My 500 Words

Selasa, 17 Mei 2016

Setya Novanto Ketum, Golkar Keluar dari KMP


Setelah secara mengejutkan menyatakan diri keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP), Golkar memilih Setya Novanto sebagau Ketua Umum Partai berlambang beringin itu.

Tanda-tanda Setya Novanto akan menjadi Ketua Umum, memang sejak awal sudah terlihat. Lima hari sebelum pemilihan, mantan Ketua DPR-RI yang lengser karena kasus "Papa dan Mama Minta Saham" itu sudah mengeluarkan sinyal penting.

"Bakal calon ketua umum Partai Golkar, Setya Novanto, berjanji akan membawa Golkar mendukung pemerintah apabila memenangi pertarungan dalam musyawarah nasional luar biasa di Bali pada 15-17 Mei mendatang," demikian kutip Kompas.com, Jumat 6/5/2016.

Calon Ketua umum seperti ini, tentu sangat dibutuhkan pemerintahan Jokowi, siapapun orangnya, apakah punya track record jelek atau baik di mata rakyat.

Isu liarpun berkembang!.

Isu Presiden dukung Setya Novanto menjadi Ketua Umum beredar di tengah Munaslub Golkar di Bali. Walaupun isu tersebut dibantah petinggi Golkar.

"Soal isu Luhut bilang Presiden dukung SN itu tidak benar dan ngawur," kata petinggi Golkar, Bambang Soesatyo, seperti dikutip Kompas.com.

Namun, di lapangan ternyata bukan hanya issu, tetapi Luhut Panjaitan (Penasehat Golkar), yang juga Menkopolhukam pemerintahan Jokowi itu, seperti diberitakan media makan siang bersama dengan Setya Novanto, dan para petinggi Golkar lainnya.

"No free for lunch," kata pepatah!

Beberapa jam sebelum pemilihan Ketua Umum, Partai Golkar memutuskan keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP), koalisi bentukan pada masa Pemilihan Presiden 2014. Keputusan itu diambil saat sidang paripurna Musyawarah Nasional Luar Biasa Partai Golkar, Senin (16/5/2016) malam.

"Mencabut dan menyatakan tidak berlaku lagi keputusan Munas Partai Golkar tentang posisi Partai Golkar dalam Koalisi Merah Putih," kata Sekretaris Pimpinan Sidang Munaslub, Siti Aisyah.

Reposisi Golkar di dalam KMP dilakukan seiring dukungan partai berlambang pohon beringin itu kepada pemerintah. Secara tegas, sikap itu sebelumnya telah disampaikan saat Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar awal tahun ini.

"Keputusan Golkar untuk mendukung pemerintahan Jokowi-JK harus ditindaklanjuti dengan upaya nyata Partai Golkar. Demi menyukseskan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan," lanjut Siti Aisyah.
Sebelumnya, KMP dibentuk sebagai tandingan Koalisi Indonesia Hebat (KIH) pada saat Pilpres 2014. Belakangan, KIH telah berubah nama menjadi Koalisi Partai Politik Pendukung Pemerintahan, seiring dengan masuknya sejumlah partai lain di luar KIH untuk mendukung pemerintah.

Dini hari tadi, Setya Novanto (yang sempat terekam video ngantuk-ngantuk saat upacara nasional), terpilih menjadi Ketua Umum setelah Ade Komarudin--saingan satu-satunya Setya Novanto, mundur secara mengejutkan..

Golkar, sekali lagi, resmi keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP)!. Sikap Golkar ini akan memperkuat kedudukan pemerintahan Jokowi.

Namun, bagi Golkar sendiri, seorang pengamat dari UGM, Arie Sujito memprediksi, "Kalau Setya Novanto, memang tidak akan sulit diprediksi. Memang dia dekat dengan Ketum Golkar (Aburizal Bakrie) dan memiliki risosis yang besar. Namun jika dia terpilih tidak akan ada terobosannya," kata Pengamat Politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Arie Sujito saat dihubungi Kompas.com, Jumat (6/5/2015).

Menurut dia, masalah-masalah yang ditimbulkan oleh Setya Novanto sempat mempengaruhi soliditas partai. Jejak rekam Novanto dalam politik pun akhirnya diragukan akibat kasus yang menyeret petinggi Freeport dan pengusaha minyak Riza Chalid itu.

Namanya juga politik!. Kita tunggu perkembangan berikutnya!

Bagi saya sebagai rakyat, yang penting pembangunan berjalan terus. DPR mendukung program pemerintah yang baik untuk rakyat, dan tidak terus menerus berdebat soal hal-hal yang tidak penting. Rakyat makin makmur!

Medan, 17 Mei 2016

Tidak ada komentar: