My 500 Words

Kamis, 04 April 2013

Selamat Jalan Pak Ali Soekardi



Oleh: Jannerson Girsang

Berita duka kuterima sekitar pukul 23.00 WIB. Pertama melalui statusnya Prof Dr Hadiluwih. Kemudian aku buka sms dari Rizal Surya, teman akrabku di Harian Analisa.  Ternyata, sebuah berita duka!

Ali Soekardi, Wapemred Analisa--harian terbesar di Sumatera, meninggal dunia 03 Maret 2013 sore. Saya kaget. Pasalnya, Januari lalu beliau masih segar bugar, saat peluncuran bukunya. Berbicara dengan santai dan kocak, di dekat pintu masuk ruang peluncuran di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda) Pemprovsu. Itulah pertemuan saya yang terakhir dengan wartawan tiga zaman itu.

Dari hasil pengamatan tentang beliau selama ini, suasana peluncuran buku dan perbincangan kami,  saya menuliskan profilnya dan dimuat di Harian Analisa 22 Januari 2013.

Hampir tengah malam, saya menelepon Rizal Surya, penulis buku Biografinya dan salah seorang redaktur harian Analisa. Akrab saya sesama penulis sejak beberapa tahun terakhir ini. Malam itu Rizal masih di kantor. Mungkin sedang menulis sesuatu tentang sang tokoh.

“Kemaren siang kami masih bercanda Bang.  Cuma hari ini dia nggak masuk. Saya juga kaget mendengar pak Ali meninggal,”ujarnya. Dari Rizal saya dapat informasi bahwa Pak Ali akan dikebumikan besok. Berarti saya masih bisa melihat jazadnya untuk terakhir kali.

Ali Soekardi adalah seorang jurnalis teladan. Malam ini tak banyak yang bisa kuungkapkan tentang beliau. Saya menuliskan kesan saya di FB, memberitahukan bahwa pak Ali sudah berpulang, kembali ke sisi sang Pencipta. 

“Sebentar aja tidak buka FB dan ketinggalan HP langsung kehilangan berita. Saya baru buka Rizal Surya dan baca statusnya Prof Subanindyo Hadiluwih mengatakan bahwa Bapak Ali Soekardi (Wapemred Harian Analisa) sudah meninggal dunia hari ini. Padahal saya baru Januari lalu menghadiri peluncuran bukunya: 80 Tahun Ali Soekardi. Saya masih menulis profilnya di Harian Analisa, Selasa, 22 Jan 2013.”

“Pilihannya untuk tetap bekerja kepada media tempatnya bekerja, niatnya untuk mempersiapkan generasi penggantinya, adalah teladan loyalitas korps yang tidak banyak dimiliki wartawan di era reformasi ini. Dia bukan kutu loncat, peri laku banyak wartawan dengan banyaknya media. Ali sudah bekerja di harian itu, sejak 1973 atau empat puluh tahun yang lalu, satu tahun setelah harian itu berdiri dan tidak pernah berpindah ke media lain. Lebih dari 30 tahun, dia memegang jabatan Wakil Pemimpin Redaksi” demikian kutuliskan kesan saya di Harian Analisa dalam sebuah artikel berjudul: Selamat Ultah ke-80 Pak Ali Soekardi "…Terus Membaca dan Menulis, Maka Kita Tidak Pikun"
Berbagai nama disebut-sebut menjuluki pria yang 4 Januari 2013 lalu genap berusia 80 tahun. "Rosihan Anawar dari Sumatera Utara" yang muncul di peluncuran bukunya, atau "Wartawan Tiga Zaman" yang dijuluki harian Orbit beberapa hari lalu. Entahlah, biarlah masyarakat yang menilainya!.

Selamat jalan Pak Ali, semoga kami dapat mewarisi keteladananmu.Pertemuan terakhir kami adalah saat peluncuran bukunya: 80 Tahun Ali Soekardi di Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah (Baperasda)  Pemprovsu, dekat Istana Maimun Medan, 19 Januari 2013.

Tak sedikitpun saya menduga beliau akan meninggal secepat itu. Masih banyak yang ingin digali dari seorang Ali Soekardi.

Malam ini saya berdoa khusus untuk bapak Ali Soekardi. Semoga keluarga yang ditinggalkan mendapat penghiburan dan keteladanan beliau menjadi warisan berharga bagi kita semua.
Selamat jalan Pak Ali. Kami kehilanganmu!.

Medan, 04 April 2013 (00.34). Semoga saya bisa melayatmu besok. 

Update 4 April 2013

Pagi-pagi saya membaca harian Analisa. Menyimak dua artikel tentang pak Ali. "Wapemred Analisa Ali Soekardi telah Tiada" ditulis War Jamil, Sekretaris Redaksi Harian Analisa, dan "perbincangan Terakhir dengan Pak Ali" ditulis Rizal Surya, redaktur Harian Analisa.

Siang hari, saya beruntung bisa melayat ke rumah pak Ali di Kompleks Perumahan PWI, Jalan Letter Press, di daerah Sidorukun Medan. Puluhan papan bunga menghiasi halaman rumah. Dekat dengan tempat dudukku, ada papan bunga Soepandi (Hakim Agung)), Walikota Medan Rahudman Harahap dan lain-lain.

Halaman rumah dan jalan depan rumah dipasangi beberapa tiang taratak. Ratusan pelayat dan keluarga dekat almarhum memenuhi kursi yang disiapkan. Tampak H Sofian, Pemred Analisa, Pak Supandi Kusuma, Pemimpin Perusahaan Analisa, War Jamil, Sekretaris Redaksi Harian Analisa, tokoh-tokoh pers Sumatera Utara (mantan Ketua PWI Moh Yazid, Zaki Abdullah), Ketua PWI  Drs Muhammad Syahrir, JA Ferdinandus (mantan Dirut PTP IX). Muhammad TWH--tokoh senior jurnalis Sumut dan puluhan wartawan lainnya.

Saya bertemu Brilian Mohtar, anggota DPRD Sumut. Saya duduk bersama Rizal Surya, penulis Biografi Ali Soekardi. "Sebenarnya masih ada rencana menulis buku tentang pemikiran pak Ali. Dia sedang mempersiapkan bahan, tapi keburu beliau pergi," ujar Rizal. Sempat bersalaman dengan Ali Murtado--redaktur harian Analisa, J Anto, Direktur KIPPAS. Dua tokoh yang saya kagumi karena sangat produktif menulis.

Beberapa menit saya tiba, Pak Sulaiman, mewakili keluarga dan War Jamil--mewakili Harian Analisa, Lilik Suhairi--mewakili  PT Sumatra Bakri Plantation, Muhammad Syahrir--mewakili PWI Sumut, memberikan kata sambutan. Intinya, Ali Soekardi adalah seorang ayah teladan, bergaul luwes dengan tetangga. Dia juga adalah seorang jurnalis yang sangat disiplin dan senantiasa memikirkan peningkatan kualitas penerbitan harian yang dipimpinnya.

Kemudian jenazah pak Ali dibawa ke Mesjid Nur Chadidjah, beberapa puluh meter dari rumah duka dan selanjutnya dimakamkan di pekuburan muslim Jalan Krakatau, 1-2 kilometer dari rumah duka.
Saya pulang sekitar jam 12.00 saat jenazah disembahyangkan di mesjid. "Selamat jalan pak Ali. Adakah lagi wartawan yang memiliki semangat belajar dan menulis hingga ujur. Wartawan yang lembut, sopan dan ramah seperti beliau?".

Update 5 April

Gambar: Sejumlah pelayat dari keluarga, dan rekan kerja mengantarkan jenazah Wakil Pemred Harian Analisa, Alm. H Ali Soekardi saat akan dikebumikan di Tempat Pemakaman Muslim Krakatau Medan, Kamis (4/4).  Ali Soekardi tutup usia 80 tahun, meninggalkan tujuh orang anak, dan 12 orang cucu. (Analisa, 5 April 2013)
 

Tidak ada komentar: