My 500 Words

Kamis, 17 April 2014

RENUNGAN MENYAMBUT PASKAH

Oleh: Jannerson Girsang

Libur kantor mulai hari ini hingga Senin mendatang. Terima kasih bagi kantorku yang menyediakan masa panjang bagiku untuk merenungkan arti penderitaan Yesus menuju Kayu Salib.

Hari ini adalah sebuah momen terindah sepanjang 53 tahun hidupku menjelang Paskah. Belum pernah aku memperoleh waktu begini indah, merenungkan Paskah, kisah perjalanan Via Dolorosa.

Kematian adalah sesuatu yang sangat menyeramkan dan tidak seorangpun ingin mengalaminya. Manusia sangat sayang pada nyawanya. Masalahnya, saking sayangnya, manusia memiliki sikap egois, bahkan tidak peduli nyawa orang lain.

Tetapi ada satu jiwa yang rela dirinya mati untuk orang lain. Meski Perjanjian Baru mencatat bagaimana Yesus mengalami pergulatan batin yang luar biasa menghadapi kematian. Berdoa semalam suntuk, hingga mampu mengatakan: "Bukan kehendakku, tetapi kehendakMulah yang jadi".

Yesus memberikan teladan yang luar biasa, tentang contoh mengasihi sesama, dengan tunduk kepada perintah yang mengutusNya.

Kitab-kitab Perjanjian Lama menggambarkan seorang yang diurapi (bahasa Ibrani: Mesias; bahasa Yunani: Kristus) oleh Allah akan menderita sengsara dan mati sebagai penebus dosa umat manusia.
Sejumlah nubuat berfokus pada peristiwa ini, dan menurut keyakinan saya sebagai orang Kristen digenapi dalam kematian Yesus Kristus.

Yesus menunjukkan teladan, bagaimana sikap atau respons seorang yang tidak bersalah, disiksa, dihukum, malah dibunuh. Saya, dicolek atau diremehkan sedikit aja sudah marah. Dikatakan tidak hebat, marah. Teman kalah Pileg, menyalahkan saya, saya marah juga!.

Dewasa ini, orang-orang Kristen (Gereja Kristen Protestan Simalungun) merenungkan Peristiwa penderitaan Yesus melalui Kamis Putih (nanti malam, 17 April 2014, pukul 20.00), Jumat Agung (Jumat pukul 12.00) , kemudian kebaktian peringatan kebangkitan dari kubur pada hari ketiga (Minggu Pagi), dilanjutkan dengan Kebaktian Tuntunan (lanjutan) hari Senin.

Tentu, ada perenungan pribadi di luar kebaktian-kebaktian di atas, seperti yang saya tuliskan ini. 53 tahun peristiwa seperti ini saya alami, saya masih terus berlatih dan berlatih, meminta pertolongan, karena kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, dalam diri saya masih muncul bibit tidak baik: suka marah, iri hati, senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang, belum tahan diremehkan, acapkali lemah ketika menerima kegagalan, belum bekerja dengan tulus.

Berdoa, terus berdoa dan berusaha menghilangkan sikap negatif itu, seiring bertambahnya usia. Saya dan setiap orang Kristen, sepanjang hidupnya harus terus menerus merenungkan kata-kata yang keluar dari mulut Yesus selama dalam penderitaan.

Dari kayu salib, dengan mahkota duri di kepala, tubuh yang bergelimang darah karena terluka, Yesus berkata: ‘Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (* Lukas 23:34 ).

Kalimat pendek dan inti dari ajaran Kristen. Mengasihi setiap orang, bahkan musuh sekalipun, karena Yesus telah mengasihi saya dan Anda lebih dahulu.

Mampukah kita mengeluarkan kata-kata yang demikian saat menderita, saat orang dengan sengaja menghabisi nyawa kita?. Bukankah kita sering membalas air susu dengan air tuba. Mampukah kita membalas air tuba dengan air susu?.

Paskah mengajar kita menyikapi secara positif, ketika orang membalas dengan kejahatan bagi perbuatan kita yang baik dan benar, mengambil makna yang baik dari seuatu yang buruk. "Kalau kamu hanya mengasihi orang yang mengasihimu, apakah upahmu?".

Saya belum mampu melaksanakannya. Jangan munafik!. Kalau jujur, Andapun belum mampu, bahkan mungkin sampai kita berakhir di liang kubur.

Saya dan Anda masih lebih sering menginginkan orang lain lebih dulu berbuat baik, baru kita mau berbuat baik.

Mari saling mengisi, bukan saling menghakimi. Mari merendahkan diri, bukan menganggap diri paling hebat. Mari merenungkan, memaknai dan mempraktekkan sikap, ucapan, dan tindakan Yesus ketika dalam penderitaan hebat:

Memperingati Paskah setiap tahun, merupakan masa perenungan menuju ke kesempurnaan hidup. Meski tidak pernah mencapainya, karena hanya Dia yang dapat menyempurnakannya.

Peristiwa ini tidak bisa dimaknai dengan logika dan penjelasan kata-kata. Mengasihi adalah pekerjaan iman. Dia tidak pernah datang dari dunia ini.

Mintalah pertolongan, hayati suara Tuhan, alami dan latihlah iman secara terus menerus. Jangan harapkan sekali mendengar khotbah langsung berubah total. Biasakan kuping rindu mendengar hal-hal yang baik.

Tujulah peningkatan pemahaman dan kemampuan mengasihi istri, anak-anak, teman dan manusia di lingkungan dimanapun dia berada. Paskah bukan sekedar seremoni!

Tidak ada komentar: