My 500 Words

Selasa, 02 Desember 2014

Cerdas Mengutip Lagu dan Metafora untuk Pidato

Oleh: Jannerson Girsang

"Sakitnya tuh di sini....," kata pria bertubuh tinggi semampai itu sambil melakukan gerak tangan di dada, meniru video klip dalam lagu yang dinyanyikan Cita Citata yang sedang naik daun.

Gelak tawa undangan meledak!. Perasaan kembali segar, setelah mendengar beberapa sambutan sebelumnya.

Demikian Prof Dr Dian Armanto, Koordinator Kopertis Wilayah I, mengutip potongan lagu dangdut
yang digandrungi di tanah air dalam sambutaannya pada acara Pelantikan Rektor Baru Universitas HKBP Nommensen, Dr Ir Sabam Malau, tadi siang.

Dia mampu menarik perhatian undangan yang sudah lelah mengikuti kebaktian dan mendengar pidato-pidato sebelumnya.

Guru besar yang kocak dan pintar bercerita ini menyampaikan pidato penuh dengan kisah-kisah menginspirasi dan penuh arti.

"Hendaknya Nommensen menjadi Universitas yang berkarakter dan sehat. Yah namanya manusia berkarakter dan sehat, ada rambutnya, ada kupingnya, ada matanya, ada kakinya dan seterusnya. Itu mudah Pak. Ikuti saja prosedur yang sudah ditetapkan, pasti jadi universitas yang sehat," katanya.
Saya tertawa lagi. Segar lagi, Beliau menyampaikan pesan yang lain dan semua undangan tertegun mengikutinya.

Pidato yang cerdas mengutip mengutip lagu, membuat metafora memang mampu menarik perhatian pengunjung. Tidak pidato yang datar-datar saja, apalagi memusingkan kepala.

Contohnya yang dilakukan Professor yang memiliki tiga gelar Master itu.

Jadi, tidak ada salahnya, kalau menyampaikan pesan menyelipkan kutipan lagu, apalagi yang sedang ngetop dan menyelipkan metafora.

Pesannya sampai dan undangan terhibur dan terinspirasi.Tak terasa, pidatonya lebih dari 10 menit. Tapi rasanya masih terlalu pendek.

" Pidato yg cerdas hanya bisa dipahami orang-orang cerdas. Demikian sapaan eforus HKBP Pdt WTP Simarmata menanggapi pidato Prof Dian. Sungguh sebuah dialektika yang sepadan...dan semoga bisa dipahami secara cerdas pula oleh para undangan yang hadir" demikian Prof Dr Posman Sibuea mengomentari artikel di atas ketika saya posting di FB.

Beliau melanjutkan: " Sebuah pidato yg cerdas dan menginspirasi. Mengkritisi institusi pendidikan tinggi secara elegan tanpa menyinggung perasaan orang lain.."

Mengkritik dengan cerdas menggunakan lagu dan metafora. 


Medan 1 Desember 2014

Tidak ada komentar: