My 500 Words

Senin, 28 April 2014

Dokter di Penang dan Medan Menyerah

Oleh: Jannerson Girsang

Sang suami menunggu istri yang hanya dibantu alat pernafasan dan infus. Lelah sudah menjalani pengobatan berbulan-bulan, bahkan hingga ke Penang.

Faktanya, tidak ada perubahan. Hingga tadi malam, nafsu makan istri hampir sirna. Susah bernafas, dan bicara. Tidak lagi mengenal orang yang datang menjenguknya.

Keluarga sudah membawanya ke rumah, karena dokter di Penang atau di Medan sudah menyerah,

Saya membayangkan dirinya kalau menerawang akan hal terburuk terjadi terhadap istrinya.

Itulah suasana yang dihadapi teman saya, Sehat Jawak tadi malam, saat menemuinya di rumahnya di daerah Lona, Medan, menjelang tengah malam (31 Maret 2014).

Tapi saya salut melihatnya tetap tegar. Padahal dia masih mengurus anak-anak yang sebagian belum berkeluarga, menjaga keutuhan keluarga yang sudah lelah merawat selama berbulan-bulan.

Yang jelas, uang berobat selama berbulan-bulan sudah menguras tabungan selama ini. Sementara pemasukan tidak seperti sediakala.

Kalau sendirian tidur tengah malam, tentu tidak bisa tidak, pasti kadang muncul suasana ngeri atau susah tidur. Saat waktu makan tiba, mungkin harus menyediakan makan sendiri. Makan tidak teratur.

Tetapi dia tampak tabah. "Saya sudah pasrah lae. Tapi kekuatan doa membuat saya mampu,"ujarnya.

Andaikata saya menghadapi situasi demikian, belum tentu juga sekuat teman saya.

Hidup tidak bisa sendiri, harus saling menopang, saling mendukung. Tuhan juga meminta kita demikian. Itulah pelajaran kita dalam hidup ini. Kita saling membutuhkan.

Saya bersyukur, dia meminta Pendeta dan rekan-reman melakukan Perjamuan Kudus (HBN) untuk istrinya, sekitar pukul 00.00. Menyerahkan istrinya--teman saya bermain di masa kecil, yang sedang sakit parah. Berserah kepada Tuhan, situasi sulit yang sedang di depan mata.

Itulah tindakan yang tepat, saat kita tidak memiliki apa-apa lagi, saat kita buntu melakukan tindakan. Mungkin akan ada inspirasi baru sesudah itu.

Suasana-suasana seperti ini, merupakan pelajaran berharga bagi saya, mungkin juga bagi kita semua, kalau suatu ketika menghadapi masalah yang sama.

Berkali-kali saya menjenguk orang sakit, melihat situasi di sekitarnya, menjadikannya infus rohani yang saling menguatkan.

Setegar-tegarnya kita sekarang ini akan menghadapi masalah yang hampir sama. Kita membutuhkan pertolongan, bukan hanya dalam bentuk materi, tetapi perhatian.

Saya salut melihatnya tetap tegar dan anak-anaknya dengan segala kemampuan masing-masing mendukungnya setiap saat.

Salut melihat keluarga muda Sy Enni Jawak--putri tertua mereka yang sejak muda sudah sangat aktif mengajar anak-anak, membina pemuda, dan suaminya Hendra Sipayung yang semasa mudanya adalah aktivis pemuda.

Mereka adalah contoh anak Tuhan yang dengan tulus memberi kasih sayang kepada orang tuanya, memberi kekuatan baru bagi ayahnya yang sedang susah.

Semoga doa-doa kami diterima, keluarga tetap tabah dan senantiasa bersukacita dalam Tuhan.

Ketika semuanya sudah hilang, dokter sudah menyerah, maka jangan takut.

Masih ada kekuatan lain yang setiap saat bersedia menolong kita. Jangan melupakan kekuatan itu ketika kita masih segar bugar, bukan hanya ketika suasana kita lemah.

Latihan rohani diperlukan setiap hari, setiap saat. Karena setiap saat situasi demikian bisa menimpa kita juga.

Eni Ramayanti JAwak, Patricia Girsang, Clara Girsang, Devee Girsang, Hendra Tasmanda

Note: Akhirnya Usmirita br Purba, meninggal di Rumah Sakit Adam Malik, 2 April 2014 malam. Selamat jalan boto.

Semoga laeku Sehat Jawak dan semua anak-anak tabah menghadapi situasi sedih ini. Saya hanya sempat menyalami kalian sesudah botoku di Ambulance dan sudah dalam perjalanan keluar dari gerbang RS Adam Malik, pukul 20.45.

Sedih melihat anak-anakmu, menantumu, laeku yang sudah berbulan-bulan tidak tenang menghadapi penyakitmu boto.

Saya belum melihat wajahmu yang sudah tenang, matamu yang tak berkedip, tidak lagi mengeluh kesakitan seperti malam terakhir saya menemuimu. Tidak ada lagi emosimu seperti malam terakhir menyambutku kalau saya datang nanti menemuimu. Ingat wajah lugumu saat kita bermain puluhan tahun yang lalu.

Malam ini kau akhiri semuanya. Kau meninggalkan kami menjelang minggu tenang Pileg 2014. Kau tidak sudi melihat para caleg yang akan kita pilih. Mungkin kau benci karena banyak money politik.

Selamat jalan temanku, selamat meninggalkan dunia yang penuh tipi daya ini. Tenanglah bersama Tuhan sang Penciptamu di tempat terbaik yang diberikanNya.


Rita akhirnya dikebumikan 4 April 2014 di desa Rakutbesi, 110 km sebelah Selatan Medan. Saya bersama teman-teman gereja menghadiri acara penghormatan terakhir temanku itu.  

Tidak ada komentar: