My 500 Words

Kamis, 18 Juni 2015

Presiden Jokowi Mantu

Oleh: Jannerson Girsang

Orang terkenal, berpengaruh selalu menjadi top news. Apa yang mereka pikirkan, katakan dan lakukan menjadi teladan bagi rakyat .Mereka yang berada di puncak kekuasaan menjadi sebuah trend setter.

Kalau dia bisa, kenapa saya nggak bisa?. Mereka menjadi inspirasi!

Proses akad nikah anak Presiden RI, Jokowi Gibran Rakabuming Raka dengan Selvi Ananda, cukup menarik dan diliput secara langsung oleh media-media di tanah air, termasuk televisi.

Akad nikah secara Islam itu berlangsung pagi ini di gedung Graha Saba, Solo, Jawa Tengah, bukan di gedung mewah di ibu kota Negara,

Pertama, pernikahan ini menarik, karena kedua pasangan itu beda agama. Seperti diketahui, berdasar administrasi KTP (Kartu tanda Penduduk), Gibran maupun orang tuanya, Jokowi dan Iriana, keterangan beragama Islam.

Sedangkan orang tua Selvi, Didit Supriyadi dan Partini, non-Muslim. Ini kendala yang dihadapi saat itu. Pihak keluarga sudah melakukan konsultasi ke KUA sejak April lalu.(http://www.republika.co.id)
Sumber lain menyebut bahwa kedua orangtua mempelai perempuan, Didit Supriyadi dan Partini, beragama Katolik, namun Selvi sudah masuk Islam. Ini bisa dibuktikan dalam akte KTP (Kartu Tanda Penduduk), maupun KK (Kepala Keluarga). Semula, dalam akte kelahiran masih tercantum agama Katolik.

Keraguan keabsahan ijab kabul. putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dengan mantan Putri Solo 2009, Selvi Ananda, sempat menjadi teka-teki, tetapi kemudian terjawab.

''Mbak Selvi sudah masuk Islam. Jadi, tak ada yang perlu diragukan,'' jawab H Mukhtaroji SPDi,
Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Banjarsari, Solo, Rabu (10/6).

Hal lain yang menarik lagi bagi saya karena orang tua mempelai perempuan adalah putri seorang rakyat biasa. Anak Presiden, menikah dengan anak rakyat. Pernikahan yang mengangkat harkat rakyat kecil.

Kelebihan Selvi Andanda sendiri, gadis jelita ini adalah Putri Solo 2009, dan mereka menjalin cinta sebelum Jokowi menjadi Presiden.

Terakhir, pernikahan ini menarik, katena dilaksanakan dengan adat Jawa--sebuah teladan penghargaan terhadap warisan nenek moyang. Presiden sendiri masih menghargai adat, maka mari semua suku bangsa menghargai adat kita masing-masing.

Masyarakat beradab adalah masyarakat yang beradat. Pelaksanaan Adat mengajarkan para pasangan Indonesia untuk tetap menghargai adat, aturan yang menata kehidupan keseharian rakyatnya.
Prosesnya memang panjang--mengajarkan pasangan agar pernikahan yang dilandasi cinta dapat dipelihara dengan bijak. Pernikahan yang dilandasi cinta sejati, tidak luntur oleh pengaruh apapun.

Semoga pernikahan itu hanya sekali seumur hidup: tidak ada kata bercerai. .

Mungkin bagi yang lain ada makna yang lain.Semoga acara pernikahan ini memberi makna bagi seluruh rakyat Indonesia.

Medan, 11 Juni 2015

Tidak ada komentar: