My 500 Words

Jumat, 20 Februari 2015

Jokowi: Sulit Dipahami dengan Akal Biasa


Oleh: Jannerson Girsang

Awalnya saya berfikir Jokowi akan sulit keluar dari masalah kisruh KPK-Polri. Pasti jutaan rakyat Indonesia juga seperti saya.

Ibarat menarik benang dari tepung, benang tidak putus, tepung tidak tumpah. Menyelesaikan masalah tanpa menimbulkan masalah baru yang lebih besar.

Tugas Jokowi berat!. Menyelamatkan Polri, menyelamatkan KPK.

Sebagai Presiden dan Panglima Tertinggi ABRI, Jokowi tidak boleh sembarangan membela atau menyalahkan salah satu. Dia berada di atas kepentingan keduanya, harus membuat masalah terang benderang di mata rakyat. Pekerjaan yang membutuhkan, kepiawian, kesabaran dan ketenangan berfikir.

Saya terhenyak, ketika Jokowi menunda pengangkatan Budi Gunawan jadi Kapolri, padahal dia sudah lulus fit and proper test DPR. Sementara beberapa anggota DPR menilai tindakan ini sebagai mengangkangi keputusan DPR.

Alasan Jokowi mungkin karena sehari sebelumnya, KPK mengumumkan Budi Gunawan sebagai tersangka.

Kok berani ya?. Budi kan dicalonkan Megawati/PDIP?. Beliau adalah orang besar, dan SBY aja mau baikan nggak mau. Konon pula Jokowi, yang masih anak kemaren. Ternyata Jokowi tidak bisa didikte oleh Mega, apalagi politisi PDIP. Kecillah!. "Pendukung PDIP cuma sekian persen, aku didukung rakyat," mungkin demikianlah keyakinan Jokowi, sehingga dia berani.

Saya makin yakin, Jokowi hanya takut pada rakyat. Orang-orang partai dia yakini plin plan kok!. Kadang dukung Jokowi, kadang dukung kepentingannya sendiri. Jokowi tau, cara berfikir politisi, harus berbeda dengan dirinya, cara berfikir seorang "pengabdi rakyat"

Saya makin salut, sikapnya terhadap KPK!.

Dia tidak membabi buta membela oknum KPK yang bermasalah. Dia tidak begitu saja terikut arus massa, apalagi aktivis yang cenderung "membela" dan "mencela" orang secara membabi buta.

Ternyata, aktivis membela orang yang bermasalah juga. Kalau Jokowi ikut arus membela oknum KPK bermasalah, sementara Polri sudah mengangkangi mereka dan menjadikannya tersangka, maka dia turut terjerumus.

Beberapa saat sebelum berangkat ke luar negeri, muncul Tim 9 yang diketuai Samsyul Maarif, tokoh Muhammadyah. Orang-orang inilah yang berbicara membela sikap Jokowi. Jokowi tenang-tenang saja.

Yang membuat saya kagum, Jokowi seolah tampak membiarkan saja masalah itu menggantung, walau banyak pihak mendesak agar dia menyelesaikan kisruh ini sebelum berangkat ke luar negeri. Saya sempat khawatir (namanya juga rakyat biasa yang tak tau banyak politik), gimana Jokowi ke luar negeri, masalah di dalam negeri aja belum beres.

Tau nggak!. Jokowi justru mengabaikannya. 5-9 Pebruari Jokowi berkunjung ke beberapa negara ASEAN. "Minggu depan, saya akan selesaikan semua" katanya enteng.

Setelah hakim tunggal Sarpin di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan memenangkan gugatan Budi Gunawan, saya yang terikut pemikiran biasa--saya yakin jutaan rakyat juga mengira dia akan mengangkat Budi jadi Kapolri.

Di luar dugaan saya, ternyata, Jokowi mengganti calon Kapolri. setelah sebelumnya memanggil Budi Gunawan. Bahkan pengcara Budi Gunawan mengungkapkan di media televisi, Budi akan menerima keputusan apapun yang diberikan Jokowi.

Rabu, 18 Februari 2015, Jokowi membatalkan pelantikan Komisaris Jenderal Budi Gunawan dan mengusulkan Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Badrodin Haiti calon Kapolri baru.

Kemudian pagi ini (20 Pebruari 2015), Jokowi mengangkat tiga Pimpinan KPK yang baru, setelah memberhentikan Pimpinan KPK yang bermasalah.

Coba, siapa yang pernah menduga, Jokowi akan sekuat ini? Dia membuat semua terang benderang di mata rakyat.

Semua di luar dugaan saya. Jokowi memang hebat! Langkah-langkahnya tak terbayangkan dengan rasio pemikiran kebanyakan orang.

Analisis saya, Jokowi tau dan itulah kekuatannya, bahwa yang punya negeri ini adalah rakyat. Selama dia mendukung rakyat, dan mendapat dukungan rakyat, tidak ada jenderal, orang-orang "berduit", pemimpin partai yang mampu menggoyahnya.

Saya akan terus menanti kepiawiannya mengadopsi kepentingan masyarakat Indonesia. Bukan kepentingan golongan, apalagi kepentingan rekening gendut.

Yang suka berbohong, akan terbuka, terang benderang di masa pemerintahan Jokowi. Sejauh ini, saya menilai Jokowi berhasil menyingkirkan para pembohong di Polri, dan KPK!

Saya jadi mengenal lebih jauh siapa Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Budi Gunawan, kini terang benderang di mata rakyat, karena Jokowi.

Ibarat memegang tampi, Jokowi menggoyang-goyangnya, dan dia menyisihkan beras yang baik dan yang tidak baik.

Saya berdoa khusus untuk Jokowi!

"Mudah-mudahan Jokowi juga tidak sedang berbohong". Karena kalau itu dilakukannya, maka tidak lama juga akan ketahuan!

Pelajaran dari kasus ini: Jangan buru-buru membela atau menyalahkan seseorang. Jokowi tidak pernah menghakimi oknum KPK dan Budi Gunawan. Dia membiarkan Prose hukum pengadilan, proses politik, dan memantau proses gerakan "kepentingan". Identifikasi berbagai "suara", sehingga dia cukup "minyak pelumas" untuk mengambil keputusan. 


Medan, 20 Pebruari 2015

Tidak ada komentar: