My 500 Words

Sabtu, 11 Juli 2015

Guru dan Kreativitas

Oleh: Jannerson Girsang

Ketika guru mengeluh pendapatan mereka di masa lalu, mengeluh soal kurikulum, pemerintah memenuhinya. Gaji guru naik, ditambah lagi sertifikasi, Kurikulum 2013 tidak berlaku lagi.

Apakah usaha pemerintah akan memperbaiki kinerja mereka sebagai pendidik? Kita masih menunggu!.

Seorang guru sah-sah saja mempersoalkan kedua hal di atas, tapi jangan melupakan tugas sebagai seorang pengamat yang penuh kreasi mengatasi segala hambatan mendidik anak didik.

"The teacher must derive not only the capacity, but the desire, to observe natural phenomena. The teacher must understand and feel her position of observer: the activity must lie in the phenomenon". (Maria Montessori).

Guru tidak hanya mempertahankan sebatas kapasitasnya, tetapi keinginan untuk mengamati fenomena alam. Guru harus mengerti dan merasakan posisinya sebagai pengamat, dia mendasarkan kegiatannya pada fenomena itu.

Pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Semarang Prof Dr Masrukhi menegaskan seorang guru harus terus mengembangkan kreatifitas agar menghasilkan peserta didik yang juga kreatif.

“Saya tekankan pada guru, apapun kurikulumnya, jika guru kreatif akan mengembangkan peserta didiknya,” tandas Masrukhi.

Perubahan-perubahan kurikulum tidak banyak memperbaiki pendidikan kita, kalau guru-gurunya cuma mengejar sertifikasi, dan tidak menumbuhkan usaha-usaha meningkatkan keinginan mengamati, mengembangkan kreativitas.

Jadi, pendapatan, kurikulum hanya alat, penentu adalah kreativitas guru. Yang sering dikeluhkan adalah sebaliknya. Kalau pendapatan rendah, kreativitas rendah.

Kita perlu merenungkan mana yang benar? Berapa kali lipat gaji sudah naik, berapa kali kurikulum diganti: ranking pendidikan kita di dunia belum bergeser banyak dari level paling bawah!

29 Juni 2015

Tidak ada komentar: