Senang karena melihat semangat namboru tidak luntur. Pada 2011 beliau menjalani kemo, dan kembali menjalani kemo sejak 3 hari yang lalu.

Kisah Ayub adalah referensiku ketika mencari kekuatan saat berada dalam penderitaan, dan juga kusampaikan bagi mereka yang sakit. (Ayub 19:1-29). Ayub adalah orang yang setia kepada Tuhan.

Tetapi suatu ketika, seluruh hartanya habis, anak-anaknya tewas karena reruntuhan bangunan akibat badai.

Setelah kehilangan harta benda dan ke sepuluh putra putrinya, dia menderita sakit kulit parah dan mengharuskannya tidur di atas debu. Istri dan teman-temannya mencibirnya. Tetapi Ayub tetap tegar dan merasa dibela Tuhan. ,

Saya membacakan ayat ini ditelinga nambori Morianna. Kubaca pelan-pelan!:
Ketika kita lemah, kadang nasehat teman-teman menyesatkan!

Tetapi Ayub menjawab (nasehat dan cibiran teman-temannya) :"Berapa lama lagi kamu menyakitkan hatiku, dan meremukkan aku dengan perkataan?

Sekarang telah sepuluh kali kamu menghina aku, kamu tidak malu menyiksa aku. Jika aku sungguh tersesat, maka aku sendiri yang menanggung kesesatanku itu.

Jika kamu sungguh hendak membesarkan diri terhadap aku, dan membuat celaku sebagai bukti terhadap diriku, insafilah, bahwa Allah telah berlaku tidak adil terhadap aku, dan menebarkan jala-Nya atasku.

Sesungguhnya, aku berteriak: Kelaliman!, tetapi tidak ada yang menjawab. Aku berseru minta tolong, tetapi tidak ada keadilan.

Dalam keadaan menderita dan lemah, kita kadang mengeluh!

Jalanku ditutup-Nya dengan tembok, sehingga aku tidak dapat melewatinya, dan jalan-jalanku itu dibuat-Nya gelap. Ia telah menanggalkan kemuliaanku dan merampas mahkota di kepalaku. Ia membongkar aku di semua tempat, sehingga aku lenyap, dan seperti pohon harapanku dicabut-Nya.
Murka-Nya menyala terhadap aku, dan menganggap aku sebagai lawan-Nya.Pasukan-Nya maju serentak, mereka merintangi jalan melawan aku, lalu mengepung kemahku.

Saudara-saudaraku dijauhkan-Nya dari padaku, dan kenalan-kenalanku tidak lagi mengenal aku. Kaum kerabatku menghindar, dan kawan-kawanku melupakan aku. Anak semang dan budak perempuanku menganggap aku orang yang tidak dikenal, aku dipandang mereka orang asing.
Kalau aku memanggil budakku, ia tidak menyahut; aku harus membujuknya dengan kata-kata manis.

Nafasku menimbulkan rasa jijik kepada isteriku, dan bauku memualkan saudara-saudara sekandungku. Bahkan kanak-kanakpun menghina aku, kalau aku mau berdiri, mereka mengejek aku.
Semua teman karibku merasa muak terhadap aku; dan mereka yang kukasihi, berbalik melawan aku. Tulangku melekat pada kulit dan dagingku, dan hanya gusiku yang tinggal padaku.
Tetapi, sadarlah dan yakinlah dan berharaplah kepada Tuhan!

Kasihanilah aku, kasihanilah aku, hai sahabat-sahabatku, karena tangan Allah telah menimpa aku. Mengapa kamu mengejar aku, seakan-akan Allah, dan tidak menjadi kenyang makan dagingku?
Ah, kiranya perkataanku ditulis, dicatat dalam kitab,terpahat dengan besi pengukir dan timah pada gunung batu untuk selama-lamanya!

Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu.
Juga sesudah kulit tubuhku sangat rusak, tanpa dagingkupun aku akan melihat Allah,yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu.

"Tetap semangat ya namboru. Dalam keadaan lemah tak berdaya, secara alami, kita memang bisa merasa seperti ditinggalkan, kadang dilupakan, atau dilecehkan orang, sama seperti Ayub. Tetapi, Tuhan tidak pernah meninggalkan namboru. Dia merawatmu 24 jam, Namboru bersyukur karena masih bisa dirawat di rumah sakit, bukan di atas abu seperti Ayub. Tidak dijauhi keluarga, karena masih ditemani kakakmu PW Lermianna dan edamu Ny almarhum Pdt Josep Girsang"

"Terima kasih. Terima kasih," katanya, sesudah kami berdoa, sambil mengusap kepalaku

Medan, 23 mei 2015

Tidak ada komentar: