My 500 Words

Rabu, 29 Agustus 2012

Memaknai Sri Mulyani Peringkat 72 Orang Paling Berpengaruh di Dunia, Versi Forbes
(Foto/Int). Sri Mulyani
Oleh : Jannerson Girsang. 
Membaca laporan Majalah Forbes (http://www.forbes.com/profile/sri-mulyani-indrawati/), yang menempatkan Sri Mulyani—nama lengkap Sri Mulyani Indrawati, mantan Menteri Keuangan Republik Indonesia, di urutan 72 dari peringkat 65 tahun lalu, muncul rasa bangga, sekaligus rasa sedih di hati kami.
Peringkat yang disandang perempuan kelahiran Bandar Lampung 26 Agustus 1962 itu diumumkan dua hari sebelum usianya genap 50 tahun, membuatnya menjadi oase di tengah prestasi anak bangsa yang menurun di berbagai bidang, ditambah lagi korupsinya yang dalam Pidato menyambut Kemerdekaaanya, SBY mengatakan "sudah makin menyebar ke daerah-daerah".

Di sisi lain, muncul rasa sedih, mengapa perempuan yang sejak 1 Juni 2010 lalu menjadi Managing Director Bank Dunia itu harus angkat kaki dari bumi pertiwi ini. Terlepas dari semua kelemahan yang dituduhakan kepadanya, kemampuan Sri Mulyani, sebagai seorang ibu rumah tangga dengan tiga putra putri ini, mengemban tanggungjawab yang besar dalam pekerjaannya, perlu menjadi pelajaran bagi bangsa ini, khususnya kaum perempuan di Indonesia.

Berapa orang diantara ibu rumah tangga Indonesia yang cerdas, dan populer seperti dia?. Dia teladan sebagai seorang perempuan yang cerdas dan tegar, meski diobok-obokpun tetap bersinar, tidak merengek-rengek. "Emas dimasukkan ke dalam lumpur sekalipun, akan tetap jadi emas," mengutip pepatah populer yang tak terlalu jauh menggambarkan sosok Sri Mulyani.

Mengenang Air Mata Sri Mulyani

Secara langsung penulis hanya pernah sekali bertemu dan melihat wajahnya dari dekat. Saat itu Sri Mulyani bersama pakar Marketing Indonesia, Hendrawan Kartajaya, memberi ceramah kepada para staf TELKOM Sumatra, rekan-rekan penulis semasa masih bertugas di KSO TELKOM Sumatra, di sebuah Hotel di Medan pasca Krisis 1998.

Sri Mulyani masih berusia 36 tahun ketika itu. Tetapi cara bicaranya, pengetahuannya, penampilannya luar biasa. Di usia semuda itu, Sri Mulyani tampil dengan sangat berwibawa, menarik, jauh di atas penampilan seusianya.

Itulah pertemuan pertama dan terakhir penulis, tetapi telah menambah kekaguman kami dan terus mengamatinya melalui media. Tragisnya, dua tahun lalu, Sri Mulyani harus mengalami nasib sedih. Saya, dan mungkin jutaan rakyat Indonesia masih bertanya-tanya hingga sekarang, mengapa Sri Mulyani yang kami kenal selama ini seorang yang luar biasa, tiba-tiba terjungkal!.

Dua tahun lalu, saya menyaksikan melalui layar televisi, peristiwa yang tragis, saat Sri Mulyani tiba-tiba melepaskan jabatannya sebagai Menteri Keuangan Republik Indonesia. Konon, peristiwa itu merespon desakan para penentangnya berkaitan dengan dugaan keterlibatannya dalam kasus Century yang heboh itu.

Sri Mulyani menangis dan tak mampu melanjutkan pidatonya. "Saya bisa menangis, karena bukan Menteri Keuangan lagi. Kalau masih menjabat Menteri Keuangan tidak boleh menangis. Rupiah bisa....", ujar Sri Mulyani terbata-bata dalam pidato perpisahannya dengan jajaran Departemen Keuangan Kamis sore 20 Mei 2010, dan kemudian menyerahkan jabatannya kepada Agus Martowardojo.

Hal yang lebih mengharukan lagi adalah di saat Sri Mulyani menghapus air matanya, dan diam sejenak. Para hadirin bertepuk tangan, seolah berkata "Kami mengetahui apa yang ada dalam benakmu. Ayo teruskan berbicara, kami mendukungmu, kami berterima kasih atas karyamu selama ini". Lakon ini membuat kami bertanya-tanya. Begitu banyak pendukung Sri Mulyani, kok?.

Sayang, televisi swasta yang kami tonton tidak menyorot raut wajah para hadirin, sehingga tidak bisa melihat reaksi mereka kecuali suara tepuk tangan. Penulis menyaksikan suasana tepuk tangan simpatik terdengar berkali-kali, saat Sri Mulyani tidak mampu mengeluarkan suaranya karena masih menangis.

Mengamati peristiwa di televise itu, saya berkesimpulan bahwa di mata staf Departemen Keuangan yang dipimpinnya, Sri Mulyani adalah seorang pahlawan yang berhasil. Keluarga besar Departemen Keuangan memandang wanita lulusan doktor ekonomi dari Illinois Amerika Serikat (1992) itu sebagai seorang intelektual handal yang telah membuat perubahan di Departemen itu. Buktinya, semasa menjabat, Sri Mulyani pernah dinobatkan menjadi Menteri Keuangan Terbaik di Asia.

Hal menarik lainnya, suaminya Tonny Soemartono yang bagi orang yang tinggal di daerah seperti kami, hampir tak pernah terlihat tampil di media, sore itu bisa kami saksikan. Seorang pria berwibawa yang tampil dengan stelan jas, berambut putih, mendampingi ibu dari tiga anak-anak, Dewanta Illina, Adwin Haryo Indrawan dan Lukman Indra Pambudi ini.

Sebuah spanduk bertuliskan, "I’ll be Back", terpampang di salah satu sudut ruangan saat dia menyampaikan pidatonya. Entah apa maknanya hanya mereka yang memasangnya yang tau. Mungkinkah Sri Mulyani kembali ke tanah air, biarlah rumput yang bergoyang menjawabnya.

Wanita Pertama Indonesia Menjabat Managing Director World Bank

Sri Mulyani adalah salah satu tokoh terkemuka perempuan Indonesia yang mampu berkiprah dengan keahliannya dan dikenal luas di negerinya dan manca negara semasa usianya yang relatif muda. Kegiatannya mencakup dosen, peneliti, penulis kolom di berbagai media nasional maupun asing, bekerja di lembaga internasional, serta menjabat berbagai jabatan penting di pemerintahan.

Di usia tigapuluhan, lulusan Universitas Indonesia 1986 ini, diawali menjadi Dosen Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi di almamaternya (1985-1986), Profesor, University of lllinois at Urbana, Champaign, USA, (1990 – 1992), Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-BAPPENAS (1994 – 1995), Anggota Kelompak Kerja Mobilitas Penduduk Menteri Negara Kependudukan – BKKBN (1995), Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk, Asisten IV Menteri Negara Kependudukan, BKKBN, (Mei – Desember 1995). Selain itu Sri Mulyani aktif dalam berbagai penelitian.

Dia kerap muncul di seminar-seminar. Di era pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999-2001), Sri Mulyani menjadi penasehat pemerintah bersama sejumlah ekonom terkemuka dalam wadah Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Bahkan pada 2001 sempat disebut-sebut sebagai seorang yang akan duduk sebagai Menteri, karena dekat dengan Megawati. Tetapi, dia hijrah ke Atlanta Amerika dan bekerja di lembaga bantuan milik Pemerintah AS, USAid dengan program otonomi daerah untuk perkuatan institusi di daerah. Tadinya hanya untuk satu tahun, tetapi diperpanjang dua tahun karena tenaganya masih diperlukan untuk konsultasi pengelolaan program USAid dalam bidang desentralisasi.

"Ia primadona yang cerdas, jelita dan populer. Analisisinya kritis, lugas dan jernih. Kiprahnya sudah teruji di birokrasi dan lembaga internasional. Kurang dari empat tahun tiga jabatan menteri disandangnya, setelah sebelumnya menjadi konsultan di USAID dan Executive Director IMF" demikian situs www.tokohindonesia.com memberi penilaian bagi Sri Mulyani.

Situs terkemuka yang mempublikasikan tokoh Indonesia itu menyebutnya disenangi banyak orang di dalam dan di luar negeri. Tak heran bila pada Oktober 2002, saat dirinya berusia 40 tahun, Sri Mulyani terpilih menjadi Executive Director Dana Moneter Indonesia (IMF) mewakili 12 negara Asia Tenggara (South East Asia/ SEA Group), menggantikan Djojosubroto. ini menjadi perempuan pertama Indonesia yan menduduki jabatan itu.

Kiprahnya di Kabinet dimulai saat Soesilo Bambang Ydhoyono menjabat Presiden Republik Indonesia periode pertama (Kabinet Bersatu Jilid I). dalam usia 42 tahun, Sri Mulyani diangkat menjadi Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas. Pada 5 Desember 2005, ketika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengumumkan perombakan cabinet Bersatu Jilid I, Sri Mulyani dipindahkan menjadi Menteri Keuangan menggantikan Jusuf Anwar. Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, karena Boediono menjadi Direktur Bank Indonesia.

Masa jabatan Presiden SBY kedua, Sri Mulyani kembali ditunjuk sebagai Menteri Keuangan, namun harus berhenti di tengah jalan.

Jangan Salah Menilai, dan Asal Membenci

 
Tahun lalu, saat merespons prestasi Sri Mulyani di peringkat 65 orang paling berpengaruh di dunia, Kompasiana menerbitkan artikel berjudul: "Sri Mulyani, di Dunia Dihargai di Indonesia Dikebiri".

Sejak 1 Juni 2012, Sri Mulyani, menjadi wanita pertama Indonesia yang menjabat Managing Director Bank Dunia. Sebagai Managing Director, dia mengawasi operasi Bang Dunia (World Bank) di Asia dan Afrika, Eropa, Amerika Latin dan Timur Tengah.

Tahun ini, Forbes memberi catatan tentang Sri Mulyani. "Sri Mulyani Indrawati has served as managing director and the most senior woman at the World Bank since May 2010, a constant in the organization’s leadership as Jim Young Kim assumed the presidency in July 2012. As managing director, she oversees the World Bank’s operations in Asia and Africa, Europe, Latin America and the Middle East. Indrawati’s ongoing attention at the World Bank to middle-income countries such as Indonesia and the BRIC nations as a source of power and needed reform draws from her experiences as the Indonesian Minister of Finance from 2005 to 2010. While minister, Indrawati cut Indonesia’s debt in half and helped the reserves reach an all time high of $50 billion".

Mari kita belajar berfikir jernih. Kalau Forbes memberikan Sri Mulyani ranking 72 manusia paling berpengaruh di dunia, bagaimana penilaian bangsanya sendiri? Bagi para penyelenggara negeri ini, tuntaskan segera kasus Century. Berikan penilain yang objektif kepada Sri Mulyani Kalau memang Sri Mulyani bersalah, silakan jatuhkan hukuman yang seberat-beratnya.

Sebagai rasa simpati, bagi Sri Mulyani, artikel ini menitipkan ungkapan Mother Theresia, wanita pekerja sosial yang terkenal di jagat ini. "Apabila engkau berbuat baik, orang lain mungkin akan berprasangka bahwa ada maksud tersembunyi di balik perbuatan baik yang engkau lakukan itu. Tetapi tetaplah berbuat baik". Selamat buat Sri Mulyani dan teruslah berbuat baik.
Dimuat di Harian Analisa Cetak: 29 Agustus 2012 Halaman 25

Catatan: Artikel ini menjadi berita terpopuler di http://www.analisadaily.com. Kisah Sri Mulyani cukup menarik bagi pembaca Analisa Online. Berikut urutan ranking 15 berita terpopuler di situs itu. 


Artikel ini menjadi berita terpopuler di Analisa Online: (Selama kurang lebih 24 jam, sejak diposting menjelang tengah malam 28 Agustus, hingga pukul 23.48 WIB, 29 Agustus 2012):

Menpora Pastikan Tak Ada Penundaan PON (119)

Bacaan lanjutan:  http://www.dw.de/rahman-tolleng-menjadi-sosialis-dan-mendukung-sri-mulyani/a-16722666 (update 6 April 2013)

Tidak ada komentar: