My 500 Words

Sabtu, 11 Juli 2015

Negeri Besar, Polisi Tangguh, Lambat Selesaikan Kasus Engeline

Oleh: Jannerson Girsang

Menyaksikan Diskusi Menyingkap Tabir Kematian Engeline di JLC, TV One, malam ini.

Pengantar diskusi, sebuah putra Juan Felix Tampubolon melantunkan sebuah lagi dalam bahasa Inggeris tentang Engeline. Syahdu, sedih!.

Adakah jawaban peertanyaan di atas dalam diskusi ini?.

Atau mirip dengan pokrol bambu, diskusi ngalor ngidul, hanya membuat sensasi-sensasi baru?. Semoga menyenangkan! Itulah harapan saya di awal.

Kebenaran hanya satu. Berdiskusi dengan orang yang marah, tidak akan menghasilkan sesuatu kebenaran sejati. Kalau semua membela diri tanpa hakim, maka diskusi hanya "ngalor ngidul".

Kesal, ketika Hotma Sitompul bicara! Ibu kandung Engeline terpancing emosi, Ratna Sarumpaet juga terpancing emosi.

Bayangkan, pernyataan yang menjijikkan itu terus dimunculkan Hotma. "Kenapa sih begitu banyak orang membela Engeline. Kenapa tidak membela banyak anak-anak terlantar yang lain?"

"Ada kebiadaban sedang terjadi. Saya sangat sedih kalau membicarakan hal ini kita tertawa," kata Ratna geram.

"Kok negara sebesar ini, kepolisian sebesar ini tidak mampu menyelesaikan masalah ini;" lanjut Ratna.

"Engeline terlantar, terlunta-lunta, mati menyedihkan karena dia miskin," sambung Ratna. "Kita perlu berhenti memiskinkan rakyat"

"Seharusnya Menteri Sosial bisa mengambil kebijakan yang membuat rakyat tidak miskin. Kofifah itu seorang menteri yang pintar," katanya.

Mendengar pernyataan pedas Ratna yang mengeritik Jokowi dan Menteri Sosia, Menteri Kofifah agak tertunduk.

(Aku berharap, Kofifah memang pintar!. Semoga dia mampu membuat kebijakan yang tidak menciptakan Engelin-Engelin yang baru).

Benar dugaanku. Berjam-jam mengikuti JLC, berakhir dengan informasi yang itu-itu saja.

"Kok negara sebesar ini, kepolisian sebesar ini, tidak bisa menyelesaikan kasus Engeline?". tanya Ratna Sarumpaet.

28 Juni 2015


Tidak ada komentar: